Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH)

Dalam sejarah Indonesia sendiri tercatat ada tiga unit CC200 yang mengalami PLH yang cukup parah yaitu CC200-01, 16, dan 27. Selain itu, ada beberapa yang mengalami PLH, namun tidak terlalu parah.

CC200-01:

Pada 17 Juni 1973 pukul 19.50, KA 75 Pandanaran yang dihela BB200-35 ditabrak KA 2620 (Barang) yang dihela CC200-01 di emplasemen Telawa. PLH ini terjadi akibat KA 2620 melanggar sinyal masuk stasiun Telawa pihak Padas yang beraspek merah. Mesin CC200-01 yang mati, membuat suplai udara berkurang. Kurangnya suplai udara membuat pengereman tidak maksimal di lintas yang menurun. Ditambah lagi, masinis tidak bisa memberikan semboyan ikat rem keras kepada PLRM (Pelayan Rem) maupun membunyikan semboyan bahaya. Akibatnya, KA 2620 mengalami larat atau blong, melanggar semboyan 7 Telawa dan akhirnya menabrak KA 75 yang sedang memasuki jalur satu. Sebelas orang meregang nyawa akibat kejadian ini, sementara BB200-35 dan CC200-01 rusak berat. BB200-35 sendiri masuk daftar konservasi dan diafkirkan pada Oktober 1986 sementara CC200-01 tidak jelas nasibnya, kemungkinan besar langsung diafkirkan dan dirucat.
CC200-01 yang rusak berat | Foto : Bpk. Deden Suprayitno
CC200-16:
Pada Minggu, 21 Oktober 1962 KA Ekspres 3E Parahijangan (Surabaja-Bandung) yang dihela CC200-16 bertabrakan dengan KA dari Bandung pada 300 meter sebelah barat stasiun Malangbong. Kejadian ini mengakibatkan 15 orang luka berat dan ringan. Kronologinya; Sekitar pukul 16.45, KA Parahijangan yang baru saja melintas stasiun Malangbong, tiba-tiba muncul KA dari Bandung berjalan di jalur yang sama ketika hendak memasuki emplasemen stasiun Malangbong. Akibatnya, tabrakan tidak terhindarkan lagi. Satu lokomotif, satu DL dan satu CL milik KA Parahijangan anjlok. Sementara itu, satu lokomotif dan 3 CL milik KA dari Bandung anjlok. Pukul 19.00, satu rangkaian kereta api khusus diberangkatkan dari Bandung guna mengangkut pejabat-pejabat DKA untuk memberikan bantuan dan mengusahakan agar lalu-lintas KA dapat normal kembali.
CC200-27:

Lokomotif ini bertabrakan dengan BB200-18 di Linggapura pada 26 Desember 1962. KA 7 Kilat Malam menabrak rangkaian KA 4855 Barang Cepat yang terlepas di petak Saradan – Caruban. Akibat kejadian ini, 4 orang penumpang, masinis, serta asisten masinis mengalami luka ringan. CC200-27 yang menghela KA 7 rusak ringan dan 4 gerbong KA 4855 rusak akibat kejadian ini.

Akhir Hayat

Tahun 1986 menjadi tahun penghabisan bagi si Jengki. Sebanyak 17 unit CC200 dinyatakan afkir pada tahun 1986, dan dirucat tidak lama setelah itu. Pasca afkir massal pada 1986, hanya tersisa CC200-02, 04, 08, 09, 11, 12, 15, 21, 24 dan 26. Jumlah ini kembali berkurang pada era 1990an, di mana CC200 selain 08, 09, 15, dan 26 telah dirucat. CC200-15 hampir diafkirkan pada 1995, namun dapat diperbaiki dan dioperasikan kembali.

CC200-26 adalah lokomotif yang paling ‘sehat’ diantara lainnya yang tersisa. Namun, akibat miskomunikasi antara Dipo Traksi Cirebon dan Balai Yasa Yogyakarta membuat lokomotif tersebut yang seharusnya menjalani perbaikan, akhirnya dirucat di Balai Yasa Yogyakarta pada November 1999. Walau sudah semakin sedikit, si Jengki terus berdinas Tambora hingga sekitar 2000 sampai pada akhirnya CC200-08, 09, dan 15 tumbang. Pada 2001, sekumpulan pencinta kereta (Railfans) yang tergabung dalam Friends of CC200 memulai upaya preservasi lokomotif diesel elektrik pertama di Indonesia ini.

CC200-15 di stasiun Ambarawa | Foto : Faishal Ammar

Langkah preservasi ini berhasil membuat CC200-15 kembali aktif, dan dapat beroperasi kembali hingga tahun 2009, hingga cylinder liner-nya jebol. CC200-15 kini ada di museum Ambarawa sebagai pajangan, sementara CC200-08 dan 09 merana di kebun Balai Yasa Yogyakarta.

Cemplus Newsline by KAORI | Oleh: Reza Aditya dan Faishal Ammar | Editing oleh: Farouq Adhari

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses