Bongkar Salah Kaprah Mengenai Industri Anime Bagian 5 : Planning & Manajemen

4

Lanjutan dari Bagian 4.

12195843_1069758236368877_871864410220377219_n-370x210

Setelah membaca poin-poin sebelumnya, mungkin anda sudah bisa mengira-ngira hal ini. Budget memang sebuah elemen yang penting dalam proses produksi anime, karena bagaimana pun juga, produksi tidak mungkin berjalan tanpa adanya uang. Tetapi budget bukanlah faktor utama yang menentukan baik/buruknya kualitas visual sebuah anime. Ada faktor-faktor lain yang bobotnya lebih berat daripada budget dan seringkali tidak diperhatikan orang akibat banyaknya bias terhadap budget.

BUJET-768x121

Faktor yang pertama, planning dan manajemen waktu. Waktu adalah salah satu faktor yang paling krusial dan merupakan hal yang paling sering menjadi permasalahan utama dalam proses produksi anime. Seperti yang anda ketahui, Ada lebih dari 30 judul seri anime yang diproduksi di Jepang setiap musimnya, dan jumlah tersebut menyebabkan kebanyakan proses produksi anime dibatasi oleh waktu yang sangat sempit. Bagaimana para staf dapat mengatur perencanaan dan me-manage jadwalnya menjadi salah satu kunci utama yang menentukan kualitas visual sebuah anime. Masalah-masalah seperti karakter atau objek yang terlihat off-model, animasi yang terlihat statis, penggunaan CG yang buruk, dan semacamnya seringkali bukan disebabkan karena kurangnya budget melainkan karena tidak adanya waktu yang memadai. Hal ini juga telah diakui oleh para staf veteran dalam industri anime.

Keterbatasan waktu memaksa animator untuk menemukan titik seimbang antara kualitas dan kuantitas. Mereka bukan hanya perlu menggambar dengan bagus, mereka juga perlu menggambar dengan cepat.

Sekarang kebanyakan animator lebih mementingkan kualitas tanpa peduli kuantitas. Tentu saja kalau kau punya bakat seperti Mitsuo Iso, ada nilai yang besar dalam setiap karyamu meskipun kuantitasnya kecil, tapi hal seperti itu sangat jarang ada. -Toshiyuki Inoue-

Animator-animator, terutama yang belum berpengalaman, seringkali mengalami kesulitan karena gagal menemukan ekuilibrium mereka. Saat mereka mengejar kualitas, kuantitas mereka jatuh, tapi saat mereka mengejar kuantitas, kualitas mereka jatuh. Hal inilah yang seringkali menyebabkan animasi terlihat off-model atau seperti digambar asal-asalan.

Selain itu, keterbatasan waktu juga seringkali memaksa studio untuk outsourcing ke negara lain, seperti Korea Selatan atau Filipina. Dan sayangnya, kualitas yang dihasilkan dari outsourcing ini cenderung di bawah rata-rata. Hal ini dikarenakan sedikitnya pengalaman animator-animator di negara tersebut. Keadaan di sana juga tidak seperti di Jepang, yang mana lingkungannya sudah sangat mendukung untuk proses produksi anime, dan animator-animatornya yang masih muda bisa belajar kepada animator-animator veteran.

Inilah kenapa planning dan manajemen waktu sangatlah krusial, karena manajemen waktu yang tidak tepat akan merusak kualitas visual sebuah proyek anime tanpa peduli sebesar apapun budgetnya. Salah satu contoh kasusnya adalah seri Gundam SEED dan SEED Destiny. Sebagai salah satu bagian dari franchise raksasa bernama Gundam yang menjadi flagship studio Sunrise dan Bandai, SEED juga tentunya merupakan sebuah seri yang ambisius. Dan sudah pasti, proyek tersebut menerima kucuran dana yang cukup deras dari Bandai dan juga diisi oleh staf-staf yang cukup handal. Sayangnya, kedua proyek SEED juga terkenal dengan schedulingnya yang sangat buruk. Kabarnya, saat proyek tersebut berjalan, sudah banyak staf yang memprotes manajemen dan planning Mitsuo Fukuda, sang sutradara. Apa yang terjadi saat proyek besar dengan budget yang banyak dan staf yang handal disertai dengan penanganan schedule yang jelek?

Semuanya berantakan; kualitas visualnya naik-turun tidak karuan, dengan karakter dan mecha yang seringkali terlihat off-model. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, produksinya tidak kunjung membaik, melainkan makin menurun akibat top animator-nya satu persatu mengibarkan bendera putih karena sudah tidak kuat dengan jadwalnya yang terasa seperti mimpi buruk. Salah satunya adalah mecha animator veteran, Yousuke Kabashima, yang kemudian ikut mengkritik proyek SEED karena jadwalnya yang tidak karuan. Animator-animator lain juga banyak yang menolak untuk bekerja di proyek tersebut setelah mendengar kabar mengenai scheduling-nya. Hal ini juga yang akhirnya menyebabkan seri SEED seringkali menggunakan jalan pintas dengan berbagai trik, seperti menggunakan footage yang sama berulang-ulang untuk menghemat waktu dan tenaga.

Contoh lain dari planning yang buruk bisa dilihat pada studio Toei Animation di beberapa tahun terakhir ini. Toei adalah studio raksasa yang mendominasi industri anime pada tahun 60an, dengan stafnya sekarang berjumlah lebih dari 500 orang. Tapi sayangnya, dari 500 orang tersebut hanya segelintir staf yang benar-benar handal. Kesalahan besar Toei terletak pada keserakahannya dalam mengambil proyek. Sekarang ini Toei mengerjakan berbagai proyek sekaligus yang jumlahnya sebenarnya sudah melampaui batas kemampuan mereka sendiri, ada Dragon Ball Super, Marvel Disk Wars, World Trigger, Go Princess Precure yang ditambah dengan movie-nya, Tanken Drilland, dan lain lain. Dengan proyek sebanyak itu, jadwal-jadwalnya menjadi berantakan dan mau tidak mau Toei harus melakukan outsourcing serta memecah-mecah segelintir orang handal di dalamnya. Proyek yang bertumpukan satu sama lain, jadwal yang berantakan, kualitas outsourcing yang buruk, dan ditambah kurangnya staf yang handal di tiap-tiap proyek menyebabkan kualitas visual anime-anime besutan Toei dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sangat berantakan.

Contoh masalah tersebut seperti yang terjadi belum lama ini pada Dragon Ball Super episode 5. Dragon Ball adalah sebuah franchise besar yang sangat terkenal, sehingga tentu saja tidak mungkin proyek Dragon Ball Super ini menjadi proyek kecil-kecilan dengan dana yang sedikit. Episode 5 pun bukan episode dengan staf sembarangan, kursi animation director diduduki oleh salah satu animator terbaik Toei, Naoki Tate, serta diisi oleh animator handal seperti Ken Otsuka. Sayangnya, staf-staf seperti itupun tidak dapat melawan manajemen waktu yang berantakannya sudah keterlaluan, dan beginilah hasilnya :

dbsup

Lalu sebaliknya, kualitas visual yang mengesankan bisa didapatkan dengan budget biasa apabila ada manajemen dan planning yang dilakukan dengan benar di tangan yang tepat. Contohnya seperti anime-anime yang diproduksi oleh Kyoto Animation. Banyak yang mengira Kyoto Animation adalah studio yang cukup kaya berkat beberapa anime hit mereka seperti Haruhi dan K-On!, sehingga mereka bisa mempertahankan konsistensi dan kualitas produksi mereka terus menerus. Padahal, seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, proyek-proyek tersebut merupakan adaptasi, bukan dari label KyoAni sendiri, sehingga sebagian besar penghasilannya masuk ke kantong production committee. Konsistensi serta kualitas ini, bisa mereka jaga dan dapatkan karena beberapa hal.

Pertama, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, KyoAni menggunakan 100% in-house staff mereka sendiri, dari sutradara hingga inbetweennya. Kedua, KyoAni bukan hanya sebuah studio animasi, mereka juga merangkap sebagai sekolah animasi yang dalam berhasil melatih dan mengajari animator-animator muda mereka dengan sangat baik. Hasilnya bisa dilihat di Amagi Briliant Park yang sebagian besar diisi oleh animator-animator muda KyoAni. Dan yang terakhir, KyoAni terkenal sangat disiplin terhadap satu poin krusial, manajemen waktu. Mereka tidak pernah mengerjakan lebih dari satu proyek sekaligus dan selalu memberi jeda di antara proyek-proyeknya. Hal inilah yang menyebabkan Kyoto Animation selalu memiliki standar kualitas visual yang tinggi dan konsisten.

Bersambung ke BAGIAN AKHIR.

KAORI Newsline | oleh Yoza Widi

4 KOMENTAR

  1. Setuju banget untuk KyoAni. Terlepas dari kualitas cerita yg diadaptasi (masalah visual seperti dalam artikel ini). Rata-rata dalam 1 season emang KyoAni cuma megang 1 project.
    2013 : Tamako Market (Winter), Free (Summer), Chuunibyou Movie (Fall), Kyoukai no Kanata (Fall)
    2014 : Chuunibyou S2 (Winter), Free S2 (Summer), Amaburi (Fall)
    2015 : Hibike Euphonium (Spring), Kyoukai no Kanata Movie (Spring), Free Movie (Winter)

    Source: https://en.wikipedia.org/wiki/Kyoto_Animation

    • Edit :
      > Terlepas dari kualitas cerita yg diadaptasi (masalah visual seperti dalam artikel ini).

      Maksudnya adalah terlepas dari kualitas cerita hasil adaptasi, KyoAni cukup konsisten secara visual.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses