Selamat datang dalam rubrik Locomotive Sunday! dalam rubrik baru ini, KAORI akan membahas secara mendalam berbagai unit lokomotif dengan berbagai fakta menarik yang mungkin mengena di hatimu, di setiap edisinya. Simak juga KRL Wednesday yang fokus membahas rangkaian KRL!

Dalam edisi perdana ini, akan dibahas lokomotif CC 201 135R yang bisa dikatakan salah satu lokomotif CC 201 paling beruntung karena selamat dari salah satu peristiwa luarbiasa hebat (PLH) yang cukup fatal yang pernah terjadi di Indonesia.

Pernah Dengar Lokomotif BB 203?

CC 201 135R adalah salah satu dari beberapa lokomotif diesel bertransmisi elektrik (diesel elektrik / DE) seri CC 201 di Indonesia dengan huruf “R” pada ujung penomorannya, penanda bahwa lokomotif ini pernah mengalami pembangunan ulang atau rebuild. Sebelum di-rebuild oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), lokomotif ini dulunya berseri BB 203 (tipe GE U18A1A) yang berarti memiliki tiga gandar di setiap bogie, dengan rincian dua gandar penggerak dan satu gandar idle yang letaknya berada di tengah-tengah gandar penggerak.

Spesifikasi singkat lokomotif BB 203
Spesifikasi singkat lokomotif BB 203 | (KAI)

Sedikit bernostalgia mengulik sejarah tentang kiprah lokomotif BB 203, lokomotif seri ini dipesan dari pabrikan General Electric (GE) Amerika Serikat oleh PJKA kala itu dan memulai kiprahnya pada tahun 1978, dengan total pesanan perdana sebanyak 11 unit lokomotif. Dirasa masih belum memenuhi kebutuhan, PJKA kembali membeli beberapa unit lokomotif seri ini pada tahun 1983 dan 1985, sehingga jumlahnya bertambah menjadi 59 unit di  seluruh wilayah daerah operasi (daop) dan divisi regional (divre) di seantero pulau Jawa dan Sumatera. Di pulau Jawa sendiri, keberadaan lokomotif ini juga menjadi hal unik karena semuanya dipusatkan di dipo induk Semarang Poncol, dengan alasan kontur lintas yang relatif datar dan tekanan gandar yang lebih ringan (14 ton/gandar). Tidak hanya itu, untuk operasi lintas pegunungan, saat itu telah ditunjang dengan lokomotif CC 201 kiriman pesanan ke-2 yang juga masih gress saat didatangkan pada 1983.

Tetapi karena kebutuhan operasional yang terus meningkat, akhirnya beberapa lokomotif BB 203 tersebut di-rebuild menjadi CC 201 yang sangat mirip dalam berbagai aspek dan hanya berbeda dari segi kapasitas mesin dan gandar penggerak. Selain itu, melakukan rehabilitasi BB 203 berbiaya jauh lebih murah daripada membeli CC 201 baru. Pada tahun 1989, PJKA pun memulai eksekusi perubahan beberapa lokomotif BB 203 menjadi CC 201.

Sebanyak 52 unit lokomotif BB 203 di-rebuild pada tahun 1989 hingga 2004 di Balai Yasa Yogyakarta (BY YK) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Balai Yasa Lahat (BY LT) di Sumatera Selatan. CC 201 135R sendiri merupakan hasil rebuild dari lokomotif BB 203 09 Dipo Induk Kertapati (KPT) yang dikerjakan oleh BY LT pada tahun 2000 dan kembali dialokasikan di dipo induk Kertapati sebagai dipo pertamanya saat menjadi lokomotif CC 201.

Kehidupan Kedua Sebagai CC 201, Pindah ke Jawa, dan Mengalami Nasib Naas

Pada tahun 2005, lokomotif ini dimutasi ke pulau Jawa dan ditempatkan di Dipo Induk Semarang Poncol. Kiprahnya di Jawa terbilang cukup sukses sampai pada suatu nasib naas menimpanya saat sedang menarik Kereta Api (KA) Kertajaya relasi  Pasar Senen – Surabaya Pasarturi dengan nomor KA 150.

CC 201 135R saat belum dikirim ke Sumatera | Source : /www.flickr.com/photos/indra_hardi/2482555004
CC 201 135R saat belum dikirim ke Sumatera | Source : /www.flickr.com/photos/indra_hardi/2482555004

Peristiwa naas tersebut terjadi pada tanggal 14 April 2006 pukul 2 dini hari di emplasemen stasun Gubug, Jawa Tengah. Peristiwa yang juga dikenal dengan nama PLH Gubug itu membuat lokomotif ini hancur tak berbentuk karena ditabrak dari belakang oleh KA Sembrani yang seharusnya menyusul KA Kertajaya di stasiun Gubug.

Saat itu, KA Kertajaya harus menunggu penyusulan oleh KA 92 Gumarang dan KA 40 Sembrani. Namun entah karena kelalaian masinis KA Kertajaya atau faktor lain, alih-alih menunggu penyusulan kedua, masinis KA 150 malah menjalankan keretanya. Karena kaget saat mengetahui wesel berada pada kedudukan sepur lurus, masinis KA 150 berusaha untuk mengerem dan memundurkan kembali KA-nya. Namun naas, KA 40 yang ditarik lokomotif CC 203 39 datang dari belakang dan seketika menghajarnya.

Kondisi CC 201 135R saat mengalami PLH Gubug | Source : KNKT
Kondisi CC 201 135R saat mengalami PLH Gubug | Sumber : KNKT
Kondisi CC 201 135R saat mengalami PLH Gubug | Source : semoyan35.com
Kondisi CC 201 135R saat mengalami PLH Gubug | Sumber : semoyan35.com

Di sinilah keajaiban terjadi. Walau sudah mengalami PLH yang sangat parah, lokomotif ini masih bisa dihidupkan kembali dan masih berdinas hingga sekarang. Padahal, jika melihat kondisinya sewaktu mengalami peristiwa naas tersebut, kecil kemungkinan lokomotif ini bisa berdinas kembali karena kerusakannya yang sangat parah dan nyaris tak berbentuk. Namun lokomotif ini kembali hidup setelah berhasil diperbaiki oleh BY YK selama lima bukan lamanya dari bulan Mei sampai Oktober 2006, sekaligus menepis asumsi bahwa lokomotif ini akan menyusul saudaranya CC 201 33 dan CC 201 35 yang telah lebih dahulu afkir meninggalkan dunia perkeretaapian Indonesia.

Bersambung ke halaman berikutnya

1 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses