Sebagian masyarakat umum di Indonesia mungkin tidak mengetahui atau bahkan tidak mengenal sama sekali beragam jenis lokomotif diesel lama yang pernah berjasa berdinas di nusantara, khususnya lokomotif-lokomotif bermesin diesel dengan transmisi hidrolik atau yang dikenal dengan sebutan lokomotif Diesel Hidrolik (DH) yang memang sudah sangat jarang ditemui lalu lalang menarik rangkaian kereta api (KA) di Indonesia. Sebenarnya banyak sekali unit lokomotif DH yang pernah berdinas hilir mudik meramaikan khasanah perkeretaapian di Indonesia, namun sayangnya umur pakai mereka untuk mengantarkan penumpang sampai ke tujuan hanya sebentar seiring dengan masuknya lokomotif bermesin diesel dengan transmisi elektrik atau lokomotif Diesel Elektrik (DE) di Indonesia.

Lokomotif Diesel Hidrolik afkir di emplasemen stasiun Sidotopo, Surabaya
Lokomotif Diesel Hidrolik yang afkir di emplasemen stasiun Sidotopo, Surabaya

Jika ditelusuri lebih jauh, muncul beragam alasan mengapa unit-unit lokomotif DH ini dipurnatugaskan untuk menarik kereta penumpang maupun barang. Mulai dari usia yang sudah cukup tua, suku cadang yang sulit ditemukan, perawatan yang rumit, hingga pabrikan lokomotif tersebut yang sudah tutup yang secara tak langsung mengakibatkan biaya operasional yang cukup mahal. Beberapa alasan tersebut sejatinya hanyalah segelintir dari sekian banyak alasan yang membuat lokomotif – lokomotif DH purna tugas. Tuntutan pasar mungkin menjadi alasan utama lokomotif DH tidak lagi ditugaskan menarik angkutan penumpang dan barang karena dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi terutama dalam bidang transportasi, semakin dibutuhkan waktu tempuh yang singkat serta daya angkut yang besar dalam pengangkutan.

Memang, setelah purna tugas sebagai penarik kereta penumpang atau barang, lokomotif DH hanya bertugas untuk melayani langsiran kereta di stasiun atau dipo sarana. Namun, itu semua tidak berlangsung lama. Mulai sekitar tahun 2013 lalu, lokomotif – lokomotif DH perlahan – lahan “dimatikan” paksa dan aktivitas langsiran di berbagai stasiun dan dipo sarana mulai menggunakan lokomotif DE. Sungguh disayangkan jika lokomotif DE yang notabene-nya memiliki tenaga yang cukup besar hanya berdinas sebagai lokomotif pelangsir saja, sedangkan kebutuhan pasar akan moda transportasi kereta api dengan segala keunggulannya terus meningkat.

Jika saja dahulu beragam seri lokomotif DH mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal, mungkin masih banyak lokomotif jenis tersebut yang dapat kita lihat berlalu lalang di lintas. Faktanya, di masa lampau tak jarang lokomotif DH yang mengalami kecelakaan ataupun kerusakan dan dikirimkan ke Balai Yasa Yogyakarta (BY YK) tidak mendapatkan perawatan lebih lanjut, hanya dibiarkan dan diambil suku cadangnya untuk dipasangkan kepada lokomotif diesel hidrolik lain sejenis yang masih sehat dan layak jalan. Perawatan dan penanganan yang kurang maksimal cenderung membuat lokomotif diesel hidrolik berumur pendek dan berakibat biaya perawatan rutin yang harus dikeluarkan tidak berbanding lurus dengan biaya pembeliannya di masa lalu yang sejatinya sama-sama membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit.

Lokomotif DH afkir di Balai Yasa Yogyakarta
Deretan Lokomotif DH afkir di Balai Yasa Yogyakarta

Unit-unit lokomotif DH yang bertahan hingga saat ini pun jumlahnya tinggal sedikit di pulau Jawa, hanya beberapa BY dan Stasiun di beberapa Daerah Operasi (Daop) yang masih menggunakan lokomotif DH, itupun sekedar untuk melangsir kereta. Di pulau Jawa, kini hanya tersisa segelintir unit lokomotif DH yang masih bisa beroperasi diantaranya 3 unit lokomotif seri BB 300, 3 unit lokomotif seri BB 301, 1 unit lokomotif seri BB 303, 4 unit lokomotif seri BB 304 dan beberapa unit lokomotif seri D 301. Sedangkan lokomotif seri BB 305 dan BB 306 sudah tidak ada lagi yang dapat beroperasi. Dari kedua seri lokomotif tersebut, hanya tersisa beberapa unit bangkai lokomotif yang masih dapat dijumpai di beberapa dipo lokomotif, BY YK serta emplasemen stasiun Cikampek dan Sidotopo, dalam kondisi yang menyedihkan. Beberapa diantaranya sudah diangkat dan diletakkan di luar jalur rel (unspoor).

Nasib berbeda dialami lokomotif DH yang bertugas di pulau Sumatera, dimana Divisi Regional (Divre) I Sumatera Utara dan Divre II Sumatera Barat masih memberdayakan mereka sebagai armada utama yang menjadi tulang punggung angkutan KA daerahnya. Dapat dikatakan bahwa saat ini, Divre I dan Divre II adalah wilayah spesialis lokomotif DH. Divre I pun memiliki salah satu seri lokomotif DH yang khas yaitu lokomotif BB 302. Seri lokomotif DH buatan tahun 1970 dari pabrikan Rheinsthal Henschel AG, Kassel – Jerman Barat itu hanya diproduksi 6 Unit di Indonesia dan hanya berada di Divre I Sumatera Utara. Nasibnya pun cukup beruntung karena sempat mengalami peremajaan atau repowering sekitar tahun 2000-an silam dan masih prima kondisinya hingga kini.

Lokomotif DH yang masih beroperasi di Divisi Regional 1 Sumatera Utara
Lokomotif DH yang masih beroperasi di Divisi Regional 1 Sumatera Utara

Selain seri-seri lokomotif diatas, masih banyak seri lokomotif yang sudah dinyatakan afkir dan sepatutnya menjadi benda bersejarah (heritage) seperti lokomotif DH seri C 300, C 301 dan D 300. Semoga saja kelak unit-unit lokomotif DH yang masih tersisa bisa dipugar dan dipercantik, setidaknya masing-masing satu unit per serinya, sekedar menjadi bukti sejarah yang dipajang di museum KA atau mungkin dapat dihidupkan kembali dan digunakan sebagai kereta wisata untuk bernostalgia, mengenang beragam seri lokomotif kuno tapi modern pada jamannya yang kini sudah sangat sedikit populasinya.

Cemplus Newsline by KAORI

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses