Tentara Kekaisaran Jepang meminta pemerintah untuk menyuplai wanita pemuas nafsu seks, atau dikenal juga sebagai Jugun Ianfu atau Ianfu atau Comfort Women, satu untuk setiap 70 tentara. Hal itu terungkap melalui dokumen zaman perang yang diungkap oleh kantor berita Kyodo News. Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan oleh Sekretariat Kabinet pada kurun waktu April 2017 hingga Maret 2019, melalui berbagai sumber, di antaranya dari Konsulat Jepang di Tiongkok kepada Kementerian Luar Negeri Jepang dengan angka tahun 1938, setahun setelah insiden Jembatan Marco Polo yang memantik peperangan antara Jepang dengan Tiongkok.
Salah satu dokumen tersebut berisi laporan mengenai Konsul Jenderal di Jinan, Tiongkok kepada Kementerian Luar Negeri, mengenai invasi Jepang yang menimbulkan naiknya angka prostitusi di kawasan Jinan, dengan klasifikasi 101 Geisha dari Jepang, 110 Jugun Ianfu dari Jepang, dan 228 Jugun Ianfu dari semenanjung Korea yang dijajah Jepang sejak tahun 1910. Dilaporkan juga bahwa tentara Jepang yang menargetkan setidaknya 500 Jugun Ianfu telah terkumpul di Jinan setidaknya pada akhir bulan April. Dilaporkan juga setidaknya terdapat 186 wanita telah dikirimkan ke wilayah selatan dengan kendaraan militer setelah pendudukan Xuzhou, propinsi Jiangsu, Tiongkok. Laporan lainnya menyebutkan bahwa Konsul Jenderal di Qingdao, propinsi Shandong melaporkan bahwa tentara meminta satu wanita untuk melayani setiap 70 prajurit. Sementara itu pihak angkatan laut meminta 150 Jugun Ianfu dan Geisha.
Profesor dari Universitas Kanto Gakuin, Hirofumi Hayashi, menyebut bahwa dokumen-dokumen tersebut membuktikan bahwa militer Jepang di masa perang terlibat aktif dalam mengumpulkan kaum wanita demi menjaid budak seks mereka. Setidaknya mereka terbukti mengirimkan permintaan tersebut kepada Kementerian Luar Negeri melalui Konsulat setempat.
Tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah wanita yang menjadi budak seks tentara Jepang di masa depan. Namun jumlahnya diperkirakan sekitar 20000 hingga ratusan ribu. Kebanyakan berasal dari Jepang, semenanjung Korea, Taiwan, dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia yang dijajah Jepang pada kurun waktu 1942 hingga 1945. Isu Jugun Ianfu ini masih menjadi batu sandungan dan duri dalam daging dalam hubungan Jepang dengan negara tetangganya, seperti semenanjung Korea. Sebelumnya pada tahun 1993 lalu, Ketua Sekretaris Kabinet Jepang Yohei Kono pernah mengajukan permintaan maaf atas praktek perbudakan seks militer Jepang di masa perang.
KAORI Newsline | Sumber: Kyodo News