Post-apocalypse sering menjadi sebuah nuansa yang mampu menerbangkan imajinasi manusia. Situasi mencekam dan menegangkan yang timbul akibat bencana besar, memang menjadi pertanyaan tersendiri, bagaimana jika hal tersebut terjadi di dunia nyata. Faktor inilah yang sering diangkat dalam kisah fiksi di film layar lebar, serial tv, hingga anime.
Deca-dence, menjadi salah satu anime yang mengangkat tema post-apocalypse dengan pendekatan cerita yang cukup unik. Ketika anime atau serial lain yang serupa biasanya menonjolkan suasana mencekam, lain halnya dengan anime yang tayang pada musim panas 2020 ini. Premis cerita yang bisa dibilang aneh dan eksentrik, mampu menghasilkan efek kejut dan rasa penasaran para penontonnya. Namun seiring dengan berjalannya cerita hingga tamat, Deca-dence mampu menunjukkan bahwa eksekusi yang baik dapat mengubah sebuah premis cerita yang aneh tersebut menjadi sebuah keseluruhan anime yang epik.
Premis Cerita
Anime ini berlatar jauh di masa depan, ketika bumi sudah terlalu rusak akibat ulah manusia, yang menyebabkan spesies manusia itu sendiri nyaris punah. Seiring berjalannya waktu, manusia menciptakan cyborg yang justru pada akhirnya mengambil alih kehidupan dan menempati posisi teratas sebagai ras paling dominan. Fakta ini, yang mana menjadi dasar cerita dalam Deca-dence, justru baru diceritakan di bagian tengah dari anime ini. Di awal episode, penonton dikenalkan dengan Deca-dence itu sendiri, sebuah benteng raksasa bergerak yang menampung manusia – manusia terakhir yang hidup di bumi. Demi bertahan hidup dan mencari cara agar manusia dapat menduduki bumi kembali, Deca-dence bersama seluruh krunya melintas ke seluruh penjuru bumi, mencari harapan di tengah keputusasaan.
Sebuah Eksekusi Matang
Untuk membentuk sebuah pertunjukkan yang menarik, dibutuhkan konsep awal yang kuat sekaligus eksekusi yang tepat sasaran. Berbicara mengenai konsep, Deca-dence berani menawarkan sebuah konsep yang cukup gila dengan menggabungkan beberapa elemen yang bertolak belakang. Misalnya saja, dalam awal episode, Deca-dence memperlihatkan dunia yang hampir musnah dengan beragam monster mengerikan di dalamnya. Hal ini diperlihatkan dengan desain dunia yang cukup realistis dengan bumbu – bumbu fantasi yang tidak berlebihan. Beberapa monster yang ada juga terlihat mencekam. Namun kemudian di episode selanjutnya, anime ini ‘melompat’ jauh meninggalkan dunia realistis tersebut, dengan memperlihatkan dunia cyborg di episode berikutnya, dengan sentuhan yang sangat kartunis. Kedua hal ini tentunya akan rawan bertabrakan dan menjadi sebuah konsep yang bisa dibilang kacau. Namun Deca-dence membuktikan, sebuah eksekusi yang matang mampu membawa konsep gila tersebut menjadi pertunjukkan yang ciamik. Hal ini diperlihatkan dari tiap episodenya yang mudah dinikmati. Scene di bumi yang bersifat fantasi realistis, dan scene di dunia cyborg yang bersifat kartunis, tidak terasa bertabrakan sama sekali. Justru, ketika terdapat scene yang memperlihatkan kedua unsur tersebut bersamaan, suasana komedi dalam anime ini menjadi terlihat, yang juga menjadi poin plus tersendiri. Hadirnya elemen kartunis tidak lantas menghilangkan efek mencekam yang berusaha diperlihatkan. Tentunya hal ini juga didukung dengan pembawaan cerita yang menarik yang dibawakan kedua karakter utama dalam anime ini.
Karakter: Dua Tokoh Utama, Dua Sudut Pandang
Dua elemen yang berbeda, dua dunia yang berbeda, dan tentunya dua karakter utama yang berbeda pula. Deca-dence menghadirkan dua tokoh utama yang memiliki sudut pandang dari kedua dunia. Dunia manusia, diwakilkan oleh Natsume, sang karakter wanita. Natsume merupakan salah satu ras manusia yang berhasil bertahan hidup dan tinggal di dalam Deca-dence. Ia digambarkan sebagai karakter yang memiliki semangat yang tinggi. Alih – alih ingin hidup damai dan tentram di dalam Deca-dence, Natsume justru ingin melawan monster dan berpetualang, tentunya dengan harapan ingin mengembalikan kondisi kehidupan manusia di bumi seperti semula. Penggambaran diri Natsume merupakan sebuah representasi atas manusia pada umumnya, yang terus berjuang mencari harapan, dan sewaktu – waktu bisa lelah dan menyerah karena gelapnya dunia.
Di sisi lain, di dunia para cyborg, adalah Kaburagi yang menjadi tokoh utamanya. Cyborg digambarkan dengan elemen kartunis ketika berada di dunia cyborg, namun mereka dapat ‘menggunakan avatar’ dan berubah wujud seperti manusia pada umumnya ketika berada di bumi. Hal ini juga berlaku untuk Kaburagi. Ketika berada di dunia cyborg, Ia ditampilkan sebagai cyborg yang pendek, imut, namun memiliki wibawa. Sedangkan ketika berada di bumi, Kaburagi lebih terlihat sebagai sosok yang kuat, dingin, tanpa menghilangkan wibawanya. Karakter Kaburagi memiliki perbedaan yang kontras, ketika dibandingkan dengan Natsume. Ia lebih pendiam, pasif, dan terlihat selalu terganggu dengan Natsume yang penuh semangat. Kaburagi yang sebenarnya tahu mengenai semua rahasia di balik kondisi bumi, memilih untuk diam dan hidup santai. Penggambaran diri Kaburagi merupakan sebuah representasi atas cyborg yang telah mengambil alih roda kehidupan dari manusia, yang lebih memilih hidup seadanya dan tidak peduli atas kondisi bumi. Kedua perbedaan yang besar ini, dari sisi cyborg dan manusia, juga dari sisi Natsume dan Kaburagi sendiri, menjadi daya tarik utama dalam anime Deca-dence.
Karakter sampingan yang diperkenalkan juga tidak kalah menarik. Dari sisi cyborg, banyak tokoh – tokoh jenaka yang dijamin akan membuat para penonton tertawa. Sedangkan dari sisi manusia, diperlihatkan beberapa karakter yang penuh keputusasaan dan ketakutan menghadapi kondisi bumi. Tokoh antagonis yang cukup mencekam, tokoh ‘pahlawan’ yang penuh karisma, juga ikut mewarnai anime Deca-dence.
Ulasan berlanjut ke halaman selanjutnya.