Terbelahnya Persepsi Generasi Tua dan Muda Jepang akan Tiongkok

0
hubungan tiongkok-jepang
Gambar hanyalah ilustrasi © 2021 PROJECT Lovelive! Superstar!!

Hubungan Jepang-Tiongkok seringkali mengalami pasang surut di setiap masanya. Hal ini menimbulkan terdapatnya perbedaan pandangan mengenai Tiongkok di kalangan generasi tua dan generasi muda Jepang dewasa ini, di mana generasi muda Jepang umumnya memiliki pandangan yang lebih positif terhadap Tiongkok dibanding generasi tuanya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pengalaman hidup di antara mereka. Menurut akademisi Jepang Shin Kawashima, setidaknya terdapat beberapa faktor yang mendasari perbedaan antar generasi tersebut.

Perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda Jepang mengenai Tiongkok sebenarnya sudah lama terlihat. Namun hal ini semakin jelas terlihat, terutama setelah sejumlah peristiwa seperti pandemi hingga perang Russia-Ukraina.

Berdasarkan survei opini publik mengenai diplomasi yang dilakukan oleh pihak Kabinet Jepang di akhir tahun 2021 lalu, setidaknya hanya terdapat 10% dari responden berumur 60 hingga 70an yang merasa memiliki kedekatan yang positif dengan Tiongkok. Hal ini tidak mengejutkan mengingat generasi tua memang memiliki pandangan yang lebih negatif terhadap Tiongkok. Di lain pihak, setidaknya terdapat 40% dari responden berumur 18 hingga 29 yang memiliki pandangan positif yang serupa. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki pandangan yang lebih baik terhadap Tiongkok. Berdasarkan survei dari Pew Research Center pada bulan Juni 2022 lalu, Jepang memang merupakan negara dengan ga[ generasi terbesar dalam hal memandang Tiongkok.

Meskipun begitu, suara para generasi muda Jepang yang memandang Tiongkok dengan lebih positif dibanding generasi tuanya ini boleh jadi tidak akan banyak berpengaruh dalam politik luar negeri Jepang, terutama dalam berhadapan dengan Tiongkok. Hal ini dikarenakan fakta bahwa iklim perpolitikan Jepang masih sangat didominasi oleh orang-orang berumur 50 tahun – kebanyakan pria -, yang juga dikenal dengan fenomena Silver Age Democracy. Apalagi populasi Jepang sendiri terus mengalami penuaan. Karenanya suara para generasi muda semakin sulit untuk menemukan tempatnya dalam iklim perpolitikan dan pengambilan kebijakan setempat, setidaknya tidak dalam waktu dekat. Meskipun begitu, bukan tidak mungkin hal ini menjadi dasar bagi perubahan dalam hubungan Jepang-Tiongkok ke depannya.

Keadaan yang Berbalik

Apa sebenarnya yang menyebabkan perbedaan pandangan antar generasi ini dalam hal hubungan Jepang-Tiongkok? Salah satunya adalah perbedaan pengalaman di antara generasi tua dan muda Jepang, terutama dalam hal perbandingan keadaan Jepang dan Tiongkok yang tengah berbalik. Banyak generasi muda yang berumur 20an tahun tidak memiliki ingatan, atau tidak pernah mengalami masa-masa kala ekonomi Jepang jauh lebih kuat dibanding Tiongkok. Sementara itu generasi tua yang sudah berumur 50an tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa kini ekonomi Tiongkok sudah melampaui Jepang.

Hal yang juga juga terjadi dalam pandangan akan apa yang dianggap sebagai “ancaman Tiongkok”. Generasi muda Jepang memandang bahwa tekanan militer dan politik yang dilakukan Tiongkok adalah hal yang sudah biasa terjadi. Hal ini berbeda dengan generasi tua yang melihat dan mengalami langsung proses kebangkitan Tiongkok selama bertahun-tahun lamanya, termasuk sikap Tiongkok dalam hal sengketa wilayah yang semakin tegas.

Di lain pihak, generasi muda Jepang juga punya pandangan sendiri. Masyarakat Jepang sudah mengalami transformasi dan internasionalisasi yang cukup gencar sejak dekade 1980an. Karenanya banyak kaum muda Jepang kini memiliki teman-teman dekat dari Tiongkok sejak kecil. Bahkan populasi warga Tiongkok di Jepang sendiri saat ini sekitar 700 ribu jiwa, dan bahkan akan lebih tinggi lagi bila memasukkan warga Jepang yang berasal dari etnis Tionghoa.

Calon Teman di Masa Depan

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa generasi muda Jepang saat ini akan semakin keras kepada Tiongkok saat mereka beranjak semakin dewasa, Namun dalam perspektif Tiongkok, kaum muda dipandang sebagai kawan yang bisa diandalkan untuk memenangkan hati warga Jepang, di mana 80% populasinya dianggap kurang bersahabat kepada Tiongkok. Karenanya program pertukaran pemuda dipandang akan sangat penting bagi Tiongkok ke depannya, terutama dalam hal hubungan Jepang-Tiongkok.

Nyatanya perbedaan generasi di masyarakat Jepang telah semakin melebar dalam berbagai hal, meski hal itu belum banyak berpengaruh pada iklim politik dan bisnis Jepang yang masih didominasi orang-orang tua. Dalam hal politik luar negeri, nampaknya “visi yang ideal” bagi Jepang terus mengalami perubahan dari generasi ke generasi, dan bisa saja ada perubahan besar yang tengah terjadi dalam masyarakat Jepang.

Sebaliknya di Korea Selatan

Persepsi sebaliknya justru terjadi di Korea Selatan. Banyak kaum muda Korea Selatan justru memiliki pandangan yang lebih negatif dibanding kaum tuanya. Karenanya bagi Tiongkok, generasi tua di Korea Selatan lebih mudah untuk didekati.

KAORI Newsline | Diterjemahkan dari tulisan Shin Kawashima dalam laman ThinkChina

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses