Tak terasa tahun 2018 hanya tinggal hitungan jam lagi. Berbagai peristiwa telah terjadi selama tahun 2018, termasuk dalam dunia popkultur anime ataupun Jejepangan, maupun dunia perhobian. Dari mulai berakhirnya perhelatan Anime Festival Asia di Indonesia, berhentinya operasi Damri Inobus, kembalinya Steady Safe, “dihidupkannya kembali” sosok Wiro Sableng dalam kancah dunia popkultur di Indonesia dalam film terbarunya, hingga pernikahan mantan member JKT48 Melody. Selain itu tahun 2018 juga menjadi tahun yang bersejarah tatkala untuk pertamakalinya sejak tahun 1962, Indonesia kembali menjadi tuan rumah Asian Games (dan Asian Para Games), di mana Asian Games 2018 juga diramaikan dengan eksibisi esports, yang juga berhasil menyumbangkan medali emas dan perak.

Salah satu momen penting yang juga terjadi dalam dunia popkultur anime di Indonesia adalah berakhirnya penayangan anime Naruto Shippuden di Indonesia. Ya, anime legendaris yang digemari banyak umat manusia di seluruh dunia ini memang sudah berakhir serial animenya di Jepang pada 23 Maret 2017 lalu. Namun di Indonesia, Naruto Shippuden baru berakhir penayangannya di stasiun televisi Global TV (kini GTV) pada 20 Juli 2018 lalu.

Copyright (c) TV TOKYO Corporation All rights reserved.

Naruto adalah komik karya Masashi Kishimoto, yang pertamakali diterbitkan di Jepang melalui Weekly Shonen Jump pada tahun 1999. Ditulis berdasarkan cerita pilot berjudul sama yang ditulis oleh Kishimoto pada tahun 1997 melalui majalah Akamaru Jump, dalam komik ini dikisahkan mengenai petualangan Naruto Uzumaki, seorang Ninja yang bercita-cita menjadi pemimpin di desanya, Konoha. Komik ini sangat sukses bahkan di luar Jepang, termasuk di Indonesia, di mana komiknya juga telah diterbitkan oleh penerbit Elex Media Komputindo.

Adapun untuk penayangan anime Naruto di Indonesia sendiri memiliki perjalanan sejarah yang cukup kompleks. Tidak terlalu jelas kapan kiranya Naruto tayang di televisi Indonesia. Namun stasiun televisi TRANS TV menjadi salah satu stasiun televisi Indonesia pertama yang menayangkan anime ninja tersebut sekitar tahun 2004, hingga pada akhirnya pada suatu masa, penayangannya akhirnya berpindah ke Global TV, yang belakangan menjadi identik sebagai “TV-nya Naruto.”

Dalam perjalanannya, penayangan Naruto di Indonesia sendiri penuh dengan kisah-kisah yang cukup kompleks dan penuh intrik. Sempat berpindah-pindah stasiun televisi, hingga pernah muncul di 2 stasiun televisi sekaligus, di masa yang hampir bersamaan. Dan bagi para penonton anime Naruto di Indonesia, pasti sudah cukup mahfum, atau malah bosan atau kesal dengan penayangannya yang seringkali diulang-ulang, sampai putus-nyambung-putus-nyambung. Metode penayangan diulang-ulang dan putus-nyambung-putus-nyambung ini sendiri akibat metode penayangan Global TV yang kerapkali menayangkan Naruto setiap hari, dan tak jarang bisa menayangkan anime tersebut lebih dari 2 episode setiap harinya. Hal ini membuat mereka kerapkali kehabisan stok episode, dan harus menunggu pasokan episode terbaru dari Jepang, hingga harus menghentikan penayangan Naruto untuk sementara waktu, atau malah mengulang penayangannya dari awal, hingga akhirnya pasokan episode baru dari Jepang akhirnya hadir.

Penayangan anime Naruto juga sempat dicap sebagai “tayangan bermasalah” oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tahun 2008 lalu, akibat dianggap mengandung unsur kekerasan (fisik, psikologis, sosial) baik dalam bentuk tindakan verbal maupun non verbal, tidak melindungi kepentingan anak-anak serta remaja, tidak adanya/tidak menampilkan klasifikasi penggolongan tayangan (penggolongan program siaran berdasarkan usia khalayak penonton), serta tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan kesusilaan. Akibat pernyataan ini, banyak fans yang menganggap Naruto dilarang tayang di Indonesia oleh KPI. Namun pada akhirnya, Naruto tetap saja tayang nyaris tanpa ada masalah, malah di tahun yang sama, anime Naruto justru pernah tayang di 2 stasiun televisi sekaligus, yaitu Global TV dan Indosiar, meski keduanya menayangkan anime tersebut dengan urutan episode yang berbeda. Dan meskipun penayangan anime Naruto seringkali terputus di tengah jalan, hingga membuat fans berpikir bahwa anime tersebut memang dilarang, namun pada akhirnya tayang kembali juga. Dan memang kasus pemutusan penayangan tersebut memang lebih kepada metode penayangan Global TV yang seringkali membuat mereka kehabisan stok episode.

Sebagaimana lazimnya anime Jepang, ataupun tontonan berbahasa asing di Indonesia, anime inipun juga didubbing dialognya ke dalam bahasa Indonesia. Berbagai seiyuu telah turut serta dalam mendubbing anime ini ke dalam bahasa Indonesia. Sebut saja Hana Bahagiana yang merupakan seiyuu dari sosok Naruto Uzumaki, sang tokoh utama, ataupun Biantoro yang juga dikenal sebagai seiyuu dari Orochimaru. Nama-nama lainnya yang juga bermain di anime ini, di antaranya adalah Kamal Nasuti, Bima Sakti, Adi Amran, Ridawati, Leni M Tarra, Mirna Haryati, Wiwiek Supadmi, Hardi, Ian Saybani, Agus Nurhasan, Susy Setiawaty, Hilman, dan masih banyak lagi.

Sebagai anime yang memiliki episode sangat panjang, dan beragam karakter yang sangat banyak, memang sudah sewajarnya anime Naruto dimainkan oleh begitu banyak seiyuu. Namun untuk kasus pemutaran di Indonesia, terdapat satu lagi cerita yang cukup kompleks, yaitu tidak jarangnya pergantian seiyuu untuk sejumlah karakter. Hal ini diakibatkan seringnya penayangan Naruto mengalami kevakuman yang cukup lama akibat harus menunggu pasokan stok episode, mengakibatkan ketika anime tersebut akhirnya kembali, sudah ada perubahan dari para seiyuu itu sendiri. Ada yang sudah pensiun atau vakum dari karir sebagai seiyuu, ada yang sudah sibuk dengan proyek lain sehingga tak ada waktu lagi untuk bermain di Naruto, bahkan ada juga yang telah tutup usia seperti Susy Setiawaty ataupun Adi Amran.

Mengenai pendubbingan ada sejumlah kisah yang juga cukup menarik. Akibat seringnya anime ini mengalami kevakuman tayang, membuat anime ini sering berpindah-pindah studio dubbing. Tercatat beberapa studio dubbing yang pernah mendubbing anime ini di antaranya VIP Roxy, MT Entertainment, hingga studio in-house RCTI. Seringnya pergantian studio dubbing ini pada akhirnya membuat anime Naruto seringkali mengalami sejumlah perombakan susunan seiyuu. Bahkan pernah ada pula masa di mana Hana Bahagiana hengkang dari peran Naruto yang sudah begitu melekat, hingga membuat Naruto Uzumaki memiliki setidaknya 5 orang seiyuu. Tentu saja hal ini salah satunya juga disebabkan karena Naruto juga sempat beberapa kali berpindah TV, dan terkadang penayangan di televisi yang berbeda membuat anime ini tayang dengan jajaran seiyuu yang berbeda pula. Seperti saat anime ini ditayangkan di Indosiar, maka sosok sang ninja berambut kuning ini diperankan oleh Ridawati, sementara saat tayang di Animax diperankan oleh Mirna Haryati. Dan tentu saja di serial anime versi chibinya, Naruto diperankan oleh Wiwiek Supadmi.

Satu lagi kisah yang cukup kontroversial adalah pernah ada suatu masa ketika para seiyuu harus mendubbing anime ini tanpa naskah sekalipun. Hal ini dikarenakan pada masa itu, sempat ada kasus di mana materi film yang didubbing berbahasa Malaysia, sehingga dianggap tidak diperlukan naskah terjemahan berbahasa Indonesia. Tentu saja hal ini malah membuat para seiyuu menjadi kesulitan dalam mendubbing karena mereka juga harus menerjemahkan secara langsung dialog berbahasa Malaysia ke dalam bahasa Indonesia, hingga membuat sejumlah episode awal dari anime ini memiliki dialog yang kacau. Namun untungnya hal ini tidaklah berlangsung terlalu lama, dan dubbing anime ini bisa berjalan secara normal dengan naskah terjemahan sebagaimana dubbing film asing pada umumnya.

Penayangan anime Naruto di Indonesia memang sudah berakhir. Namun Global TV (kini menjadi GTV) merasa tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk menayangkan anime lanjutannya, yaitu Boruto, yang langsung ditayangkan dalam waktu hanya 3 hari setelah penyiaran episode Naruto Shippuden. Namun sebagaimana prekuelnya, GTV juga menayangkan anime Boruto dengan metode kejar tayang, hingga akhirnya mereka mengalami kehabisan episode, dan harus menghentikan penayangan Boruto untuk sementara waktu, dalam waktu tak sampai sebulan sejak anime Boruto mulai debut. Padahal di Jepang sendiri Boruto juga baru berjalan selama setahun.

Begitulah kisah perjalanan sang ninja yang terkenal dengan jurus seribu bayangan atau “kage bunshin no jutsu” tersebut alam belantika pertelevisian Indonesia. Dari anime Naruto saat anak-anak, hingga telah beranjak dewasa dalam anime Naruto Shippuden, kisah petualangan sang ninja di televisi Indonesia penuh dengan lika likunya sendiri. Dari kasus berpindah-pindah stasiun televisi, hingga berpindah-pindah studio dubbing, sempat mengalami pergantian jajaran seiyuu, sering mengalami penghentian penayangan dalam waktu yang cukup lama, sampai sempat disangka akan dilarang di Indonesia, namun pada akhirnya kisah sang ninja bisa terus berjalan sampai akhir di televisi Indonesia. Tentu tak lupa dengan sejumlah film-film layar lebarnya yang juga semuanya telah ditayangkan oleh GTV, dan tak jarang ditayangkan kembali di momen-momen khusus, termasuk juga film layar lebar dari sang anak, Boruto yang juga telah tayang di GTV. Kini kisah penayangan Naruto di televisi Indonesia akhirnya berakhir di tahun 2018, untuk kemudian dilanjutkan dengan sang anak, Boruto. Akan kita lihat ke depannya sejauh mana komitmen GTV untuk menayangkan anime Boruto sampai akhir, apakah perjalanan sang anak bisa berjalan sampai akhir di televisi Indonesia? Mari kita lihat.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses