Lanjutan dari halaman sebelumnya.

Penggalian yang Kurang Dalam

Sayangnya, dalam anime Deca-dence, keseluruhan cerita yang diangkat masih terlalu sempit. Konsepnya yang luas tidak sebanding dengan cerita dan drama yang disuguhkan. Hadir dalam format 12 episode seperti anime musiman pada umumnya, Deca-dence berfokus pada konflik antara cyborg dengan manusia, yang utamanya diwakilkan pada kondisi di sekitar Natsume dan Kaburagi saja. Tidak dijelaskan secara mendetail bagaimana kondisi di belahan bumi lainnya. Terjadinya apocalypse itu sendiri juga tidak diceritakan secara spesifik, hanya melalui narasi di awal – awal episode. Walaupun hal ini tidak mengganggu enjoyment ketika menonton, tentunya Deca-dence bisa menjadi anime bertema post-apocalypse yang lebih epik apabila memperhitungkan detail dan apa yang terjadi di luar ruang lingkup para karakter utama.

Desain dan Kualitas Animasi

Membawa elemen kartunis dan realistis ke dalam satu anime menjadi tantangan tersendiri, namun dalam Deca-dence kedua elemen tersebut dapat disajikan dengan baik. Desain karakter para cyborg sangat colorful dan terkesan kekanak-kanakan, cukup efektif untuk menonjolkan sisi komedi dari anime ini. Di sisi lain, elemen realistis ditonjolkan dengan suasana bumi dan juga desain karakter para manusia. Untuk memudahkan penonton membedakan manusia asli dengan cyborg yang berwujud manusia, para cyborg tersebut diberikan penampilan yang lebih mencolok layaknya sebuah avatar dalam video gim, seperti warna rambut dan kulit yang unik. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk Kaburagi, yang didesain dengan sederhana, layaknya desain karakter manusia lainnya. Sayangnya, ketika kedua elemen tersebut bertemu dalam satu waktu, terkadang scene yang ditampilkan sedikit terasa aneh dan tidak pas, misalnya saja scene ketika para cyborg dengan wujud aslinya menghampiri bumi.

Desain karakter Kaburagi saat berwujud cyborg (© DECA-DENCE PROJECT)

Hal berikutnya yang pantas dipuji adalah desain monster yang ada dalam anime ini. Monster berukuran raksasa beberapa kali muncul dan cukup membuat penonton merinding. Animasi yang disajikan juga cukup memukau. Pergerakan Natsume, Kaburagi, dan karakter lainnya ketika melawan monster bisa dibilang mulus dan dapat dinikmati dengan mudah. Studio Nut, yang dulu pernah menangani anime Youjo Senki, berhak bangga atas keseluruhan desain dan animasi yang disajikan dalam Deca-dence.

Desain yang menarik dan mudah dinikmati (© DECA-DENCE PROJECT)

Musik dan Soundtrack

Walaupun backsound bukan menjadi sesuatu yang diunggulkan dalam anime ini, penggunaannya bisa dibilang sangat tepat dan efektif. Adegan sedih, putus asa, hingga pertempuran epik dalam Deca-dence menjadi lebih hidup. Lagu opening dinyanyikan oleh Konomi Suzuki dengan judul “Thater of Life”, sedangkan untuk lagu ending dinyanyikan oleh Kashitarou Itou dengan judul lagu “Kioku no Hakobune (記憶の箱舟)”.

Kesimpulan

Anime orisinal memang memiliki daya tariknya tersendiri. Tidak adanya spoiler yang bertebaran dan informasi apapun mengenai kelanjutan ceritanya tentu membuat para penonton tidak sabar menunggu episode demi episode. Hal ini berlaku pula untuk Deca-dence. Premis cerita yang unik dan cukup gila, eksekusi yang matang, hingga kualitas animasi yang mudah dinikmati membuatnya menjadi salah satu anime yang mudah direkomendasikan ke siapapun.

Kelebihan

  • Premis cerita yang unik dan berbeda
  • Desain animasi mudah dinikmati dan memukau di beberapa episode
  • Elemen kartunis yang menghibur tidak mengganggu dunia realistis yang ditampilkan

Kekurangan

  • Cerita yang diangkat terlalu sempit, banyak aspek yang masih bisa digali lagi
  • Suasana mencekam yang kurang ditonjolkan dalam sebuah anime bertema post-apocalypse.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses