Oleh Adi Wibowo
Bagi Anda yang ingin menikmati sensasi berkunjung ke maid cafe, Anda tidak perlu jauh-jauh mempersiapkan diri untuk pergi ke Jepang. Anda dapat mendatangi maid cafe di Jakarta yang salah satunya terdapat pada acara Popcon Asia 2014, yaitu Miracle Kiseki Cafe.
Namun bagi Anda yang belum tahu mengenai apakah itu maid cafe, maid cafe adalah restoran di mana pelayannya menggunakan kostum yang terinspirasi dari pakaian yang digunakan pelayan Perancis pada abad ke-19. Di sini para pelayan atau disebut dengan maid akan memanggil pengunjung yang datang dengan istilah goshujin-sama ataupun oujou-sama (tuan/nyonya). Maid cafe merupakan hal yang populer di Jepang, terutama di daerah Akihabara dan pengaruhnya menyebar ke berbagai negara di berbagai belahan dunia.
Saya dan teman saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke maid cafe ini. Ketika kami memulai memasuki ruangan maid cafe, kami sudah disambut oleh ucapan “okaerinasai goshujin-sama” oleh dua orang maid yang kemudian mengantar kami ke salah satu meja yang tersedia. Sang maid mulai memperkenalkan diri dan kemudian mulai bertanya “Siapa nama goshujin-sama?”. Kedua rekan saya memperkenalkan namanya secara normal tetapi timbullah niat iseng saya. Sayapun memperkenalkan diri “Nama saya Shin, singkatan dari shinjirarenai” (tidak dapat dipercaya)
Tak lama setelah memperkenalkan diri, kami mulai memesan hidangan yang tersedia di menu. Sayang sekali ketika salah satu rekan saya memesan omurice (omelet rice) sebagai hidangan utama, ternyata omurice-nya telah habis, kami kurang beruntung rupanya atau bahasa kerennya bocuan. Kami kemudian memilih nasi kare sebagai hidangan utama dengan puding rasa mangga sebagai hidangan penutup.
Tidak lama setelah kami duduk, maid ketiga datang menemani dan kami sempat mengobrol sebentar. Selagi mengobrol dengan ketiga maid, hidangan pembuka-pun keluar. Saya amati dengan sekilas, nampaknya hidangan tersebut adalah sup krim dan setelah saya amati dengan seksama, ternyata memang sup krim. Selagi teman saya mengobrol dengan maid yang menemani kami, saya mulai mencicipi sup krim tersebut. Wow! Enak juga sup krim ini, komposisi antara susu, kaldu, krim, jamur, dan berbagai isinya tersusun dengan mantap. Rasa gurih manis dan asin membuat lidah senantiasa bergoyang sehingga tidak terasa suap demi suap sup berpindah dari mangkuk ke mulut saya. Sayang sekali, bukan hidangan prasmanan dan saya pun tidak membawa rantang.
Setelah sup krim tersebut habis, hidangan utama yaitu nasi kare mulai keluar. Sang maid mulai bertanya “Goshujin-sama ingin hidangannya digambar atau diberi tulisan apa?”. Niat iseng saya kambuh untuk kedua kalinya, saya meminta sang maid untuk menggambar lukisan monalisa dan meminta menuliskan pesan dalam aksara cyrilic (huruf rusia). Namun, karena sang maid tidak mampu, akhirnya saya meminta untuk digambarkan salah satu karakter dari salah satu serial anak-anak dan tulisan “Aku cinta produk Indonesia”. Ketika mulai menulis saya bertanya “Wah bagus juga, udah berlatih nulis sejak kapan?” dan dijawab “Sejak kecil”, saya hanya bisa berucap dalam batin “wah boleh juga ini jawaban si maid”
Di sela-sela menikmati nasi kare, kami diajak oleh para maid untuk bermain. Ternyata keisengan saya sebelumnya berbuah malapetaka. Rekan-rekan saya bekerjasama dengan para maid untuk membuat kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan d’masiv (TSD) serta terbuka untuk mengalahkan saya dalam setiap permainan dan sayangnya pula saya tidak bisa mengajukan banding karena tidak ada lembaga yang berwenang untuk mengaturnya. Dua permainan pertama adalah shiritori yaitu permainan dimana kami melakukan permainan sambung kata di mana kata yang diucapkan harus memiliki awalan dari huruf akhir yang diucapkan pada kata sebelumnya. Serbuan dari lima penjuru ditambah serbuan kenikmatan nasi kare berbentuk jantung hati membuat saya tidak bisa berpikir jernih sehingga akhirnya kalah dan lebih sialnya ternyata ada hukuman ketika kalah dalam dua game tersebut.
Setelah nasi kare habis kami lahap, puding mangga sebagai hidangan penutup pun muncul. Sebuah puding mangga dengan saus manis dan berhiaskan garnish daun mint. Di sela-sela menikmati puding, kami memainkan game ketiga yaitu old maid dimana tujuh kartu dibagikan dan setiap peserta mengambil kartu dari peserta di sebelahnya kemudian membuang kartu yang angkanya sama dari permainan. Peserta yang kalah adalah yang memegang kartu joker ketika kartu di tangan peserta lain habis. Permainan berlangsung seru dan lama tetapi keberuntungan masih berpihak kepada saya sehingga kartu saya habis paling pertama kali. Ketika semua kartu habis, kami sempat keheranan “Loh, jokernya kok nggak ada”. Ternyata kartu joker tersebut jatuh di bawah meja, sehingga dapat dikatakan permainan berakhir remis, tidak ada yang menang tidak ada yang kalah.
Setelah game selesai, kami bertiga mengakhiri acara dengan berfoto bersama maid. Saya sempat ditanya “Goshujin-sama mau berfoto dengan siapa?”. Karena saya bingung, saya jahil memilih maid yang duduknya paling jauh dari saya di antara tiga maid yang menemani kami. Ternyata kejahilan saya berbuahkan karma. Kejahilan saya tersebut dibalas si maid dengan menjahili hasil cetak foto saya tersebut. Oleh karena itu, berhati-hatilah jika Anda pergi ke maid cafe bersama teman-teman yang jahil ataupun berniat menjahili maid yang ada.
KAORI Newsline | Anda bisa mengunjungi laman Miracle Kiseki Cafe di sini: https://www.facebook.com/mirakurukiseki.cafe?fref=ts
akakakak, judulnya sedddapp sekali, kelelahan hati… @.@