Menjadi majalah komik dwi-bulanan, pada bulan Agustus ini, satu lagi majalah komik dengan logo “badak”, Shonen Fight, dirilis dan menunjukkan “cula” nya. Pada awal bulan ini, tepatnya pada perhelatan Popcon Asia 2015, volume ke-2 dari majalah komik Shonen Fight sudah mulai dijual ke pasaran. Seperti apa kira-kira volume ke-2 dari majalah komik yang mengusung tema Shonen ini? Ikuti ulasannya berikut ini.
Menjadi halaman muka dari volume ke-2 majalah komik ini, Arfi dari seri komik Inheritage: Incarnation of Chaos hadir sebagai cover boy. Mengusung konsep sebagai majalah komik, di bagian awal dari volume ke-2 Shonen Fight, pembaca disuguhkan dengan liputan acara dari perhelatan Countdown Asia Festival in Jakarta. Menariknya, volume ke-2 dari majalah komik Shonen Fight ini hadir lebih tebal karena ditambahkannya 2 komik baru yang mulai debut di volume ke-2 ini.
Inheritage: Incarnation of Chaos – Karya: Mukhlis Nur
Muncul sebagai cover boy, komik yang dibintangi oleh karakter Arfi ini pun menjadi komik pembuka di volume ke-2 majalah komik ini. Melanjutkan apa yang ada di edisi pertamanya, komik ini mengisahkan Arfi dan kawan-kawannya yang memasuki sebuah bangunan kosong akibat rasa penasarannya. Namun ternyata, rasa penasaran tersebut membawa petaka. Arfi, Indra, dan Rieska justru diserang oleh segerombolan monster yang tanpa ragu menyerang mereka. Suasana semakin pelik saat mereka mengetahui bahwa mereka tidak bisa keluar dari bangunan tersebut alias terjebak. Ditengah serbuan monster tersebut, salah satu teman satu sekolah Arfi dan kawan-kawan, Aulia hadir. Namun terdapat sesuatu yang aneh dibalik kehadiran Aulia tersebut.
Mengawali volume ke-2 majalah komik Shonen Fight ini, Inheritage: Incarnation of Chaos tampil dengan 27 halaman. Pada chapter ke-2 nya ini, Inheritage: Incarnation of Chaos menyajikan berbagai adegan aksi yang cukup memukau dalam tiap goresan gambarnya. Porsi adegan pertempuran antara Aulia dan para makhluk halus tersebut ditampilkan dengan cukup apik. Menambah kesan aksi yang ada, kostum Aulia yang memiliki kekuatan super pun digambarkan dengan baik. Menariknya, jika dilihat lebih seksama kostum yang dikenakan Aulia ini memiliki corak dari pakaian tradisional. Perpaduan unsur budaya lokal yang dibalut menjadi sebuah komik aksi memang menjadi salah satu kekuatan dari komik ini. Hanya saja, sudah 2 bab namun jalannya cerita masih belum bisa dipahami dengan mudah karena masih banyak tanda tanya yang belum terjawab, seperti bagaimana sebenarnya masa lalu yang dialami Arfi, lalu mengenai kemunculan para monster misterius. Tanda tanya pun semakin ditambah dengan kemunculan sosok Aulia yang tiba-tiba memiliki kekuatan ajaib.
Kalasandhi – Karya: Azisa Noor
Sang murid perempuan dari STOVIA, Ratri hadir kembali dalam volume ke-2 Shonen Fight. Setelah pada volume pertama ia menjadi saksi mata dari tragedi pembunuhan misterius yang terjadi di Batavia dan diancam oleh sang tante, ternyata diketahui bahwa tante Tien hanyalah bermaksud memberi sedikit ujian pada Ratri yang telah menjadi saksi mata munculnya sosok misterius yang menjadi rumor. Tante Tien pun menceritakan pada Ratri bahwa sudah turun temurun keluarganya merupakan penjaga gerbang antar dua dunia. Dengan petunjuk dari cerita tante Tien, Ratri pun berusaha mencoba mengungkap sosok misterius pengelana dua dunia di perbatasan senja yang akhir-akhir ini mengancam kehidupan di Batavia.
Jika pada bab pertamanya Kalasandhi berhasil mengemas latar sejarah di era kolonialisme Belanda kedalam sebuah komik, kini di bab kedua kentalnya unsur budaya berhasil dikemas dengan apik dalam format komik. Hal yang menariknya adalah, penggunaan berbagai simbol budaya Jawa seperti Gunungan di pementasan wayang yang digunakan sebagai ilustrasi penjelasan misteri dua dunia yang ada di komik ini. Berurusan dengan makhluk halus, kesan supranatural dan mistis pun terasa kental pada komik ini. Namun sayangnya sepertinya di volume ke-2 ini peran Ratri sebagai murid sekolah kedokteran STOVIA justru kurang terlalu ditampilkan karena lebih dominan hadir sebagai Ratri yang berurusan dengan makhluk halus.
Ghost Loan – Karya: Mimi N.
Kisah sang siswi SMP yang mendapat kehidupan kedua berlanjut lagi. Setelah sebelumnya pada episode pertama mati tertabrak angkot dan hidup kembali, di bab ke-2 ini Alina menjalani konsekuensi yang harus ia hadapi akibat menandatangani kontrak untuk hidup kembali. Bersama dengan sang mentor, Reza, Alina diajarkan bagaimana cara untuk membasmi para siluman yang ada, sebagai seorang Borrower.
Secara kualitas gambar, Ghost Loan menyajikan visual yang cukup stabil. Selain itu, penggambaran ekspresi Alina juga dieksekusi dengan apik. Jika pada bab perdana pembaca akan disuguhkan lebih banyak dengan porsi cerita, di bab kedua ini pembaca akan disuguhkan pada berbagai adegan pertempuran. Meski demikian, menariknya adegan pertempuran di komik ini tidak menampilkan Alina yang dapat dengan mudah mengalahkan para monster, pembaca justru disajikan dengan bagaimana Alina harus berusaha sekeras mungkin hanya demi mengalahkan satu siluman saja. Namun tetap saja masih tidak dapat dicari apa alasan Alina harus mengenakan kostum Bunny Suit saat harus bertugas melawan para siluman.
Rabbit Vault – Karya: BebekTerbang

Pada chapter kedua ini, Abby sang pencuri yang dikenal dengan julukan “kelinci pencuri” bertemu dengan sesosok pria misterius yang melihat aksinya saat tengah melakukan pencurian. Sosok pria misterius ini pun mengajak bekerjasama dengan Abby karena dirasa memiliki pandangan yang sama dengan Abby dalam mencuri, yakni mencuri demi membagikan harta kepada mereka yang lebih berhak. Namun meski ditawari bantuan tambahan, Abby tetap merasa belum yakin apakah benar ia bisa berpartner dengan sosok yang belum terlalu dikenalnya itu.
Chapter kedua dari komik Rabbit Vault ini mengajak pembaca untuk mendalami perkenalan Abby dengan sosok pria misterius yang sempat menolongnya. Dengan berbagai usaha yang dimilikinya, pria ini terlihat sangat ingin mengajak Abby untuk bekerjasama dalam melakukan aksi. Secara gambar, komik Rabbit Vault ini memiliki visual yang cukup stabil. Dan menariknya, dalam penggambaran latar belakang sudah dilakukan sesuai keperluan, dimana latar belakang hanya digunakan pada kolom yang dirasa perlu latar belakang saja.
Jeenie – Karya: Dani Kuswan
Kehidupan seorang remaja pria, Terri kini dibuat semakin runyam setelah ia membebaskan sesosok jin cantik bernama Jeenie. Ruwetnya kehidupan Terri semakin diperparah setelah ia kepergok berduaan dengan Jeenie di hadapan perempuan yang ia cintai, Rena. Keadaan semakin bertambah parah dengan kehadiran Jeenie yang tinggal serumah dengan Terri. Lagi-lagi, suasan makin parah setelah Terri harus disibukkan dengan aksi salah mantra yang dilakukan Jeenie.
Jika pada komik-komik awal di volume ke-2 shonen fight ini pembaca akan lebih disuguhkan pada komik bertema aksi. Maka membaca Jeenie akan membawa sedikit angin segar dengan muatan cerita komedi ringan. Dalam chapter ke-2 ini, sosok Jeenie yang seorang jin dari dunia lain alih-alih tampil dengan kekuatan supernya yang memukau sebagai seorang jin, justru digambarkan sebagai jin yang kikuk karena salah merapal mantra yang justru membuat kehidupan Terri masih runyam. Meski tinggal serumah dengan sesosok jin cantik, namun sepertinya hidup Terri tidak akan membaik karena kekacauan yang dibawa oleh Jeenie.
Oh Blood! – Karya: Cessa
Pengejaran Aidestanti Maskito terhadap Coro yang memiliki darah spesial makin menyulitkan hidup Coro. Kini hidupnya sebagai mahasiswa tidak akan lagi berjalan mulus karena sang vampir wanita yang mengincar darahnya justru menjadi dosen di kampus. Sebagai akibat dari kebakaran kosan milik Coro, ia pun kini menginap di tempat sahabatnya. Namun meski sudah menginap di tempat sahabatnya tersebut, ancaman Tanti yang mengincar darah Coro demi sebuah obat kuat masih tetap menghantui.
Cerita di chapter ke-2 Oh Blood! Lebih berfokus pada usaha Coro melarikan diri dari kejaran Tanti. Suasana kacau dan runyamnya kehidupan Coro digambarkan jelas pada chapter ke-2 ini. Lawakan menjadi salah satu unsur yang paling menonjol dari komik ini. Dan gaya lawakan yang cukup nyablak di komik ini cukup membumi karena penggunaan punchline yang sangat lokal. Hanya saja dalam beberapa adegan terkadang dimasukkan beberapa joke yang mengambil reference dari beberapa anime yang sepertinya dirasa kurang terlalu pas untuk dimasukkan. Selain itu, muatan dewasa di chapter dua ini juga semakin banyak dibanding bab pertamanya.
Ulasan Shone Fight Volume 2 berlanjut ke halaman berikutnya.
Pembahasannya keren, singkat padat dan jelas. Moga-moga untuk volume yang lain dari majalah shonen fight dapat diulas lagi disini !!! 🙂
Terima kasih, secepatnya jika sudah ada volume baru, akan kami bahas lagi disini 😀