Leni M Tarra merupakan salah seorang seiyu yang cukup naik daun dalam industri pelaku suara di Indonesia. Berbagai film telah ia perankan dengan genre dan karakter yang berbeda-beda. Tidak terkecuali dengan anime asal Jepang. Tercatat, seiyu yang akrab dipanggil Etho ini telah mendubbing sejumlah anime Jepang seperti Yowamushi Pedal, Shimajiro, Kapten Tsubasa 2018, Anima Yell!, Aikatsu, hingga judul-judul lainnya seperti sejumlah film Ghibli. Saat ini ia masih aktif menjadi seiyu dalam Detektif Conan yang tayang di NET di mana ia berperan sebagai Conan, dan yang cukup naik daun saat ini adalah anime Kimetsu no Yaiba yang diedarkan oleh MUSE SG/Muse Indonesia, di mana ia berperan sebagai Zenitsu Agatsuma, dan salah satu anggota Hashira, yakni Muichiro Tokito.

Salah satu peran Leni M Tarra yang juga cukup terkenal di anime adalah ketika ia berperan dalam anime Anima Yell! yang pernah ditayangkan oleh RTV pada awal tahun 2021 lalu. Anime yang ditayangkan RTV pada tanggal 22 Januari 2021 hingga 11 Februari 2021 lalu ini cukup istimewa karena merupakan anime pertama dari seri Manga Time Kirara yang ditayangkan di televisi Indonesia. Leni M Tarra sendiri berperan sebagai Uki Sawatari, sahabat dari karakter utama Anima Yell!, Kohane yang terobsesi untuk mendirikan klub pemandu sorak atau pemandu sorak di SMAnya.

Leni M Tarra sendiri memulai debutnya sebagai seiyu sekitar tahun 2004, setelah menimba ilmu di bawah didikan Sanggar Prathivi. Selain anime Jepang, ia sebelumnya juga cukup dikenal banyak mendubbing karakter-karakter film Hollywood yang diperankan Mackulay Culkin seperti Kevin McCallister dalam film Home Alone maupun Richie dalam film Richie Rich. Ada juga film-film Freddie Highmore: Arthur and the Minimoys 1, 2 & 3 (Arthur Montgomery), Astro Boy (Toby/Astro), The Spiderwick Chronicles (Jared Grace), The Golden Compass (Pantalaimon voice), Charlie and the Chocolate Factory (Charlie Bucket), Finding Neverland (Peter Llewelyn Davies), dan Two Brothers (Raoul Normandin). Leni M Tarra juga langganan bermain dalam film-film karya Walt Disney seperti Sofia the First, hingga Boboboy yang didubbing ke dalam Bahasa Indonesia di Disney Channel.

KAORI Nusantara sempat mewawancarai Leni M Tarra seputar karirnya selama ini sebagai seorang seiyu. Mari berkenalan lebih dekat dengan seiyu yang satu ini:

Kaori: Salam kenal kakak. Bisakah kakak berbagi cerita mengenai proses dubbing film sebagai seorang seiyu? Mulai dari skripnya apa biasanya ada revisi di tengah rekaman oleh sutradara suara/pengarah dialog?

Kak Etho: Halo, salam kenal juga. Kalau proses dubbing itu, secara umum biasanya recording di studio pastinya. Khusus yang biasa tayang di TV nasional ya selalu akan ada revisi. Biasanya saat recording yang selanjutnya baru sekalian sama revisi yg datang dari pihak stasiun TV. Ada kata-kata yg diganti karena permintaan khusus pihak stasiun TV. Untuk mengingatkan, ada yang menyiapkan daftar kata-kata yang harus diubah karena tidak boleh digunakan.

Kaori: Bagaimana sih kakak bisa mendapatkan peran-peran yang kakak mainkan?

Kak Etho: Tentu saja dengan casting yang biasa diselenggarakan oleh studio.

Kaori: Oh iya, kakak kan juga pernah ikut mendubbing Anima Yell!. Bagaimana kesannya mengenai seri Anima Yell! dan karakter Uki? Dan hal apa yang diperhatikan kakak dalam mengisi suara karakter Uki?

Kak Etho: Karakter dari Uki itu sendiri. Kesannya bahwa menghargai impian diri sendiri dan orang lain, sekecil apa pun atau setinggi apa pun impian seseorang tetap butuh dukungan dari orang-orang terdekat. Uki yang aku tahu, orangnya berani, pengertian, bisa tetap sabar dan berusaha untuk membuat Kohane jadi lebih berani dan tidak cuek dengan keinginan sendiri serta harus lebih bisa memikirkan dirinya sendiri, tidak melulu cuma berusaha untuk menyenangkan orang lain saja.

Kaori: Apa saja hal yang menyenangkan dan tantangan dalam berperan di seri ini?

Kak Etho: Semua serial atau film menyenangkan. Ada saja hal-hal baru yang selalu bertambah karena setiap karakter berbeda-beda. Misalkan Uki, harus tetap menjaga mood supaya tidak lari dari karakternya. Dia tidak lembut tapi bukan berarti kasar. Meskipun dia cuek tapi dia selalu berusaha membantu Kohane untuk mengejar impiannya dan supaya Kohane tidak melulu berusaha menyenangkan orang lain terus tapi lupa dengan keinginannya sendiri. Terus bagaimana dia berusaha meyakinkan dan tidak memaksa adik laki-lakinya untuk bisa menerima kegiatan barunya sebagai salah satu anggota pemandu sorak.

© Tsukasa Unohana/Houbunsha

Kaori: Apakan kakak merasa relate dengan karakter yang dimainkan?

Kak Etho: Yes. Meskipun aku cuek tapi aku juga bisa pedulian. Dari zaman waktu sekolah sampai kuliah, salah satunya yaitu pada saat kuliah dulu ada salah satu teman yang seperti Kohane ini, aku juga menjaga dan selalu menghibur. Sampai selama masa perkenalan kampus, saban pagi aku selalu menjemput teman-ku itu, ayah dan ibunya senang. Jadi bekal makan siang kami pun sama terus deh he he he.

Kaori: Bagaimana bedanya mengisi suara karakter perempuan dan anak laki-laki? Apalagi kakak biasanya cukup sering mendubbing karakter anak laki-laki?

Kak Etho: Karakter dan feel pasti beda. Main dari hati. Aku pribadi kalau dikasih misalkan peran karakter anak-anak atau dewasa atau bahkan karakter yang gak jelas pun LOL ya tetap aku cari tau dulu, dari referensi film itu sendiri, tanya-tanya juga ke Pengarah Dialog or ke operator. Kadang-kadang diskusi itu dibutuhkan karena biar karakter yang akan didubbing itu gak lari dari yang sudah dijabarkan. Penting untuk memahami karakter itu sendiri karena seiyu (yang terpilih) itu dianggap bisa mewakili karakter yang akan didubbing. I can only talk base on my experience ya.

Kaori: Oh iya. Kakak sekarang kan juga mendubbing Zenitsu dalam anime Kimetsu no Yaiba. Karakter Zenitsu ini dikenal dengan banyak teriak-teriak. Apa tenggorokan kakak tidak sakit sering berteriak-teriak seperti itu?

Kak Etho: Sebenarnya biasa saja, tidak masalah karena memang sudah karakternya. Dan tenang saja, tenggorokanku baik-baik saja karena aku bisa menanganinya. Tapi kalau ditanya soal ilmu pernapasan konsentrasi, aku tidak tahu ya.😁 **

© Koyoharu Gotouge / Shueisha, Aniplex, ufotable

Kaori: Apakah ada yang berbeda dari dubbing untuk anime yang berbahasa Jepang dan selain anime?

Kak Etho: Ya, ada bedanya. Menurut pengalamanku pribadi, kalau dubbing selain anime, terutama yang medianya berbahasa Inggris itu lebih gampang dari segi bahasa untuk dipahami karena lebih bisa dimengerti dan pengucapan huruf vokal hidupnya jelas. Kalo anime dari segi bahasa tidak semua bisa. Tidak ada vokal hidupnya, mulut karakternya aktif terus. Jadi kalau ada jeda harus benar-benar dicek apakah sudah benar pemenggalan kalimatnya. Karena itu berpengaruh pada ekspresi, dan gak melulu harus menghentak-hentak mainnya. Nah, di sini inilah pentingnya untuk belajar dubbing film-film western or animasi biasa karena untuk belajar pengucapan huruf vokal hidup yang tidak ada di anime. Biar lebih fleksibel juga, jangan berpikir industri akan mengikutimu. Harus siap karakter apapun yang dikasih karena itu adalah sebuah tanggung jawab profesi sebagai seiyu. Meskipun masing-masing seiyu punya spesifikasi, misalkan yang biasa dubbing karakter anak-anak, tapi belum tentu juga tidak bisa dubbing untuk karakter lain. Tergantung Dan tetap, mainlah dari hati. Karena, masing-masing ada kesulitan tersendiri dan ada keistimewaan sendiri intinya baik itu animasi maupun anime.

Kaori: Apakah ada perubahan dalam proses dubbing dalam masa pandemi ini dibandingkan sebelum pandemi? Perubahan macam apa saja yang dirasakan dalam proses dubbing selama pandemi ini

Kak Etho: Ya, ada. Misalnya sekarang kalau masuk studio, harus disemprot dulu studionya, setiap kali ada pergantian take antar orang per orang. Lalu headphone diseka dengan tisu basah disinfektan, begitu juga dengan kursi dan alat-alat yg dibutuhkan di studio. Kalau sudah selesai ya disemprot lagi semua. Masing-masing harus sadar diri karena untuk kepentingan bersama. Kalau sudah selesai dan sudah tidak ada lagi kegiatan lain, disarankan untuk pulang. Mencegah penumpukan orang, terutama di lobi. Di salah satu studio aku pernah khusus seharian sampai malam dubbing sendirian karena memang pada saat itu ditarget untuk kelar. Jadi seharian itu cuma 2 orang, salah satunya aku. Kalau dulu mau dubbing tinggal masuk studio, langsung dubbing, kalau sudah kelar bisa nongkrong terus duduk dekat-dekat selagi menunggu jadwal lain. Tapi sekarang ya sudah berbeda karena adanya protokol kesehatan yang harus dijalani.

Kaori: Apakah kakak membaca komik Kapten Tsubasa, Yowamushi Pedal, dan Detektif Conan juga?

Kak Etho: Tidak. Aku prefer nonton dari YouTube untuk Kapten Tsubasa dan Yowamushi Pedal. Karena jarak recordingnya waktu itu juga gak lama ya, jadi aku juga harus tetap cari referensi untuk tahu karakter yang mau didubbing dengan cepat. Setiap seiyu punya ciri khas masing-masing jadi masalah selera itu balik lagi ke penonton, mereka lebih senang yang mana. For me, I’m not gonna copy the old version of Tsubasa coz it didn’t fit me at all. So, I did my own version through my point of view. When I’m working, I always do the best of my best. Mungkin yg membuat aku lebih merasakan vibe dari karakter waktu dubbing Captain Tsubasa ini lumayan terbantu, karena waktu kecil aku dulu juga suka main sepak bola, jadi bisa lebih berasa aja gitu pada saat adegan bermain bola 😁

etho
© Yoichi Takahashi / Shueisha © Yoichi Takahashi / Shueisha • 2018 Captain Tsubaki Production Committee

Kalau Yowamushi Pedal waktu itu masih baru ya, tetap sama caraku menghandle karakter Sakamichi Onoda. Bahkan lucunya lagi, sekian tahun lalu, aku juga sering naik sepeda mini model yang dinaiki Sakamichi, ada aku pajang di media sosialku, dan itu benar-benar real, I don’t planned them. Jarak waktu aku lagi rajin-rajinnya bersepeda mini dengan pada saat dubbing Yowamushi Pedal lumayan jauh juga. Jadi waktu ketemu 2 gambar di masa yang berbeda dengan gaya sama-sama sedang naik sepeda, it just awesome 😁 You know what? Sometimes I think those characters made for me. We seperate by time only, it’s like we meant to be 😆 If you saw them compare my pictures then you will understand what I mean here.

leni m tarra
Simber: Instagram Leni M Tarra

Kalau Detektif Conan, aku cuma sekedar tahu aja. Setelah akan dubbing dan selama prosesnya, ya tetap sama, aku cari tahu dari nonton dan baca-baca di internet untuk bisa lebih tahu dan lebih kenal karakternya seperti apa. Kalau Detektif Conan aku khusus sampai beli DVD original box isi 19 movie karena kebetulan saat itu ada yang jual dan original pula, penting tuh o-r-i-g-i-n-a-l. Again, I dubbed Conan through my point of view. Kalau merhatiin di situ kadang Conan bisa imut-imut manja di hadapan Ran tapi dia juga terlihat lebih dewasa ketika dia dihadapkan pada suatu kasus. Bagaimana dia menganalisa sekaligus memancing percakapan pada saat ada bukti or analisa yang menurutnya tertinggal, tapi tetap dari sisi anak usia 7 tahun dengan pemikiran orang dewasa. Gak gampang, tapi (menurut-ku) di situ letak seru dan menantangnya karakter Conan Edogawa yang bisa coba aku explore 😊

Kaori: Bagaimana agar masyarakat bisa lebih mengapresiasi pekerjaan dubbing bahasa Indonesia?

Kak Etho: Do the best of your best. Berusaha dubbing mewakili karakter yang dimainkan sebaik mungkin. Main sewajarnya dan dari hati. Harus bisa mengapresiasi dan menghargai pekerjaan sendiri dulu. Menurutku itu penting banget. Karena siapa lagi yang bisa menghargai kalo bukan dari diri kita sendiri dulu. For me, my work is my passion, it’s not just a hobby and try to stay focus. It takes time and effort to make that come true. Jadi kalau misalkan sudah do the very best then, balik lagi bagi yg nonton ke masalah selera masing-masing. Kalau suka syukur Alhamdulillah, kalau kurang suka ya sekedar saran, belajarlah menghargai usaha kami para seiyu-seiyu ini. Dalam satu karakter di film yang sama, pergantian seiyu itu tergantung pihak studio dan klien, (misalkan) bisa lewat voice test maka terpilihlah seiyu lain yang menggantikan posisi seiyu sebelumnya. Jadi bukan wewenang dari seiyu itu sendiri, kami hanya menjalankan tugas yang diberikan. Karena kami pun terpilih bukan asal-asalan jadi artinya sudah dianggap bisa mewakili karakter yang akan didubbing. Jadi kalau toh ada yang kurang suka or dirasa kurang pas karena sudah terbiasa dengan (mungkin) seiyu (lain) sebelumnya, ya itu hanya masalah selera saja.

Kaori: Selama proses dubbing adakah kalimat atau adegan yang cukup canggung untuk di-dub?

Kak Etho: Ada. Tapi selama masa recording ya diganti untuk kata-kata yg lebih pantas. Apalagi buat TV nasional, mereka biasanya sudah menyiapkan daftar kata-kata yang harus diganti. Jadi ya seiyunya sudah hafal di luar kepala, well… ini ngomongin pengalaman aku pribadi ya. Mau ngomongin pengalaman siapa lagi? He he he.

Kaori: Kesulitan/tantangan apa saja persiapan sebelum dubbing?

Kak Etho: Kalo aku biasanya akan tanya dulu judul dan karakternya. Jadi bisa cari tahu sendiri dulu. Cek-cek referensi dari internet, YouTube misalnya kalo sudah ada. Tapi aku juga tetap tanya ke operator atau ke Pengarah Dialog, karakter yang mau aku dubbing itu seperti apa. Nanti mereka akan jelaskan. Setelah itu nanti akan makin tau setelah melihat video saat mau recording. (Ini sama seperti pendalaman karakter yang sudah dijelas kan sebelumnya ya).

Kaori: untuk menjadi seorang seiyu di Indonesia, apakah kita perlu masuk ke sekolah khusus dubbing?

Kak Etho: Menurutku perlu, karena itu nanti sebagai bekal untuk bisa terjun di dunia dubbing. Karena aku bermula dari ikut talent scouting di Sanggar Prathivi. Meskipun sudah ada bakat tapi setidaknya harus punya bekal yang cukup biar nanti bisa terbantu dalam hal penjiwaan, tidak kaget dan benar-benar bisa fokus plus mengerti dengan benar apa yg dikerjakan. Karena modal bisa niru banyak suara saja tidak cukup. Percuma kalau tidak bisa main dengan stabil karena setiap adegan berbeda, lalu (misalkan) panjang pendek suatu kalimat kadang ada yang diucapkan dengan satu tarikan napas. Kalau tidak ada pembelajaran tentang teori dan prakteknya, ya nanti akan berbeda hasilnya. Kadang juga ada beberapa hal yang didapat di luar dari pelatihan. Tapi itu juga biasanya didapat dari seiring berjalannya waktu alias jam terbang. Tapi masing-masing orang pasti beda-beda pengalaman. Jadi ya tergantung bagaimana dan apa tujuannya. Semua tidak ada yang instan. Dari situ akan kelihatan bisa bertahan atau tidak karena semua terus berproses. Kalau aku pribadi, aku percaya dengan hasil dari proses, diperlukan kesabaran dan kesiapan mental. Kalau sudah siap, ketika kesempatan datang Insya Allah timingnya bisa ketemu dan akan lebih siap menghadapi dunia yang sudah dipilih. Tapi hasil tetap akan terlihat karena proses itu tadi dan tentu ya karena adanya kesempatan yang di manfaatkan dengan baik.

Kaori: Kalau mendapat kesempatan ngedub anime lagi, inginnya anime apa?

Kak Etho: Wah susah juga ya. Dalam artian kalau nyebutin satu judul ntar dibilang pilih-pilih peran. Yang mana aja deh. Insya Allah akan selalu do the best of my best😊 tapi biasanya ga jauh-jauh dari karakter peran-peran yang lebih spesifik (misalkan) cap sebagai seiyu karakter anak-anak (khususnya) laki-laki, tapi bukan berarti tidak bisa memainkan karakter lain ya. Hanya saja, untuk peran-peran yang (di luar) dari karakter yang biasa didubbing, karakter-karakter lain itu butuh ekstra konsentrasi agar tidak terseret dengan karakter yang biasa diperankan sebelumnya. Harus terus menggali potensi diri sendiri dan harus terus mau belajar dan membuka diri untuk sesuatu or karakter yang baru. Aku pribadi diberi peran apapun dengan senang hati akan aku terima, sepanjang itu tidak lari dari kemampuanku. Tapi kadang aku suka menantang kemampuan diriku sendiri dan sometimes aku kaget juga dengan kemampuanku yang belum pernah aku tahu sebelumnya dan aku mampu. Kalau yang ini, dibutuhkan sebuah keberanian dan kemauan untuk mencoba serta adanya kesempatan, then all will be alright. My work is my passion.

Terima kasih kepada Leni M Tarra.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses