Menikmati Railbus Batara Kresna, KA Perintis Rasa Trem

0
Proyek KA Bandara Solo akan dimulai 2018
Ilustrasi: Railbus siap berangkat dari Purwosari

Anda mau berkunjung ke Solo dan ingin merasakan pengalaman liburan yang berbeda? Tidak ada salahnya untuk mencicipi Railbus Batara Kresna, kereta api jurusan Solo – Wonogiri sembari menikmati pemandangan yang berbeda.

Sempat menjadi jalur mati selama sekitar 4 tahun karena perbaikan jalur dan ketiadaan rangkaian, kini jalur KA Solo-Wonogiri kembali dibuka. Dahulu, jalur ini dilayani oleh kereta api (KA) pengumpan (feeder) dengan kereta ekonomi yang ditarik oleh lokomotif diesel hidrolik, namun saat ini rangkaian yang dioperasikan adalah Railbus Batara Kresna yang selesai diproduksi oleh PT INKA pada tahun 2011.Railbus ini sedikit berbeda dari kereta pada umumnya.

Railbus ini punya keunikan tersendiri dibandingkan dengan kereta api pada umumnya. Jika rangkaian kereta pada umumnya berukuran panjang, maka railbus ini hanya terdiri dari tiga kereta (gerbong) penumpang yang ukuran per keretanya lebih kecil dari kebanyakan kereta.  Dengan ukuran yang mini, umur yang relatif muda dan memiliki klakson moe khas INKA, Railbus ini menjadi tampak seperti karakter loli atau gadis cilik di anime dan komik (setidaknya, bagi para penggemar kereta api yang kebetulan juga wibu). Meskipun menggunakan rangkaian yang baru, tarifnya KA ini hanya sebesar Rp.4000.

Seperti apa pengalaman KAORI mencoba jalur baru ini? Simak selengkapnya:

Jadwal

Railbus Batara Kresna melayani lintas Solo-Wonogiri dengan empat perjalanan per harinya. Selama perjalanan, Railbus hanya berhenti di stasiun Solo Kota atau Sangkrah, Sukoharjo, Pasar Nguter dan Wonogiri. Pada kesempatan ini, KAORI menggunakan KA 322 dan kembali ke Purwosari menggunakan KA 325, atau berangkat dengan Railbus pemberangkatan pertama dari Purwosari dan pulang dengan pemberangkatan terakhir dari Wonogiri.

Spanduk jadwal Railbus Batara Kresna
Spanduk jadwal Railbus Batara Kresna.

 

Serasa Naik Trem

Pada pagi yang cerah itu, Railbus tiba pukul 5:45 dari dipo lokomotif Solo Balapan. Tepat pada pukul 6:00, Railbus mulai bergerak meninggalkan emplasemen stasiun Purwosari menuju Wonogiri. Karena tiket dijual tanpa nomor tempat duduk, KAORI memutuskan untuk duduk di kereta pertama yang saat itu seluruh kursinya masih kosong.

Railbus siap berangkat dari Purwosari
Railbus siap berangkat dari Purwosari.
Peta rute perjalanan Railbus Batara Kresna
Peta rute perjalanan Railbus Batara Kresna

Tak berapa lama setelah meninggalkan stasiun Purwosari, Railbus mulai memasuki Jalan Slamet Riyadi. Dengan kecepatan hanya 15 km/jam, Railbus mulai menyusuri jalan protokol kota Solo ini. Menaiki kereta yang relnya berada di jalan raya rasanya seperti menaiki trem di negara yang hanya ada di luar negeri. Sepanjang jalan, masinis selalu membunyikan semboyan 35 atau klakson karena banyaknya kendaraan yang melintas dan masyarakat yang beraktivitas. Salah satu hal unik lain di sini adalah pemandangan saat Railbus yang KAORI tumpangi turut terjebak lampu merah di salah satu perempatan jalan.

Railbus terjebak di sebuah lampu lalu lintas di sebuah perempatan
Railbus terjebak di sebuah lampu lalu lintas di sebuah perempatan.
Patung Slamet Riyadi, pahlawan nasional asal Solo yang namanya diabadikan sebagai nama jalan protokol di Solo.
Patung Slamet Riyadi, pahlawan nasional asal Solo yang namanya diabadikan sebagai nama jalan protokol di Solo.

Kereta Wisata 

Setelah sekitar 15 menit menyusuri jalan Slamet Riyadi, rel mulai memisahkan diri dari jalan raya. Tak lama kemudian, Railbus memasuki stasiun Solo Kota atau Sangkrah. Jika sebelumnya kereta sangat kosong, keadaannya berubah menjadi ramai saat kereta berhenti di Solo Kota. Rupanya mayoritas penumpang yang merupakan keluarga yang ingin berwisata memilih naik dari Solo Kota yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. Terjangkaunya harga tiket dan kereta yang terbilang baru menjadikan masyarakat ingin berwisata dan mencoba Railbus.

Pemberhentian pertama stasiun Solo Kota, sebagian besar penumpang naik dari stasiun ini.
Pemberhentian pertama stasiun Solo Kota, sebagian besar penumpang naik dari stasiun ini.

Tepat pukul 6:25 Railbus kembali melaju melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari stasiun Solo Kota, Railbus melintasi jembatan sungai Bengawan Solo yang juga merupakan batas dari Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Jika sebelumnya KAORI disuguhi oleh pemandangan khas perkotaan, maka setelah masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo pemandangan berubah menjadi sangat khas pedesaan Jawa. Ya, area persawahan hijau yang luas membentang dan latar belakangnya Gunung Lawu yang tinggi menjulang. Kecepatan kereta yang hanya 25 km/jam dan jendela yang sangat lebar membuat KAORI bisa menikmati pemandangan dan perjalanan. Dari kejauhan, di tengah hamparan persawahan hijau, KAORI mendapati sebuah pemandangan yang cukup mencolok, ya sebuah pabrik kecil dengan cerobongnya yang mengeluarkan asap layaknya hati yang mengeluarkan kepulan asap-asap penyesalan.

DSC02322
Asap dari cerobong pabrik yang nampak seperti kepulan asap-asap penyesalan di hati.
Sungai Bengawan Solo, batas wilayah Solo dan Sukoharjo
Sungai Bengawan Solo, batas wilayah Solo dan Sukoharjo.
Hamparan persawahan dan Gunung Lawu sebagai latar belakang
Hamparan persawahan dan Gunung Lawu sebagai latar belakang.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses