Ada suatu hal menarik yang saya amati ketika melihat scene jejepangan daerah Malang saat ini. Dalam penyelenggaraannya, acara-acara yang banyak terekspos ke para penikmat adalah acara yang skalanya cenderung besar. Strategi yang digunakan juga kurang lebih sama: Guest star didatangkan untuk menjadi ujung tombak promosi acara, susunan acara yang jelas-jelas berorientasi kepada panggung, serta konten acara yang berusaha untuk menyaring banyak minat jejepangan sekaligus (Minat idol? Musik Jepang? Cosplay? Semua akan disediakan di panggung). Sudah ada sekitar 7 acara jejepangan yang hadir di Malang tahun ini, dan resep acaranya kurang lebih sama. Mungkin hanya Utsuru yang mencoba tampil “beda” dengan fokus acara di komunitasnya, bukan guest star-nya
Apakah strategi ini salah? Sebenarnya tidak. If it ain’t broke, don’t fix it. Formula di atas dapat dikatakan sebagai formula paten yang sudah digunakan sejak lama dan terbukti mendatangkan massa (walau belum tentu profit). Tapi harus diakui setelah melewati berbagai event yang kurang lebih sama isinya, ada kejenuhan yang mulai timbul. Tidak ada yang salah dari acara tersebut. Namun agaknya perlu alternatif lain apabila mulai bosan dengan formula acara yang itu-itu saja.
Alternatif tersebut sebenarnya ada, namun mungkin banyak yang tidak tahu. Pada hari minggu kemarin, kami dari KAORI Nusantara diundang di acara Japan Action Night Chapter 2 yang bertempat di Jazz Corner, Malang. Setidaknya dari skalanya, acara ini tidak dapat dikatakan acara besar. Kontennya malah mengingatkan saya dengan acara café, hanya lebih ramai. Ramai bukan karena pengunjungnya banyak tapi karena pengunjungnya dengan kompak nge-chant sebagian lagunya sambil duduk anteng di kursi.
Dengan skala yang lebih kecil, acaranya ini malah terlihat lebih fresh. Melihat bagaimana terkadang MC menyambut pengunjung yang datang atau para personil band yang bercanda dengan penonton memperlihatkan keakraban yang tidak terlihat di acara berskala besar. Di sini para penonton duduk bersama, membaur. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang dengan tenang membawa anak mereka.
Dimulai dari jam 2 siang (iya, walaupun judul acaranya Japan Action Night acaranya sendiri mulai siang hari), para penggemar tokusatsu dengan guyub berkumpul dan menikmati acara hingga malam hari. Para band, yang sebenarnya merupakan wajah-wajah lama di kancah permusikan jejepangan Malang, hadir membawakan lagu soundtrack Tokusatsu sepenuh hati. Penonton yang sudah akrab dengan lagu-lagu tersebut juga ikut meramaikan performance band, bahkan sesekali ikut bercanda dengan mereka.
Dari sinilah saya merasa bahwa acara-acara seperti ini dapat menjadi jawaban dari kejenuhan acara jejepangan di Malang saat ini. Acara yang ini jelas lebih kecil, namun punya target audiens yang spesifik. Kesamaan hobi antar pengunjung dapat membuat yang datang menjadi lebih akrab. Bahkan tidak hanya tokusatsu, acara-acara skala ini sebenarnya cukup banyak di Malang. Oktober kemarin terdapat acara nonton bareng film Confession dan diskusi bukunya bersama penerbit Haru yang diadakan bookstagram.ngalam. Awal tahun ini juga terdapat acara Ragasukma Turun gunung di HD’R Comic Café Malang yang ditunjukkan untuk para komikus muda Malang. Tergantung minat penonton, acara-acara kecil tersebut mungkin bisa jadi alternatif lain apabila ingin melawan rasa penat.
In the end, the choice is yours. Tentu saja saya tidak akan merekomendasikan acara ini ke kalangan yang bukan penggemar tokusatsu, bisa-bisa ketika datang bukannya malah fun malah awkward. Apalagi bila memang masih belum bosan menikmati sajian acara jejepangan umum di Malang. Malah mungkin alasan saya bisa menikmati dan menulis tentang acara ini dengan nada positif adalah karena sejak awal saya memang jenuh. Tapi pada akhirnya, pilihan itu ada. Ketika sudah mulai bosan dengan acara jejepangan yang bahkan kita sendiri sebenarnya tidak kenal guest starnya, mungkin acara dengan skala kecil bisa lebih seru untuk dinikmati. Henshin!!!
KAORI Newsline | Oleh Dany Muhammad | Artikel ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan KAORI Nusantara.