Yuuka Hasumi rela menunda studinya di SMA dan terbang ke Korea Selatan demi menjadi bintang K-pop, meskipun itu berarti ia harus menjalani latihan yang keras dan panjang, tidak memiliki privasi, jomblo, dan tak punya HP. Hasumi, 17 tahun, bergabung dengan Acopia, sebuah tempat kursus di Seoul yang melatih para insan-insan yang terobsesi menjadi bintang K-Pop, dan telah banyak menarik peminat dari Jepang.

Hasumi adalah satu dari sekitar sejuta insan yang terobsesi menjadi bintang K-Pop dari berbagai negara, yang berharap dapat meraih impiannya lolos audisi dari agensi K-Pop ternama di Korea Selatan, dan itu bukanlah perkara mudah. Hasumi sendiri datang ke Korea Selatan bersama rekannya dari Jepang, Yuho Wakamatsu, 15 tahun.
Aktivitas Yuuka Hasumi dan gadis Jepang lainnya yang terobsesi menjadi bintang K-Pop
Dengan merogoh kocek sebesar 3000 dollar atau sekitar 44 juta rupiah untuk pelatihan dan akomodasi, banyak insan-insan dari Jepang yang bergabung dengan Acopia setiap tahunnya. Acopia juga bekerjasama dengan manajemen talent setempat dalam menggelar audisi menjadi bintang, yang banyak bertanggung jawab mempopulerkan tren “Korean Wave” di seluruh dunia, dengan bintang-bintang K-Pop Ternama seperti BTS.
Banyaknya orang Jepang yang tertarik memasuki industri K-Pop ini sendiri cukup kontras dengan hubungan Jepang dan Korea Selatan yang seringkali penuh kontroversi. Beberapa waktu yang lalu, hubungan kedua negara yang masih dihantui oleh sejarah penjajahan Jepang atas Korea di tahun 1910 sampai 1945 tersebut sempat kembali memanas setelah kasus perbudakan paksa oleh Jepang di masa penjajahan. Pemerintah Jepang juga dinilai tidak benar-benar “bertobat” akibat dosanya di masa lalu.

Meskipun begitu, di Jepang sendiri tren budaya Korea dan K-Pop tengah populer, di mana banyak fans dan artis mengaku tidak terlalu terganggu dengan ketegangan diplomatik kedua negara. Apalagi agensi dari Korea Selatan juga bersedia menerima talenta-talenta dari Jepang, yang secara langsung maupun tidak langsung justru mempererat kedua bangsa.
Para artis dan musisi asal Korea Selatan sendiri juga banyak mendulang kesuksesan di seluruh Jepang. Sebagai pasar musik terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, Jepang memang merupakan pasar yang menggiurkan bagi para musisi, dan Jepang juga banyak menyimpan talenta-talenta berbakat. Hasumi juga berharap Jepang dan Korea Selatan dapat dipersatukan lewat musik.

Keberadaan personel dari Jepang dalam boyband atau girlband K-Pop terbukti juga mendongkrak kepopuleran grup yang bersangkutan. Seperti misalnya grup Twice yang memiliki 3 orang personel asal Jepang, dan menjadi grup K-Pop terpopuler kedua di Jepang setelah BTS. Kesuksesan mereka telah membuat JYP Entertainment yang membawahi Twice berencana untuk membuat grup baru yang semua personelnya berasal dari Jepang.
Meskipun begitu, sejumlah agensi masih tidak mau terlalu banyak membicarakan kesuksesan mereka di Jepang maupun keterlibatan personel dari Jepang, karena takut bisa memanaskan situasi politik. Namun hal itu tidak mengurangi minat banyak orang Jepang untuk berlatih dan bergabung dengan agensi-agensi K-Pop di Korea Selatan, bahkan ada yang rela meninggalkan kesuksesannya di dalam negeri demi mengejar kesuksesan di industri K-Pop.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, perjalanan meraih mimpi menjadi bintang K-Pop sendiri tidaklah mudah. Nao Niitsu, seorang mahasiswi dari Tokyo menyadari hal itu. Meskipun begitu, ia menganggap segala kesulitan dan tantangan dari jadwal latihan yang keras dan panjang, tidak memiliki privasi, jomblo, hingga tak punya HP adalah “harga” yang harus dibayar, dan semua artis K-Pop yang sudah sukses juga menjalani itu semua. Niitsu sendiri adalah penggemar BTS yang telah menjalani audisi di 10 agensi, dan diterima oleh 5 agensi.

Mantan personel AKB48 Miyu Takeuchi adalah salah seorang selebriti Jepang yang turut tergiur dengan kepopuleran K-Pop. Baginya meninggalkan hingar-bingar AKB48 demi bergabung dengan agensi K-Pop Mystic Entertainment bukanlah keputusan yang sulit. Namun terlepas dari pengalamannya di AKB48, ia tetap harus menjalani latihan vokal selama 7 jam sehari, latihan dansa 2 jam selama 2 kali seminggu, dan belajar bahasa Korea di pagi harinya. Sebagaimana di AKB48, ia juga tidak diperbolehkan memiliki pacar. Meskipun begitu, Miyu Takeuchi mengaku tidak menyesal menjalani itu semua, terlepas apakah ia akan sukses atau tidak nantinya.
Survey Membuktikan: Korea Selatan Menjadi Tujuan Wisata Kelulusan Favorit Siswi SMA Jepang
Kumpul Bareng Sengun Joshi: Tatkala Penggemar Budaya Korea Utara di Jepang Berkumpul Bersama
KAORI Newsline | Foto dan artikel diambil dan diterjemahkan dari Essay Foto yang dimuat oleh The Guardian | Disadur dari foto oleh Kim Hong-Ji dan Kim Kyung-Hoon dan tulisan Ju-min Park yang dimuat oleh Reuters
salah satu fenomena globalisasi dimana “sekat” antarnegara semakin tipis
Ini artikel copy paste dari The Guardian kan 😠
Lu gimana sih, bisa gak lain kali kalo mau post artikel atau tulisan apapun disini cantumkan juga dengan sumber aslinya..
Ini bukan copy paste, ini terjemahan. Apa anda sudah membacanya sampai habis ke bawah? Sumbernya ada di bawah.