Sambut Biografi dari Komikus Zam Nuldyn

0
zam nuldyn: menemukan (kembali) nusantara

Pusat Kajian Narativ Visual bersama Creativ Media dan Cakrapolis Universe kini menerbitkan sebuah biografi dari seorang komikus legendaris era Komik Medan/Cergam Medan, Zam Nuldyn. Dengan judul Zam Nuldyn: Menemukan Kembali Nusantara, buku biografi ini dirilis secara independen. Biografi ini sendiri ditulis oleh Koko Hendri Lubis yang sebelumnya juga pernah membuat biografi Taguan Hardjo, salah satu maestro era Komik Medan lainnya, yang juga telah diterbitkan secara independen oleh Pusat Kajian Narativ Visual.

Zainal Abidin Mohamad atau yang dikenal sebagai Zam Nuldyn (31 Desember 1922-11 Maret 1988), adalah salah seorang komikus pelopor dari era Komik Medan atau “Cergam Medan” (1955-1965), sebuah era di mana kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatra Utara menjadi salah satu “hotbed” industri perkomikan Indonesia yang memiliki ciri khasnya yang unik. Oleh banyak peneliti dan kolektor, Komik medan atau “Cergam Medan” dianggap aliran tersendiri yang khas dalam sejarah komik dan novel grafis Indonesia. Zam Nuldyn sendiri adalah komikus legendaris yang banyak mengangkat khazanah sastra lisan rakyat Melayu di Deli dan Serdang dalam komik-komik karyanya, seperti Dewi Krakatau, Ratu Karimata, dan Panglima Denai. Salah satu karyanya, yakni Detektif Bachtar yang diserialisasikan pada majalah “Waktu” pada tahun 1954 lalu disebut-sebut dari awal mula keemasan era Komik Medan. Zam Nuldyn pulalah salah seorang yang memopulerkan istilah “cergam” atau “cerita bergambar” sebagai pengganti kata “komik” yang pada masanya dicap buruk oleh sejumlah kalangan masyarakat. Istilah “cergam” sebagai pengganti kata “komik” ini sendiri masih menjadi kontroversi dan perdebatan di banyak kalangan. Zam Nuldyn juga seorang pelukis yang melukis salah satu sketsa wajah RA Kartini yang masih terkenal hingga sekarang.

Ilustrasi wajah RA Kartini yang digambar oleh Zam Nuldyn

Era Komik Medan sendiri adalah sebuah era yang cukup khas dalam sejarah perkomikan di Indonesia. Tersebutlah kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatra Utara tersebut pernah turut mewarnai sejarah perkomikan Indonesia di masa lalu dengan ciri khasnya tersendiri. Oleh banyak peneliti dan kolektor, Komik medan atau “Cergam Medan” dianggap aliran tersendiri yang khas dalam sejarah komik dan novel grafis Indonesia. Dalam rentang kurang lebih satu dekade, utamanya 1955-1965, aliran ini menghasilkan karya-karya komik yang khas, dengan melahirkan komikus-komikus seperti Bahzar, Taguan Hardjo, Zam Nuldyn, dan banyak lagi. Para komikus ini mengeksplorasi aneka genre yang banyak didasarkan cerita rakyat Minangkabau, Melayu, Tapanuli, Aceh, atau Deli kuno, bersaing dengan komik-komik terbitan Jakarta/Pulau Jawa yang mendominasi pasar.

Saat ini Cakrapolis Universe bersama dengan Metha Studio tengah bekerjasama untuk mencoba mengelola IP-IP dari komik-komik Medan tersebut secara modern untuk bisa diterbitkan kembali, maupun dikembangkan lebih lanjut di zaman modern ini, di mana saat ini mereka tengah berencana untuk menerbitkan kembali 2 komik karya Taguan Hardjo, yakni Pak Kikir dan Pendekar Tanpa Nama.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses