Membaca Aksara Sunda dalam Komik INheritage

3

shonen fight

Sudahkah anda membaca majalah komik Shonen Fight volume 1 dan 2 (simak ulasan volume pertamanya di sini)? Kalau sudah, anda pasti ingat salah satu komik dalam majalah tersebut yang berjudul INheritage: Incarnation of Chaos yang digarap oleh komikus Bandung, Mukhlis Nur. Komik ini merupakan spin-off dari game ponsel INheritage: Boundary of Existence yang dibuat oleh Tinker Games dari Bandung, di mana Mukhlis Nur merupakan lead artist dari proyek game tersebut.

Salah satu hal yang menjadi ciri khas game INheritage adalah penggunaan unsur-unsur budaya lokal, terutama dari budaya Sunda seperti penggunaan aksara Sunda pada desain pola lingkaran sihir. Dalam komiknya pembaca juga dapat menemukan aksara Sunda digunakan untuk menulis teks-teks tertentu. Tulisan ini akan memberi sedikit pengenalan mengenai aksara Sunda serta membantu anda membaca teks beraksara Sunda yang muncul dalam komik INheritage.

Mengenal Aksara Sunda

Masyarakat Sunda telah mengenal tulisan sejak abad ke-5 masehi, mulanya dari aksara Pallawa yang diperkenalkan dari India1. Sistem tulisan khas Sunda mulai muncul sekitar abad ke-14, dan diperkirakan digunakan selama kurang lebih lima abad2, 3. Namun bentuk dan ejaan aksara Sunda pada masa tersebut memiliki beragam variasi tergantung dari media dan alat tulisnya, masa penulisannya, dan faktor-faktor lainnya.

Pada tahun 1996, Pemerintah Daerah Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah (perda) tentang Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda untuk melestarikan identitas kebahasaan dalam budaya Sunda. Menindaklanjuti perda tersebut, dilakukanlah upaya akademis untuk mengembangkan satu variasi bentuk baku (standarisasi) dari aksara Sunda agar lebih praktis untuk digunakan dan lebih mudah diajarkan di masa kini. Hasil pembakuan tersebut telah disahkan pada tahun 1999 melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat. Di era digital ini, aksara Sunda juga telah dimasukkan dalam standar Unicode pada tahun 2008 sehingga dapat diketik di komputer.

Aksara Sunda yang telah dibakukan dapat anda lihat dalam tabel di bawah. Simbol-simbol dalam aksara Sunda baku terdiri dari aksara swara (mewakili harkat vokal), aksara ngalagena (konsonan yang mengandung bunyi vokal /a/ kecuali diberi rarangkén yang mengubah bunyi vokalnya) baik yang berasal dari bunyi bahasa Sunda maupun bunyi serapan, rarangkén atau penanda vokalisasi, angka-angka, serta tanda baca yang diadaptasi dari sistem tulisan latin.

Aksara Swara NgalagenaRarangken

Kalau anda pernah jalan-jalan ke Bandung dalam beberapa tahun ke belakang, anda pasti pernah melihat plang nama jalan atau nama gedung yang juga memuat namanya dalam aksara ini. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk memasyarakatkan pemakaian aksara Sunda, selain juga diajarkan dalam kurikulum muatan lokal bahasa daerah di sekolah.

Teks Beraksara Sunda dalam Komik INheritage

Dalam komik INheritage, pembaca dapat mulai menemukan teks beraksara Sunda di bab kedua. Yang paling jelas adalah saat Aulia menggunakan jurus “Hutan Seribu Taring” untuk membasmi para tuyul yang menyerang Arfi dkk. Selain ditulis dengan bahasa Indonesia dengan huruf besar, nama jurus tersebut juga ditulis dengan bahasa Sunda di bawahnya.

1 hutan

Ada tiga kata pada nama jurus tersebut. Pada kata pertama, huruf pertamanya adalah “la” yang diberi tanda paneuleung sehingga dibaca “leu”. Huruf keduanya adalah “wa” yang diberi tanda paneuleung dan panyecek sehingga dibaca “weung”. Pada kata kedua, huruf pertamanya yang tidak diberi tanda adalah “sa”. Huruf keduanya adalah “ra” yang diberi tanda pamepet sehingga dibaca “re”. Dan huruf ketiganya adalah “ba” yang diberi tanda panyuku sehingga dibaca “bu”. Pada kata ketiga, huruf pertamanya adalah “sa” yang diberi tanda panghulu sehingga dibaca “si”. Dan huruf keduanya adalah “ha” yang diberi tanda panyuku dan panyecek sehingga dibaca “hung”. Dari situ, didapatlah frasa “Leuweung Sarebu Sihung”. Leuweung dalam bahasa Sunda berarti hutan, sementara sihung berarti taring.

Magic circle

Membaca aksara Sunda yang ada di lingkaran-lingkaran sihir di komik ini lebih sulit karena beberapa faktor seperti ukuran yang kecil, atau terhalang efek suara. Tapi dengan sedikit upaya, sebagian dari tulisan di lingkaran sihir tersebut masih dapat dibaca.

2 - Copy

Dari lingkaran sihir di atas misalnya, penulis masih dapat membaca kalimat berikut:

hujung tutulisan musuh-musuh ulah (tertutup efek suara) musuh

bayu lingis, bayu rempeuh bayu (tertutup efek suara) rangkopek

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata yang ditulis dalam lingkaran-lingkaran sihir di komik ini adalah penggalan dari sebuah jangjawokan atau semacam mantra yang dikenal oleh orang Sunda zaman dulu. Mantra yang satu ini dikatakan berfungsi untuk melindungi diri dari acaman perampok saat berjalan di hutan. Seperti inilah bacaan lebih lengkap dari mantra tersebut:

Sirep hyung sirep maung

Sirep buta reuwah-euwah

Cau hujung tutulisan

Musuh-musuh ulah tunduk

Musuh keyang ulah datang

Ku ngaliwatna kawula macan anu keur leumpang

Mantak gek lepo siah musuh handapeun aing

Bayu lingis, bayu rempeuh

Bayu rangkupak-rangkopek

Leuleus siah musuh handapeun aing

Setelah mengetahui isi tulisannya, mencocokkan dengan tulisan yang digunakan jadi lebih mudah
Setelah mengetahui isi tulisannya, mencocokkan dengan tulisan yang digunakan jadi lebih mudah

Sebagai salah satu karya industri kreatif dalam negeri, game dan komik INheritage telah berupaya dengan menarik untuk memasukkan unsur-unsur budaya lokal di dalamnya. Mulai dari bahasa, tulisan, bahkan mantra-mantra dari kebudayaan daerah, bisa diberikan tempat di dalam narasinya. Dengan meluangkan sedikit kerja kognitif untuk menggali unsur-unsur tersebut, pembaca dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya ini dan menambah pengetahuan mengenai kebudayaan daerah.

Catatan

  1. Keberadaan tulisan pada masa tersebut dapat diketahui dari prasasti-prasasti dari zaman tersebut, seperti prasasti Tugu atau prasasti Kebon Kopi.
  2. Aksara Sunda kuno tersebut bukan satu-satunya sistem tulisan yang digunakan di wilayah Sunda selama periode lima abad tersebut. Beberapa aksara lainnya yang digunakan pada sekitar masa yang bersamaan termasuk aksara Jawa/Carakan dan aksara Arab/Pegon.
  3. Walaupun fungsi utamanya untuk menulis bahasa Sunda, aksara Sunda kuno juga pernah digunakan untuk menulis teks berbahasa Arab dan Cirebon.

Referensi

  • Tim Unicode Aksara Sunda 2008 (2008), Direktori Aksara Sunda untuk Unicode, diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
  • David Setiadi (2007), “Mantra, Asihan, Jangjawokan”.

KAORI Newsline | Oleh Halimun Muhammad

3 KOMENTAR

  1. keren nich. jangan lupa tambahin kredit title tiap hal komik yang dibahas diambil dari mana. sebelum ditegur yang punya komik ama publishernya. karena ada copyrightnya kan. peace ^^v

  2. Terima kasih atas perhatiannya. Judul komik serta data mengenai pengarang dan majalah tempat diterbitkannya sudah dicantumkan di paragraf pertama. Pengarang komiknya juga sudah membaca artikel ini dan memberi apresiasi positif 🙂

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses