Sejumlah pelajar asal Jepang tengah membangun hubungan persahabatan dengan para pelajar dari Republik Rakyat Demokratik Korea, atau yang lebih dikenal dengan Korea Utara dalam program pertukaran pelajar yang digelar di Pyongyang, ibukota Republik Rakyat Demokratik Korea, dan digelar selama 6 hari sejak 21 Agustus 2019. Tak kurang dari 10 pelajar asal Jepang bertemu dengan 16 pelajar asal Korea yang mempelajari bahasa Jepang di Pyongyang University of Foreign Studies, sebagian besar tak pernah bertemu dengan orang Jepang sebelumnya. Relief Campaign Committee for Children, selaku pihak yang mengadakan program ini berharap bahwa pertemuan pelajar antar negara ini dapat membangun hubungan kedua negara yang tak pernah memiliki hubungan diplomatik.
Di hari pertama, para pelajar bergabung bersama di kampus setempat, dan saling berbagi cerita mengenai kehidupan mereka, dan impian mereka di masa depan. Pak Yun Son, seorang mahasiswa setempat yang juga menggemari anime Jepang berharap untuk pergi ke Jepang, dan mengunjungi tempat-tempat yang dimunculkan di anime. Sementara di hari selanjutnya, para pelajar bersama-sama mengelilingi ibukota Pyongyang, dan berkegiatan bersama.
Jepang dan Republik Rakyat Demokratik Korea, atau lebih dikenal sebagai Korea Utara adalah negara yang memiliki hubungan yang tidak terlalu baik. Di mata orang Jepang, Republik Rakyat Demokratik Korea dianggap sebagai negara yang berbahaya, terutama dengan ambisi nuklirnya dan kasus penculikan sejumlah warga Jepang di masa lalu. Berdasarkan polling dari BBC pada tahun 2014 lalu, disebutkan bahwa 91% warga Jepang memandang Republik Rakyat Demokratik Korea secara negatif, dan hanya 1% yang memandang secara positif. Sementara itu di mata orang Korea, Jepang adalah bangsa penjajah yang telah banyak menyiksa dan menginjak-nginjak bangsa Korea di masa lalu, terutama pada masa penjajahan Jepang atas Korea yang berlangsung pada tahun 1910 hingga 1945.

Bagi pelajar setempat, Kim Jong Chon, segala perselisihan kedua negara bisa diselesaikan bila Jepang bersedia membayar ganti rugi dan kompensasi atas dosa-dosa mereka selama era penjajahan mereka atas Semenanjung Korea pada tahun 1910 – 1945, dan juga penyelesaian masalah Jugun Ianfu, atau para wanita yang dipaksa menjadi pemuas nafsu birahi tentara Jepang selama Perang Dunia 2.
Yukiya Kubo, seorang pelajar senior dari Tokyo University of Foreign Studies berujar jika Jepang bisa menyelesaikan segala permasalahan di masa lalu dan membangun persahabatan dengan Republik Rayat Demokratik Korea, maka akan tercipta fondasi pertamaian di Asia Timur.
Sementara itu Sekjen Relief Campaign Committee for Children Yukiko Tsutsui mengaku bahwa para pelajar dari kedua negara yang berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar ini cukup bisa saling bersahabat satu sama lain, terlepas dari segala perbedaan pandangan yang ada di antara mereka. Dan baginya, dialog adalah langkah pertama menuju perdamaian.
Kumpul Bareng Sengun Joshi: Tatkala Penggemar Budaya Korea Utara di Jepang Berkumpul Bersama
KAORI Newsline | Sumber: Kyodo & The Japan Times