Cerita dalam episode ke-6 ini langsung melanjutkan akhir cerita dari episode sebelumnya, di mana mereka semua akan jalan-jalan bareng pada akhir musim panas. Junichi dan kawan-kawan segera mencari pekerjaan sambilan untuk membiayai kebutuhan mereka selama berlibur.
Mereka bekerja sambilan sesuai dengan pilihan mereka masing-masing. Shinpei dan Keigo bekerja di toko doujin Toranoana karena mereka beranggapan bahwa ilmu ke-wibu-an mereka akan berguna di situ. Sementara itu, Minoru entah kenapa bisa mendapat pekerjaan di penitipan anak dengan sifatnya yang mengkhawatirkan. Junichi pun bekerja sebagai kitchen hand di sebuah kafe cosplay bersama Yukana dkk. Tentu mereka bekerja sebagai pelayan di cafe tersebut.
Di cosplay cafe yang namanya cukup familiar tersebut, pasti pengunjungnya adalah otaku. Saya disini tidak akan berbasa-basi soal cosplay cafe tempat mereka bekerja dan langsung saja membahas stereotip otaku yang digambarkan secara gamblang di episode ini.
Otaku = Sampah Masyarakat?
Stereotip ini sering terlihat di masyarakat. Otaku yang tenggelam dalam delusinya sering terlihat menjijikkan di mata masyarakat. Gambaran umum para otaku seperti tidak rapi, kumuh, kegemukan, dan tenggelam dalam delusinya tergambar rapi dalam episode ini. Pelanggan yang berkunjung di cafe tersebut meminta para pelayannya untuk memberi “magic” ke makanan/minumannya. Setelah ‘memberkati’ pesanannya, sang pengunjung langsung klepek-klepek dimabuk oleh delusinya yang dipenuhi oleh sang pelayan. Ada juga adegan yang menggambarkan pelecehan seksual saat salah satu pelanggan yang dilayani oleh Ranko meminta celananya (yang kembali disensor dengan bola disko) untuk di-lap olehnya.
Orang-orang yang bertipe seperti itu jugalah yang terkadang mengeluh kenapa mereka masih jomblo. Menjijikan, bau, gendut, dan tampang aneh adalah alasan kenapa mereka masih jomblo. Seperti yang saya paparkan di episode 1, harusnya Anda bercermin dulu apakah Anda pantas dipacari oleh seseorang.
Penampilan ternyata juga bisa menipu. Si manajer cafe, walaupun terlihat sopan dan rapi, ternyata adalah otaku dan salah satu yang suka mencoba menyalurkan ke-otaku-annya ke jalan yang tidak benar. Dia mencoba untuk membuat Yukana dkk membacakan novel ringan yang ternyata ceritanya mesum ke pelanggannya dengan tujuan membuat para gadis mengeluarkan reaksi malu. Tentu hal ini adalah secara langsung pelecehan seksual. Mungkin Nene atau Ranko tidak risih membaca novel tersebut, namun tolong janganlah salurkan delusi Anda dengan cara seperti ini.
Jika Anda berpikir semua otaku seperti ini, hal tersebut tidaklah benar. Jika diperhatikan baik-baik, ada karakter di episode ini yang menyalurkan ke-otaku-annya secara baik. Shinpei dan Keigo yang bekerja sambilan di Toranoana adalah contohnya. Dengan pengetahuan anime yang dimiliki oleh Shinpei, dia berhasil menguasai lantai penjualan Toranoana, bahkan manajernya menyerahkan sebagian kuasanya ke dirinya.
Walaupun Anda otaku, ada juga jalan untuk menyalurkan pengetahuan tersebut agar menjadi lebih berguna. Anda tidak perlu (sepenuhnya) menjadi riajuu untuk berguna di masyarakat. Anda hanya perlu menyalurkan keahlian anda di tempat yang tepat.
Sebagai penutup, fanservice yang disajikan di episode ini memang sedikit unorthodox. Ada banyak penurunan kualitas animasi di beberapa sudut. Namun dengan sampainya hari yang dijanjikan, episode selanjutnya adalah episode pantai yang tentunya telah ditunggu-tunggu.
Bonus End Card: Ilustrasi oleh Hisasi
KAORI Newsline