Battle of Surabaya, sebuah film anime 2D karya MSV Pictures yang telah tercatat sebagai anime 2D pertama buatan Indonesia yang diputar di bioskop. Sebuah prestasi yang begitu hebat di tengah lesunya industri film lokal dan tingginya ketidakpercayaan masyarakat akan film lokal, khususnya film berbentuk anime. Salah satu elemen yang mendukung kesuksesan film ini adalah penampilan dari para Seiyuu atau pengisi suara para pameran Battle of Surabaya yang sudah handal dalam dunia pengisian suara.
Novie Burhan (kiri) dan Ian Saybani (kanan)
KAORI Nusantara mewawancarai Seiyuu Musa dan Ibu Musa yaitu Ian Saybani dan Novie Burhan, keduanya bukanlah orang baru dalam bidangpengisian suara. Novie Burhan yang juga menjadi koordinator dan pengarah para Seiyuu di film ini adalah senior di bidangdunia pengisian suara, ia pernah mengisi suara di berbagai anime yang tayang di Indonesia seperti Cardcaptor Sakura, Shrek, Tazmanian Devil, Denny Phantom sampai telenovela seperti Carita de Angel. Sang pameran utama yaitu Ian Saybani juga pernah mengalih suarakan berbagai macam karakter seperti Shinji Ikari (Evangelion 2.0), Fuyuki Hinata (Keroro Gunsou the Super Movie), Sasuke Uchiha (Naruto Shippuden), Mitsuo/P-Man (P-Man) dan masih banyak lagi. Mereka berbagi pengalaman dengan KAORI Nusantara tentang proses pengisian suara Battle of Surabaya sampai harapan mereka untuk dunia pengisian suara suara lokal.
Bagaimana rasanya bermain dalam film Battle of Surabaya?
Novie Burhan (NB): Sangat senang, apalagi bermain di film yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang selama tiga tahun, ya kan (tertawa).
Ian Saybani (IS): Saya bangga banget karena dilibatkan dalam proyek yang besar dan juga teman-teman MSV Pictures dan Amikom Yogyakarta yang memanggil Seiyuu lokal untuk ikut andil dalam proyek ini karena bisa mengangkat nama temen-temen Seiyuu lokal.
Seperti apa Battle of Surabaya menurut kalian?
IS: Menurut saya Battle of Surabaya sangat bagus apalagi jika target pasarnya adalah anak-anak dan remaja karena bisa belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan dan berbeda dari cara belajar yang biasa. Ini juga salah satu project yang membanggakan buat Indonesia karena film ini dilirik juga oleh Disney dan nanti Disney akan membuat versi Inggris dari film ini.
NB: Perlu menjadi catatan bahwa semua animator film ini adalah orang Indonesia, film ini juga bisa menjadi ajang unjuk kebolehan animator lokal karena nama mereka akan muncul di film ini tidak seperti film luar yang kadang tidak menyertakan animator lokal. Maka dari itu ketika dilirik oleh Disney kita tidak mau kalau film ini dibeli putus oleh mereka karena pasti semua yang lokalnya akan hilang dan diganti. Harapannya film ini juga bisa membantu anak Indonesia menemukan figur fiksi asli lokal dan tidak usah menjadi superhero untuk menolong orang. Just be yourself and you can be a hero.
Ceritakan awal terjun ke dalam Battle of Surabaya?
NB: Awalnya pihak MSV Pictures menghubungi kami dan meminta Seiyuu profesional untuk bermain di film iniBattle of Surabaya. Pada tahun 2013 MSV Pictures bilang “Kayaknya Seiyuunya dari anak-anak MSV aja deh” tetapi pada akhir 2014 pihak MSV dan akhirnya kita terjun untuk menjadi Seiyuu film ini.
Novie Burhan
Bagaimana proses pengisian suara dari Battle of Surabaya?
NB: Ada proses casting terlebih dahulu karena yang menentukan siapa yang pantas mengisi suara karakter tersebut adalah dari pihak rumah produksi (MSV Pictures – red), sebagai contoh ketika mencari pengisi suara yang cocok untuk Musa saya kirim tiga sampel suara untuk dipilih oleh pihak MSV Pictures. Barulah ketika menemukan kecocokan take vocal buat film ini dilaksanakan.
Apakah menemui tekanan atau kendala ketika mengisi suara untuk Battle of Surabaya?
NB: Karena kita sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini jadi ga terlalu berat.
IS: Memang kita sudah biasa menjalani pekerjaan ini namun untuk film ini ada pressure yang sangat kuat karena banyak orang sudah menunggu film ini selama tiga tahun dengan ekspektasi yang tentunya sangat tinggi.
NB: Pas kita sedang melakukan take vocal saya sempat terpikir kira-kira Musa pas ga ya kalau suaranya seperti ini.
Kalian sudah berpengalaman dalam mengisi suarakan karakter lain, apa perbedaan ketika mengisi suarakan karakter lain dengan karakter sendiri?
NB: Pasti berbeda, ambil contoh kalau misalnya saya dubbing film Disney atau film luar lainnya saya tidak bisa mengklaim karakter itu adalah karakter saya karena saya hanya menyuarakan karakter yang sudah disuarakan sebelumnya, ini namun ketika saya bermain di film ini saya mempunyai karakternya karena saya adalah yang pertama kalli menyuarakan karakter ini. Jadi ketika film ini akan disulih suarakan ke dalam Korea, Inggris dan sebagainya mereka hanya menjadi Musa dalam bahasa asing dan akan mengikuti pakem dari suara kita.
Novie Burhan bersama Reza Rahardian dan Maudy Ayunda
Bagaimana rasanya bekerjasama di Battle of Surabaya dengan nama-nama besar di dunia perfilman seperti Maudy Ayunda dan Reza Rahadian?
NB: Maudy dan Reza bisa bekerjasama dengan baik ketika film ini kita suarakan tetapi memang ada perbedaan ketika kita real acting dan voice acting. Mereka pasti pernah dubbing tapi mereka dubbing ketika ada satu adegan yang audionya rusak sedangkan di film ini mereka harus memasukkan suara ke karakter orang lain. Karena Maudy pertama kali jadi Seiyuu pada awalnya dia masih mencari-cari karakter suara yang pas untuk Yumna dan sering berkonsultasi dengan saya, saya bilang ke Maudy untuk mengeluarkan suaranya apa adanya saja jangan dipaksa. Ini juga menjadi suatu pembelajaran bagi yang ingin menjadi Seiyuu, ketika kita duduk, pasang headphones, memegang naskah dan adegan sudah mulai berjalan kita harus merasa bahwa karakter yang sedang diputar di adegan tersebut adalah karakterku bukan aku sehingga muncul penyuaraan yang natural.
Bebeerapa Seiyuu Battle of Surabaya dari kiri ke kanan: Ian Saybani, Kamal Nasuti, Novie Burhan, Joy, & Hard
Sama seperti akting betulan ya?
NB: Yap, bedanya ini via suara saja.
Ada kejadian lucu dan unik ketika menyuarakanBattle of Surabaya?
NB: Ketika Maudy bertemu adegan yang mengharuskan untuk tertawa dia tiba-tiba kebingungan dan terus menanyakan kepada saya “Aduh bagaimana ini”. Danu juga mempunyai karakter yang cukup kompleks, di dialog awal dia harus senang, di tengah dia bisa jadi sedih dan di akhir dia bisa jadi marah sampai Reza berkata “Wah ini karakter psikopat abis”.
IS: Ketika kita menemui adegan sedih, satu ruangan tanpa sadar tiba-tiba menangis. Sampai-sampai saya berujar wah ini adegan sedih banget pasti.
Ian Saybani
Menurut kalian, harapan apa yang keluar setelah orang menyaksikan Battle of Surabaya?
NB: Pesan yang ingin kita sampaikan sudah tertera di tagline film ini yaitu “There’s no glory in war”. Definisi menang dalam suatu peperangan kan tidak jelas, ketika jumlah korban sedikit tapi negara hancur apakah bisa dikatakan menang perang? Maka dari itu mudah-mudahan tagline dari film ini bisa sampai kemanapun.
IS: Kita berharap masyarakat Indonesia sadar akan kemampuan sumber daya masyarakat kita dalam membuat suatu karya karena animator kita udah internasional tarafnya.
NB: Dan mudah-mudahan tidak ada lagi animator yang cabut ke luar negeri. Mudah-mudahan film ini menjadi suatu momentum kebangkitan anime lokal.
Ada pesan untuk yang ingin menjadi Seiyuu?
IS: Jangan pernah berhenti mencoba dan terus belajar. Sekarang era semua serba bisa diakses bisa dicari studio-studio yang isinya pengisi suara.
NB: Tuhan tidak pernah meminta kita untuk selalu berhasil dia hanya meminta kita untuk tidak pernah berhenti mencoba dan tidak pernah menyerah.
Battle of Surabaya akan hadir pada perhelatan Anime Festival Asia Indonesia (AFAID) 2015 yang akan diselenggarakan di JIExpo Kemayoran – Jakarta tanggal 25, 26, dan 27 September 2015. Kunjungi stand MSV Pictures pada booth nomor 36.
Simak ulasan film ini pada tautan berikut ini dan pemaparan lebih komprehensif pada tautan ini.
KAORI Newsline | oleh Luthfi Suryanda Atmojo