Popularitas dari game Mobile Android dan iOS Fate/Grand Order (FGO) yang rilis pertama kali di Jepang sejak tahun 2015 tampaknya belum akan mereda. Setelah sukses meraih keuntungan besar dari game FGO sendiri selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2017 silam, FGO ingin menarik minat konsumen secara lebih masif dan dapat dinikmati oleh kalangan umum melalui sebuah perhelatan drama panggung atau dikenal dengan istilah Stage Play dengan tajuk Fate/Grand Order The Stage Shinsei Entaku Ryouiki Camelot Replica: Agateram.
Pementasan Fate/Grand Order The Stage dilakukan di Teater Zepp Blue, Roppongi, Tokyo dari tanggal 14 Juli hingga 17 Juli dan 29 September hingga 10 Oktober serta beberapa kali mendapat siaran ulangan melalui internet.
FGO The Stage mengusung cerita dari salah satu chaptergame FGO yang terkenal akan tingkat kesulitan tinggi (EX) dan kompleksitas ceritanya, yaitu chapter ke-6 Sacred Round Table Realm – Camelot. Tanpa berlama-lama lagi, berikut adalah ulasan tentang pementasan dari Fate/Grand Order The Stage Shinsei Entaku Ryouiki Camelot Replica : Agateram.
Do you Seek Entertainment?
Stage play ini menceritakan bagaimana perjalanan dari Master bernama Ritsuka Fujimaru (Ryō Saeki-Male Master|Renna Okada-Female Master) dengan Demi Servant Mashu Kyrielight (Akari Nanawo) beserta Leonardo Da Vinci (Ririka) dan Romani Archiman (Takuya Ide) untuk menyelamatkan sejarah umat manusia yang telah melenceng dalam sebuah singularity yang bertempat di Jerusalem pada tahun 1273 Masehi. Dalam perjalanan mereka kali ini, muncul sesosok pria misterius dengan tangan kanan berwarna perak yang bernama Bedivere (Hiroki Sana) yang turut membantu Ritsuka beserta tim nya untuk menghadapi para Knights of The Round Table beserta Lion King atau dikenal sebagai Artoria Pendragon (Yu Takahasi).
Seperti dalam sebuah stageplay pada umumnya, FGO The Stage melakukan modifikasi demi pemadatan konten dan optimalisasi durasi pementasan. Hal ini dapat dilihat dari pemangkasan cerita pada bagian tengah menuju akhir serta beberapa karakter minor yang ditiadakan seperti Xuanzang, Nitocris, Tawara dsb. Namun modifikasi yang dilakukan oleh FGO The Stage tidak membuat cerita stageplay melenceng jauh dari cerita asli itu sendiri sehingga bisa dinikmati sebagai sebuah reimagination chapter Camelot.
Kepadatan dalam pengemasan cerita dapat membuat penonton untuk memahami mana karakter yang bersifat protagonis, antagonis maupun deuteragonis secara jelas. Di lain sisi, sudut pandang cerita tidak selalu berfokus kepada para protagonist saja, pada beberapa segmen pementasan terdapat adegan yang menekankan esensi serta kondisi dari hubungan para Knights Of Round Table sebagai antagonis secara personal ataupun secara utuh. Karena pada dasarnya, Camelot memang berfokus kepada lika-liku hubungan Knights Of Round Table yang melegenda.
Selain itu interaksi antara karakter pun digali dengan cukup baik, layaknya bagaimana kecanggungan dari romansa Ritsuka dan Mashu yang diperlihatkan dalam dialog maupun aksi panggung, kekakuan hubungan ayah dan anak antara Artoria serta Mordred pun turut diperlihatkan layaknya representasi keadaan mereka dari Legenda Arthur dan interaksi para pemain utama dengan para pemain pendukung seperti rakyat dan prajurit yang mungkin bagi penonton tidak terlalu penting tapi sangat membantu penggambaran suasana cerita secara keseluruhan.
Magnificent Stage Performance!
Bukan hal yang aneh jika sebuah Stage Play mampu memberikan penampilan yang unik sehingga dapat meninggalkan kesan tersendiri di benak para penonton. Dalam kasus ini kemampuan akting serta penguasaan panggung para aktor dan aktris dalam pementasan ini tidak dapat diragukan lagi, karena mereka dapat membawa kesan dan ekspresi karakter-karakter FGO dengan baik dan tidak berlebihan.
FGO The Stage yang berdurasi 191 menit menghadirkan adegan aksi yang dibalut melalui koreografi tarung secara indah dan tentu saja bertempo cepat. Ada kalanya adegan aksi tersebut membalut pertarungan satu lawan satu ataupun pertarungan yang berskala masif. Tentu saja penonton tidak akan melewatkan realisasi penggunaan jurus pamungkas atau dikenal dengan istilah Noble Phantasm para Servant hadir dalam Stage Play melalui layar interaktif yang berada di sekitar panggung.
Penggunaan properti ataupun set panggung yang bersifat multi fungsi membantu perubahan suasana cerita secara cepat sehingga pergantian adegan pun terasa natural dan rapi. Keharmonisan antara pemeran utama dengan pemain pendukung adalah kunci utama dalam keberhasilan sebuat pementasan seni. Hal ini dapat terlihat pada beberapa segmen pementasan yang turut menghadirkan balutan hiburan melalui perpaduan musikalisasi dengan tarian yang dilakukan oleh para pemeran utama. Para pemain pembantunya juga memberikan keunikan tersendiri pada setiap adegan dan tentu saja memorable.
Final Verdict
Secara keseluruhan Fate/Grand Order The Stage Shinsei Entaku Ryouiki Camelot Replica: Agateram adalah sebuah pementasan yang dapat dinikmati oleh para konsumen potensial yang tertarik terhadap waralaba (franchise) Fate Series tanpa harus mengetahui latar belakang radar seperti apa terlebih dahulu. Serial ini juga menjadi sebuah penghargaan yang spesial bagi para fans Fate/Grand Order di seluruh pelosok dunia.
Bagi Anda yang tertarik untuk menyaksikan FGO The Stage ini, Anda dapat mendukung pementasan ini dengan cara membel copy dari Blu-ray ataupun DVD yang sudah rilis sejak 28 Februari 2018 melalui situs resmi Aniplex ataupun situs jual beli lainnya.
Selain itu ada sebuah kabar baik untuk para penikmat Stage Play dan Fans FGO di luar sana. Pada tahun 2019 ini pementasan FGO The Stage turut mengadaptasi sebuah chapter yang sangat dikenal oleh seluruh pemain FGO yaitu Babylonia yang akan dibahas pada kesempatan berikutnya.
KAORI Newsline