Opini: Mari Berdamai Dengan Isekai

0
©Natsume Akatsuki/Kurone Mishima/KADOKAWA/ Konosuba Production Comittee

Beberapa dari Anda yang menonton Isekai wa Smartphone to Tomo ni mungkin merasa kesal dengan bagaimana tokoh utama dari seri tersebut seperti ketiban rejeki nomplok: punya semua atribut sihir, dikelilingi gadis-gadis cantik, dain yang paling penting, membawa ponsel cerdas. Penggambaran Touya Mochizuki yang hampir-hampir mustahil menjadi nyata itulah yang mungkin membuat sebagian dari Anda menjadi iri. Tenang saja, Anda tidak sendirian. Penulis artikel ini bahkan sudah meluapkan sumpah serapahnya sejak anime ini masih berbentuk novel.

Alangkah sebuah kabar yang mengejutkan, setidaknya bagi saya, ketika mendengar novel ringan yang bermula dari web novel di situs Shousetsuka ni Narou ini diangkat menjadi anime. Gaya penceritaan yang hampir seperti membaca replay book dari permainan tabletop RPG, tokoh utama yang mati dengan gampangnya, lalu hidup kembali dengan seabrek keuntungan ia raih di tangannya. Cerita isekai seperti ini memang terdengar membosankan, namun pasar berkata lain. Menurut data layanan streaming anime Crunchyroll, Isekai Smartphone adalah salah satu seri anime musim panas 2017 yang banyak ditonton oleh  penontonnya di beberapa negara Eropa. Selanjutnya, Tate no Yusha no Nariagari dan Death March Kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku merupakan dua cerita yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan seri yang saya tuliskan sebelumnya, dan keduanya sudah resmi untuk diadaptasi menjadi anime.

Contoh laki-laki yang luar biasa beruntung, sekaligus ngeselin (© Patora Fuyuhara, HOBBY JAPAN/Principality of Buryunhild)

Saya mulai rutin menonton anime sejak 2012, namun belum pernah atau tak terlintas di ingatan bahwa pernah menonton cerita isekai atau hidup lagi di dunia lain yang gaya penceritaannya seperti Isekai wa Smartphone to Tomo ni. Namun ketika saya mulai mencoba untuk membaca novel ringan dan mengulik-ulik berbagai macam judul, di sanalah saya tersadarkan: isekai merupakan genre yang sudah masyhur digunakan.

Tidak banyak novel isekai yang berhasil saya baca, karena beberapa novel dari sinopsisnya saja sudah membawakan tema yang itu-itu saja: seorang remaja laki-laki, pengangguran, mati, terlahir di dunia lain dengan latar fantasi ke-eropa-eropa-an, mendapatkan semua kekuatan sihir, dikelilingi wanita-wanita cantik, wassalam. Memang tidak semua poin di atas muncul dalam novel-novel tersebut, tapi muncul satu saja sebenarnya sudah cukup menjengkelkan, terutama bagian “dikelilingi wanita-wanita cantik” alias harem.

Namun, bukan berarti sebuah langkah mulia apabila Anda mengikuti laku hidup saya untuk menyumpah serapahi Touya Mochizuki. Pada akhirnya, novel ini terbit karena menurut pihak penerbit karya tersebut menarik. Penerbit pun juga mempertimbangkan beberapa faktor sebelum menerbitkan sebuah novel, semisal karya tersebut banyak dibaca ketika masih berbentuk web novel atau memiliki pasar yang menjanjikan. Intinya, cerita itu ada karena ada yang membacanya.

Saya di sini bukan hendak membahas isekai secara mendalam, karena sebagaimana peribahasa berkata, di atas langit masih ada langit. Saya bukan seorang pakar pop kultur Jepang yang cukup mumpuni untuk menganalisis fenomena maraknya hikayat-hikayat bertema rihlah ke dunia lain. Namun sidang pembaca yang terhormat, izinkanlah saya untuk memberikan beberapa rekomendasi mengenai isekai, dari sudut pandang seorang pembaca dan penonton. Harapannya semoga mata Anda-Anda sekalian tidak sampai menghukumi kisah-kisah isekai sebagai najis mughallazhah.

Mari kita mengambil faedah dari kisah hidup gadis kecil ini (©Carlo Zen,PUBLISHED BY KADOKAWA CORPORATION/Saga of Tanya the Evil PARTNERS)

Tidak semua cerita isekai beralur seperti Isekai wa Smartphone to Tomo ni, ada juga yang mengambil beberapa perubahan yang tidak biasa. Contoh saja Youjo Senki. Ketimbang menggunakan cowok NEET yang mati secara biadab, tokoh utama di cerita ini adalah seorang direktur perusahaan yang amat kapitalis disiplin dan keras, meninggal karena didorong oleh pegawai yang barusan ia pecat ke kereta yang sedang berjalan, dan hidup kembali di dunia lain sebagai anak kecil (baca:loli). Si loli ini bukannya malah menjalani gaya hidup happy go lucky layaknya anak-anak Houkago Tea Time, ia malah menjalani laku hidup sebagai taruna militer dengan tetap membawa sifat aslinya yang tegas dan disiplin.

Saran saya, jika Anda mau mencoba membaca -atau menonton- Youjo Senki,  pastikan Anda dapat mengambil tiga hikmah ini: jangan menilai seseorang dari wajahnya saja, jangan terlalu dalam ketika memikirkan eksistesi Tuhan, dan cobalah mencintai Aoi Yuuki. Bingung? Silahkan dibaca atau ditonton dahulu.

Kisah berikut ini mengajarkan bahwa masalah akan selalu ada di manapun, termasuk dunia lain (© 2016 Ao Jumonji, OVERLAP/ Grimgar, Ashes and Illusions Project)

Ada juga hikayat semacam Hai to Gensou no Grimgar. Di sini, meskipun tokoh-tokoh utamanya juga terlempar ke dunia fantasi, mereka tidaklah mendapat karunia Tuhan berupa nikmat sehat wal Afiyat. Justru mereka harus berjuang hidup di dunia yang mereka sama sekali tak tahu, bertarung dengan peralatan seadanya, bahkan sampai kehilangan salah satu teman berharganya. Sampai-sampai saya lebih prihatin melihat nasib anak-anak ini ketimbang nasib saya yang masih membujang hingga sekarang.

Namun sang penulis sudah berani untuk melawan arus mainstream dari cerita-cerita isekai lainnya. Ia berusaha untuk menampilkan aspek realistis dari berpindah ke dunia lain, dan saya pribadi menganggap ini merupakan cerita yang bagus. Hemat saya, sang penulis ingin mengajarkan satu hal: seperti kata Tsubasa Ozora “Bola adalah teman”, masalah itu juga merupakan teman, bahkan di dunia lain sekalipun.

Keputusan lelaki ini telah membuat banyak warganet mengamuk di media sosial (©Teppei Nagatsuki・KADOKAWA/Re:ZERO -Starting Life in Another World Production Comittee)

Cerita isekai lain yang mengingatkan saya dengan ayat al-Quran Laa yamuutu fiiha wa laa yahya (Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak pula hidup) adalah Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu e. Kalimat di atas praktis menggambarkan penderitaan Subaru dalam mengejar cinta butanya ke Emilia yang sampai-sampai membuat atasan saya berhasil menerjemahkan siksaan tersebut dalam sebuah tulisan singkat. Subaru rela menjalani siklus hidup-mati-hidup-mati berulang kali di dunia lain yang ia jalani dengan hanya bermodalkan ponsel model lama dan satu kresek belanjaan, demi cinta pada pandangan pertamanya pada Emilia.

Sebagian besar dari Anda pasti mengerti dengan bagaimana kelanjutan kisah Rem dengan Subaru kan? Nah, itulah cinta kawan, layaknya kisah Arai mengejar Zakiah Nurmala di tetralogi Laskar Pelangi yang butuh empat jilid sampai cinta tersebut berbalas, Subaru juga tetap tidak memalingkan matanya dari Emilia meskipun sudah dilamar dengan tegas oleh Rem sendiri. Sayangnya, hal ini memicu beberapa warganet yang marah dengan pilihan Subaru, terlepas dari fakta bahwa ini juga merupakan cerita isekai.

Intinya, jangan langsung menilai cerita itu baik atau buruk hanya karena ia bergenre isekai, tidak semua cerita isekai beralur seperti novel ringan Manga ga Yomeru Ore ga Sekai Saikyou. Dan jangan juga menilai bahwa cerita isekai dengan alur yang banyak Anda temukan di Shousetsuka ni Narou itu sebagai cerita yang buruk, karena akan ada saja orang-orang yang membaca dan menyukainya. Nasihat saya, apabila anda jenuh dengan suatu genre tertentu, cerita isekai bisa menjadi alternatif yang semoga dapat menyembuhkan kejenuhan anda.

Jangan tertipu dengan gambarnya, sejatinya ini merupakan sebuah pemikiran mengenai pernikahan usia dini dan poligami (© Nazuna Miki/Wataame/GA Bunko)

Jika Anda sudah mencoba membaca atau menonton cerita isekai, tapi tetap muak dengan isi ceritanya yang terlalu berkhayal, maka ingatlah kata-kata mutiara Spongebob Squarepants: “Yang kau perlukan adalah sebuah kotak, dan imajinasi.”

https://www.kaorinusantara.or.id/english/3599/tilea-no-nayamigoto-light-novel-review-chuunibyou-meets-isekai

KAORI Newsline | Oleh M Razif Dwi Kurniawan | Tulisan ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan editorial KAORI

KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime & industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dlm bhs Indonesia/Inggris & kirim ke opini@kaorinusantara.or.id

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.