Beberapa Anime Ini Diadukan Masyarakat Ke “KPI” Jepang

10

Siapa bilang aduan tentang anime hanya ada di Indonesia dengan keberadaan KPI saja? Baru-baru ini di Jepang, sebuah lembaga pengawas media yang bernama BPO (The Broadcasting Ethics & Program Improvement Organization) telah menerima berbagai aduan dari masyarakat Jepang terkait program tayangan di media setempat. Dalam daftar aduan yang dirangkum untuk bulan Juli yang baru saja dirilis, terdapat beberapa aduan dari masyarakat mengenai tayangan beberapa seri anime yang tayang di bulan Juli lalu.

sox2

Dalam data laporan yang dilansir BPO, beberapa masyarakat memberikan aduan terhadap beberapa konten di berbagai seri anime. Dalam data ini, meski dimuat berbagai macam aduannya, namun tidak disebutkan program tayangan (dalam hal ini judul seri anime) apa yang diadukan oleh masyarakat tersebut.

Salah satu aduan dari masyarakat Jepang adalah soalan seri anime tengah malam yang menampilkan kata-kata vulgar untuk penyebutan alat kelamin. Disebutkan bahwa meski di seri anime tersebut telah dilakukan penyensoran suara, tapi karakter di anime tersebut melakukan gestur yang seolah-olah menunjukkan bentuk alat kelamin serta aktivitas seksual. Selain itu, di seri anime tersebut juga terdapat pembicaraan yang mengacu ke kata-kata seksual meski tidak eksplisit. Dalam aduan tersebut masyarakat yang mengadukan juga berkomentar mengenai tayangan tersebut sudah kelewatan karena anak-anak bisa saja menerka apa maksud dari gestur dan kata-kata yang mengacu ke hal-hal seksual tersebut.

Aduan lain datang dari masyarakat yang mengeluhkan adanya seri anime yang menampilkan sosok karakter perempuan dengan busana mandi. Komentar tersebut menyebut bahwa hal tersebut tidaklah pantas ditampilkan dalam sebuah anime untuk anak-anak. Selain itu, disebut pula karakter wanita kecil yang mengenakan pakaian mandi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat banyaknya “predator anak-anak” di sana.

Tidak hanya sebatas pada program tayangan seri anime saja, ada juga masyarakat yang mengadukan sebuah iklan lotere yang menampilkan sosok karakter dari sebuah kartun anak-anak. Menurut aduan tersebut, tidak selayaknya sebuah perusahaan lotere menggunakan karakter dari anime anak-anak.

Meski dalam berbagai aduannya tidak disebutkan judul program tayangannya secara spesifik, namun Anime News Network mensinyalir beberapa judul anime yang jadi target aduan tersebut. Terkait konten seksual

melalui gestur dan kata-kata, disinyalir merupakan aduan dari seri anime Shimoneta to Iu Ganen Ga Sonzai Shinai Taikutsu na Sekai. Dalam seri anime yang tayang tengah malam tersebut sering ditampilkan para karakter melakukan gestur menunjukkan bentuk alat kelamin serta aktivitas seksual. Selain itu ada pula guyonan seksual yang disampaikan secara implisit.

sox

Terkait aduan mengenai karakter wanita mengenakan baju mandi di seri anime anak-anak, disinyalir merupakan aduan untuk bagian lagu penutup dari seri terbaru PriPara. Pada bagian lagu penutup di seri anime ini menampilkan salah satu karakter mengenakan pakaian mandi.

[youtube=https://youtu.be/wsJVCnWeXQg]

Untuk pengaduan penggunaan karakter anime anak-anak di iklan lotere, di Jepang sebuah perusahaan lotere memiliki iklan yang menampilkan karakter dari seri anime Chibi Maruko-Chan.

[youtube=https://youtu.be/jb9izQouPwI]

Pada daftar aduan di bulan April, ada masyarakat yang mengadukan mengenai seri anime yang tayang pada pukul 6 sore namun menampilkan peralatan untuk BDSM. Disinyalir aduan ini ditujukan untuk episode ke-4 musim terbaru dari seri anime Gintama yang mulai tayang pada April lalu.

gintama

Meski demikian, karena tidak disebutkannya judul program tayangan dari masing-masing aduan, masih belum dapat dipastikan dengan jelas apakah memang beberapa seri anime tersebut adalah program yang masuk dalam pengaduan masyarakat atau bukan.

BPO sendiri merupakan organisasi non-profit serta non-pemerintah yang berusaha untuk meningkatkan kualitas penyiaran di Jepang yang mengacu pada standar etika yang tinggi dengan tetap menjamin kebebasan berekspresi dan berbicara. Organisasi ini berurusan dengan berbagai macam komplain dan aduan masyarakat yang menyangkut etika di sebuah program penyiaran. Masyarakat Jepang bisa memberikan aduan melalui website, telepon, maupun faksimili. Nantinya berbagai aduan yang ada akan dirangkum dan diinvestigasi lebih lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan BPO terkait aduan itu adalah melayangkan opini dan saran kepada berbagai lembaga penyiaran sesuai dengan aduan yang ada dari masyarakat.

Untuk aduan di bulan Juli ini, BPO merangkum aduan dari masyarakat sebesar 71% melalui e-mail, 27% melalui telepon, 1% melalui faks dan 1% mengadukan melalui media lainnya. Untuk demografi masyarakat yang menyampaikan aduan di bulan Juli secara jenis kelamin terdiri dari 74% pria dan 24% wanita dimana 2% pengadu lainnya enggan memberikan keterangan jenis kelaminnya. Aduan yang disampaikan ini berasal dari berbagai media mulai dari TV, Radio, hingga siaran iklan komersil.

KAORI Newsline

10 KOMENTAR

  1. Pfft Shimoneta buat anak2 ? bapak2 ibu2 yang terhormat, kan udah ada yang namanya “rating” di Shimoneta sudah ada Rating 17+ kok ditonton anak2? :v
    ngeliat judul-nya juga udah jelas kok 😛

    • Rating itu cuma label, nyatanya bisa saja ank-anak maksain nonton. sama seperti anak sd nonton fim porno dihp diam-diam dihape.

      • Walau rating cuma label, tapi itu adalah upaya agar mengingatkan bahwa tayangan yang dihasilkan sebenarnya ditujukan kepada siapa. Apakah itu semua umur, remaja, dewasa, dll.

        Setelah adanya “rating” seharusnya para orangtua bisa mengendalikan anaknya agar tidak menonton apa yang seharusnya tidak diperuntukkan kepadanya.

        Dan balik lagi, siapa yang perlu disalahkan? Apakah pembuat tayangan? Apakah orangtua? Apakah anaknya?

        -Take your time-

  2. Ya menurut ane juga, Shimoneta kurang menarik dan sebenar nya apa tujuan dari anime tersebut..!

    apakah anime itu adalah suatu Gambaran di negara yang bebas Berekpresi tersebut, Apakah ada suatu larangan disana yang mungkin di tolak oleh Penulis anime tersebut, Dan mungkin masih banyak lagi yang ganjil dan tujuan yang sebenar nya dari anime shimoneta. ! :

  3. Throught KPI Tetep Aja Laknat :’v di Mataku Gilirian Sinetron Kok di Dukung dah Lanjut Aja tuh GGS Sampe Season 3 :v
    Salah Chibi Maruko Chan Hacchi Bee Time Quest Apa MZ :v

    • Siapa bilang Chibi Maruko Chan Hacchi Bee Time Quest salah???? Anime-anime itu sudah tamat. Makanya nggak tayang lagi.

  4. Klo menurutku, Shimoneta merupakan kritik terhadap sistem sensor dan pembatasan privasi yg ada dan dampaknya. Shimoneta justru mengambil gambaran pada negara yg kebebasan ekspresinya dan privasinya rendah (dalam hal seksual) yang berlawanan dengan Jepang (negara liberal, namun mengarah ke kontrol sensor sosial sebagai kebijakan reaksioner LDP yang rindu akan masa imperial pra-1945).

    1. Shimoneta beropini bahwa sensor yang sangat kuat dapat menjerumuskan seseorang pada masalah karena tidak dapat mengidentifikasi masalah sebab tidak tahu/tidak jelas (sederhananya orang berbuat jahat sebab tidak tahu apa yg dimaksud berbuat jahat) yg dalam hal ini diperankan oleh Anna Nishikinomiya. Konsep ini dipakai dalam alasan perlunya pendidikan seks (seksualitas) (, bukan cara melakukan seks). Hal ini tidak hanya masalah seksualitas, namun dapat diperluas ke bidang lain, seperti sejarah dan media komunikasi.

    2. Shimoneta dalam episode 1 juga mempertanyakan tujuan sensor dan pembatasan privasi tersebut (untuk siapa? rakyatkah? golongan tertentu kah?). Dalam hal ini, sensor tersebut merupakan kebijakan pemerintah. Kebijakan seperti ini umumnya di Indonesia (saya kira di tempat lain juga sama) dijadikan komoditas politik yang bertujuan untuk memperoleh dukungan.

    3. Akhirnya, Shimoneta menggambarkan bahwa ‘kebebasan berekspresi dan privasi’ sangat penting untuk diperjuangkan.

    Intinya, Shimoneta merupakan kritik terhadap sistem sensor dan pembatasan privasi. Walaupun visualisasinya cukup parah, semua sebaiknya mengambil masalah yang disajikan tersebut.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses