Komikus Panji Koming, Dwi Koen Tutup Usia

0
panji koming

Dwi Koen, alias Dwi Koendoro Brotoatmojo, komikus di balik Panji Koming yang diserialisasikan di Kompas Minggu telah tutup usia pada usia 78 tahun.

Dwi Koendoro Brotoatmojo Kartunis Panji Koming.(HARIAN KOMPAS)

Dwi Koen meninggal di Rumah Sakit Premier Bintaro, Kamis (22/8/2019) pukul 03.14 WIB. “Iya betul beliau meninggal, tadi pagi,” kata Vani, sahabat keluarga Dwi Koendoro. “Sempat masuk ICU, tapi saya tidak tau pasti beliau sakit apa,” ucapnya lagi.

Dwi Koen lahir di Banjar, Jawa Barat, pada 13 Mei 1941. Dia bergabung dengan Kompas Gramedia pada tahun 1976 dengan menjadi Karyawan bagian tata artistik dan ilustrator. Pada 1979, dia diangkat menjadi Kepala Bagian Produksi PT Gramedia Film (1979-1983). 1984, dia menjadi Kepala Bagian Audio Visual PT Gramedia Film bidang dokumenter, film iklan, animasi, dan grafis serta slide program dan studio perekaman (1984) dan Staf redaksi Harian Kompas. Panji Koming adalah strip komik ciptaannya yang secara berkala diterbitkan di surat kabar Kompas edisi Minggu sejak 14 Oktober 1979.

Nama komik ini berasal dari nama tokoh utamanya, Panji Koming, yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit. Selain singkatan “Kompas Minggu”, Koming juga berarti ‘bingung’ atau ‘gila’.

Cerita Panji Koming mengambil setting masa lalu. Namun, kasus yang diangkat sering kali dikaitkan dengan hal-hal aktual yang terjadi di Indonesia, terutama masa Orde Baru dan sesudahnya. Tokoh Panji Koming adalah seorang pemuda kelas menengah bawah yang memiliki karakter lugu dan agak peragu. Ia memiliki pacar yang bernama Ni Woro Ciblon yang cantik, pendiam dan sabar. Dalam kehidupan sehari-hari, Panji Koming memiliki kawan setia bernama Pailul. Dia digambarkan sebagai sosok yang agak konyol namun lebih terbuka dan berani bertindak. Kekasih Pailul adalah Ni Dyah Gembili, perempuan gemuk yang selalu bicara terus terang. Tokoh protagonis lain adalah “Mbah”, seorang ahli nujum yang sering ditanya mengenai masalah-masalah spiritual serta seekor anjing buduk yang dijuluki “Kirik” (anak anjing dalam bahasa Jawa). Tokoh antagonis yang sering kali menjadi objek lelucon adalah seorang birokrat gila jabatan yang bernama Denmas Arya Kendor. Karakter Panji Koming terpilih untuk gambar perangko Indonesia (1999).

Sawung Kampret sang keturunan Panji Koming

Selain Panji Koming, Dwi Koen juga menulis komik Legenda Sawung Kampret, yang berkisah mengenai Sawung Kampret, yang disebut-sebut sebagai keturunan dari Panji Koming. Tidak seperti Panji Koming yang merupakan komik strip dengan satir situasi politik terkini, Legenda sawung Kampret lebih merupakan komik petualangan mengenai aksi Sawung di Batavia zaman VOC.

KAORI Nusantara turut berbelasungkawa atas kepergian Dwi Koendoro Brotoatmojo. Semoga segala amalnya dapat diterima di sisinya, diampuni dosa-dosanya, dan diberikan ketabahan bagi yang ditinggalkan. Dan semoga segala karya-karyanya akan selalu dikenang, tak lekang oleh waktu.

KAORI Newsline | Sumber: Kompas | Penulis: Sherly Puspita | Editor: Ana Shofiana Syatiri | Disadur dengan perubahan seperlunya

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses