Selamat datang dalam ulasan mingguan untuk seri anime Yu-Gi-Oh! VRAINS. Ini adalah rubrik uji coba. Silakan sampaikan saran dan kritik Anda melalui Halo Kaori ([email protected]) maupun grup #Kaoreaders di Facebook.
“Seri anime yang asik untuk diikuti adalah yang punya produk mainan” ujar salah seorang teman kampus saya, orang biasa, bukan penggemar berat anime namun entah kenapa memiliki banyak insight menarik mengenai anime dari sudut pandang lain. Kata-kata itu pula yang membuat saya hingga hari di mana tulisan ini naik muat masih menyempatkan diri mengikuti perkembangan dunia TCG (Trading Card Game). Salah satu anime TCG yang sudah cukup terkenal adalah Yu-Gi-Oh!, salah satu seri yang saya ikuti sejak SD hingga sekarang. Setelah kisah Yuya Sakaki dalam usaha penyelamatan berbagai dimensi dalam seri Yu-Gi-Oh! ARC-V ditutup dengan akhir yang membuat saya tersenyum dan terhibur (egao dan otananoshimi seperti ujar Yuya sebagai Entertainer Duelist), seri anime TCG ini berlanjut dalam seri terbaru yang berjudul Yu-Gi-Oh! VRAINS.
Digital itu kenyataan yo Digital itu kenyataan!
Cerita dimulai dengan kilas balik penyerangan sekelompok hacker yang mengatasnamakan dirinya sebagai The Hanoi Knights. Para hacker ini melancarkan serangan membabi buta terhadap salah satu tempat yang berada di dunia jaringan virtual yang bernama Cyverse. Seharusnya serangan tersebut bisa dicegah, namun pasukan yang harus melawan para Hanoi Knights justru tersegel dan tidak bisa melakukan apa-apa. Di tengah kekacauan yang semakin tidak karuan, muncullah sebuah AI misterius yang tampil dengan sedikit “nyeleneh”, ngomong seenaknya, namun memiliki niat baik untuk menyelamatkan Cyverse. AI tersebut memiliki kebebasan jiwa sendiri, layaknya seorang manusia. Disebut-sebut sebagai Ignis, AI itu pun berusaha melindungi Cyverse dengan cara menyembunyikan dunia Cyverse ke suatu tempat di dalam sistem jaringan yang hanya diketahui olehnya. Tidak ada hal yang gratis di dunia ini termasuk apa yang dilakukan oleh Ignis, karena menyembunyikan Cyverse berarti ia tidak bisa kembali ke sana. Setelah memutuskan koneksi antara Cyverse dengan dunia luar, Ignis pun berhasil melakukan rencananya. Namun naas, seekor naga dari pasukan Hanoi Knights berhasil menyerang Ignis hingga tubuhnya terkoyak. Para Hanoi Knights pun melakukan pencarian atas serpihan Ignis yang diyakini masih bisa memiliki kunci untuk menunjukkan di mana keberadaan Cyverse.
Lima tahun kemudian setelah penyerangan tersebut, di sebuah kota bernama Den City, terdapat dua duelist sedang bertarung dalam dunia virtual VRAINS. VRAINS adalah sebuah sistem jaringan dunia virtual yang dikembangkan oleh SOL Technologies. Para duelist di kota Den City saling beradu kekuatan dalam duel di dalam dunia VRAINS ini. Seperti layaknya Sword Art Online dan juga .hack, setiap duelist yang masuk ke VRAINS memiliki identitas lain yang disebut sebagai Avatar. Dalam dunia VRAINS, tersebar rumor mengenai keberadaan duelist misterius yang bernama Playmaker, yang tiada henti melawan para Hanoi Knights dan menyelamatkan kota. Sosok dibalik Playmaker adalah seorang anak SMA biasa bernama Yusaku Fujiki, yang bertarung dalam duel demi menguak misteri tragedi lima tahun lalu yang menimpa dirinya.
Here comes the Vigilante in the Cyberpunk Setting Den City

Menyaksikan lima menit awal dari episode perdana Yu-Gi-Oh! VRAINS ini sangat mengingatkan saya akan bagian pembuka seri superhero Arrow. Lima tahun lalu, jaringan virtual mendapatkan serangan dari sekumpulan hacker, yang ternyata menimpa juga sang karakter utama. Lima tahun berselang, ia bertekad untuk mengalahkan para Hanoi Knights yang mengancam kedamaian Den City. Dalam perlawanannya itu Yusaku Fujiki berubah menjadi orang lain, menjadi sesuatu yang lain. Ia menyebut dirinya sebagai, Playmaker. Lengkap dengan kepribadian Yusaku yang berusaha menyembunyikan diri bahwa ia adalah sosok Playmaker, semakin membuat saya berpikir bahwa inilah Oliver Queen dari Den City, dengan harapan semoga saja ia tidak hobi mengencani beberapa perempuan sekaligus.
Sosok karakter Yusaku Fujiki sendiri cukup menarik untuk saya, karena tampil dengan aura “cool” namun tetap terlihat kalem, dan cukup dewasa, berbeda dengan Yuya Sakaki (Yu-Gi-Oh! ARC-V) dan Yuma Tsukumo (Yu-Gi-Oh! Zexal). Entah kenapa melihat Yusaku saya teringat akan sosok Yusei Fudo (Yu-Gi-Oh! 5D’s). Sosok karakter yang kalem dan dewasa semakin terbangun berkat suara dari Shoya Ishige yang setelah saya cari tahu, ternyata ini adalah debutnya menjadi karakter utama setelah sebelumnya hanya mengisi beberapa karakter sampingan di anime lain. Episode pertama ini kurang banyak menampilkan karakter selain Yusaku Fujiki.
Berbicara mengenai pengisi suara, di anime ini juga ada Takahiro Sakurai yang mengisi suara Ignis dengan karakter yang jenaka. Satu yang mengejutkan adalah saat saya tahu bahwa Shunsuke Takeuchi, sang produser Idolm@ster CG hadir dalam anime ini sebagai sosok antagonist bernama Revolver.

Mengikuti seri Yu-Gi-Oh! sejak kecil hingga sekarang merupakan sebuah pengalaman tersendiri. Satu yang paling mencolok dari setiap serinya adalah tema besar yang diangkat selalu berbeda. Pada seri Yu-Gi-Oh! pertama mengangkat mengenai berbagai permainan papan dan juga misteri mesir kuno. Seri kedua Yu-Gi-Oh! GX membawa tema sekolah duel. Dalam seri ketiga Yu-Gi-Oh! 5D’s, tema yang dibawakan adalah post-apocalyptic, arena balap, serta misteri aztec kuno. Seri ke-empat Yu-Gi-Oh! Zexal membawa tema yang lebih kanak-kanak. Seri Yu-Gi-Oh! ARC-V membawa tema hiburan dan juga konsep multiverse. Dalam Yu-Gi-Oh! VRAINS ini tema yang dihadirkan adalah Cyberpunk, dengan sedikit hint yang mengingatkan saya akan seri pertama.

© Kazuki Takahashi – Studio Dice / Shueisha – TV Tokyo – NAS

Nuansa Cyberpunk sangat kental dihadirkan dalam episode pertama seri anime ini. Berbagai istilah-istilah teknologi mutakhir dihadirkan untuk menjelaskan kisah yang ada dalam episode pertama ini. Tema teknologi dan dunia virtual yang sangat Cyberpunk terlihat juga dalam adegan aksi di episode pertama ini, di mana suasana tegang tidak hanya ditampilkan saat saling bertarung namun juga saat Yusaku berusaha meng-hack sistem dari SOL Technologies untuk menangkap Ignis.



Sepertinya ini adalah seri Yu-Gi-Oh! yang tanpa basa-basi
Beberapa hal yang terjadi saat saya mengikuti seri anime panjang adalah bangunan cerita yang terkesan monoton di awal dan baru mulai memasuki konflik serius saat sudah di pertengahan. Begitupun dengan Yu-Gi-Oh!, dalam seri Yu-Gi-Oh! ARC-V saja sepertinya butuh 20-30 episode sampai masuk bagian konflik yang serius. Tetapi dalam seri Yu-Gi-Oh! VRAINS, episode pertama sudah banyak menampilkan konflik yang cukup intens dan serius.

Satu formula yang terus dibawa dalam seri Yu-Gi-Oh! adalah “bermain kartu untuk menyelamatkan dunia”, dan hal ini sudah ditampilkan dalam episode pertama. Dua menit awal penonton sudah ditampilkan dengan adegan penyerangan Cyverse, selang sekitar lima belas menit, penonton ditampilkan adegan sebagian kota Den City porak poranda dan sebagian dunia VRAINS luluh lantah oleh serangan Hanoi Knights. Di sisi lain, persaingan dan intrik tersembunyi antara SOL Technologies dan Hanoi Knights untuk mencari Ignis juga semakin menambah intens cerita, lengkap dengan bumbu tragedi yang di alami oleh Yusaku dan pembawaan cerita melalui visual yang cukup serius. Sekilas saya teringat dengan kisah Yu-Gi-Oh! 5D’s yang pada episode pertamanya sudah menghadirkan pembuka kisah post-apocalyptic dan juga kesenjangan sosial.


Oleh karena itu, episode pertama ini terlihat sangat fokus dalam sisi cerita dan konflik. Menghadirkan kisah yang intense, dan juga pengantar pembuka mengenai Den City dan VRAINS membuat episode ini sangat padat akan narasi. Imbas dari episode pertama yang terlalu fokus pada cerita dan konflik adalah, adegan duel yang tidak banyak di tampilkan. Harapan saya menonton episode pertama VRAINS adalah untuk melihat bagaimana duel menggunakan Link Summonning dilakukan, tapi sepertinya saya harus menunggu hingga episode berikutnya.
KAORI Newsline | diulas oleh Rafly Nugroho