Pengantar
Memasuki bulan keempat di tahun 2022, Klub Baca Manga KAORI kembali diadakan sebagai suatu kesempatan bagi peserta untuk menambah ragam bacaan manga, dengan mencoba membaca seri-seri di luar majalah atau kelompok demografi yang biasanya dibaca.
Kegiatan ini dilakukan dengan format sederhana, yaitu setiap bulan dipilih satu majalah manga sebagai sumber bacaan, dan peserta cukup membaca setidaknya satu judul manga yang pernah dimuat di majalah tersebut (disarankan memilih manga yang tidak sedang dibaca atau belum pernah dibaca sebelumnya). Pilihan majalahnya setiap bulan akan diselang-seling antara majalah shoujo/josei dan majalah shonen/seinen. Kemudian di hari Minggu terakhir setiap bulan akan diadakan obrolan di Discord KAORI Nusantara untuk membahas komik-komik yang telah dibaca di bulan tersebut. Kegiatan ini tidak hanya terbuka bagi staf KAORI, tapi juga bagi #Kaoreaders yang berminat.
Edisi April 2022: Hana to Yume
Untuk bulan April 2022, majalah yang menjadi sumber bacaan Klub Baca Manga KAORI kembali merupakan majalah shoujo, yaitu Hana to Yume terbitan Hakusensha. Terbit sejak 1974, awalnya terbit sebulan sekali, tapi menjadi dua kali sebulan di tahun berikutnya. Menurut data tahun 2009, mayoritas pembacanya berumur 13-18 tahun, dan seri-serinya punya reputasi cukup digemari oleh pembaca lelaki juga. Selain memiliki seri-seri klasik seperti Glass Mask, Patalliro, Pygmalio, Sukeban Deka, dll., banyak manganya yang juga telah diterbitkan di Indonesia termasuk misalnya Fruits Basket, Topeng Kaca, Dragon Pigmario, Skip Beat, Alice Academy, Oresama Teacher, Ciuman Dewa, Yona: The Girl Standing in the Blush of Dawn, The World is Still Beautiful, dan masih banyak lagi. Elex Media juga pernah menerbitkan majalah versi Indonesia yang berisi komik-komik Hanayume dan majalah saudarinya, LaLa. dengan nama HanaLaLa.
Pada diskusi yang dilaksanakan tanggal 24 April 2022, ada empat manga dari majalah ini yang dibahas, yaitu Voice Over! Seiyu Academy (Maki Minami, 2009-2013), Dear Mine (Shigeru Takao, 2000-2001), Colette wa Shinu Koto no Shita (Alto Yukimura, 2014-2021), dan Dragon Pigmario (Shinji Wada, 1978-1990). Berikut adalah rangkuman bahasan mengenai manga-manga tersebut.
Voice Over! Seiyu Academy (Seiyuu Ka!)

Hime Kino adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi seiyu. Mimpi terbesarnya adalah menjadi seiyu untuk karakter heroine di salah satu seri mahou shojo favoritnya, “Mahou Senshi Lovely Blazers”. Sayangnya karakter suaranya sendiri membuatnya lebih cocok memerankan karakter lelaki, bukan karakter mahou shojo. Di saat bersamaan dia bertemu dengan Senri Kudo, seorang seiyu pria sekaligus anak dari seiyu Sakura Aoyama yang mengisikan suara karakter heroine “Mahou Senshi Lovely Blazers”.
Walaupun temanya seiyu, editor The Indonesian Anime Times, Dany, merasa ceritanya lebih mengingatkan ke act-age atau Kageki Shojo daripada Sore ga Seiyuu atau Gi(a)rlish Number. Mungkin tidak mudah untuk disadari kalau apa yang dilakukan oleh Hime (yang dipaksa tinggal sebagai cowok) dan Sakura sebenarnya adalah method acting, karena komiknya sendiri tidak banyak menggunakan jargon-jargon dan langsung memperlihatkan bagaimana para karakternya itu “berakting”. Mereka berdua memaksa diri untuk hidup sebagai orang lain demi mendalami karakternya, metode yang mirip dengan apa yang dilakukan Araya di act-age.
Lebih lanjut Dany menjelaskan bahwa konflik utamanya Senri dan Sakura adalah bagaimana seorang aktor bersedia untuk menyelam jauh ke karakternya demi pekerjaannya. Sakura benar-benar berakting bahkan ketika dia di rumah, sehingga membuat Senri tidak akrab dengan ibunya. Ironisnya, cara hidup Senri-pun sangat terpengaruh dengan ibunya. Dia sampai bertanya-tanya apakah sehari-hari dia hanya mengenakan topeng atau menjadi dirinya. Di sini keberadaan Hime justru menjadi jawaban karena walaupun Hime juga melakukan method acting, dia tetep fokus sama cita-citanya yaitu menjadi heroine. Mungkin saat ini dia memerankan karakter cowok, tapi itu semua dia lakukan dengan tujuan menjadi heroine suatu hari nanti. Dengan ini, Hime kelihatan bisa stay di realita dan menganggap pekerjaan tak lebih sebagai perkerjaan.
Menanggapi soal topik mengenai method acting, editor The Indonesian Anime Times, Halimun, menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir metode tersebut mendapat citra buruk karena perbuatan beberapa aktor yang melakukan hal-hal yang membahayakan diri atau meresahkan kru film lainnya atas nama “mendalami karakter”. Publikasi mengenai perbuatan-perbuatan memunculkan kritik bahwa method acting kini lebih menjadi alat marketing film untuk membuat calon penonton tertarik dengan membangun citra bahwa aktor di film tersebut sangat serius memainkan perannya terlepas dari apakah perbuatan-perbuatan tersebut memiliki dampak buruk bagi keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja pembuatan film.
Dear Mine

Menceritakan tentang seorang gadis yang dijodohkan dengan anak lelaki yang lebih muda tapi punya status yang lebih tinggi, komik ini mengingatkan Halimun pada komik Hanayume lainnya, The World is Still Beautiful (Soredemo Sekai wa Utsukushii atau disingkat Soreseka), meski Dear Mine lebih dulu ada sebelum Soreseka dan settingnya dunia modern, bukan fantasi kerajaan. Sebagaimana Livius di Soreseka mesti berwatak lebih dewasa dari umur sebenarnya karena statusnya sebagai raja, begitu juga Fuuma berwatak lebih dewasa dari umur sebenarnya karena statusnya sebagai kepala perusahaan. Apalagi karena ibunya Fuuma berasal dari keluarga biasa-biasa saja, ada kerabat-kerabatnya yang sebenarnya menganggapnya tidak layak mewarisi perusahaan Wakudera, sehingga Fuuma sebagaimana diajarkan oleh ibunya mesti terus menampilkan diri sebagai kepala perusahaan yang kompeten agar mereka tidak punya alasan mengusik posisinya. Dengan beban tuntutan kerja yang berat itu, ditambah lagi kondisinya yang sudah yatim piatu, berarti dia tidak memiliki pengalaman masa kanak-kanak seperti kebanyakan anak lainnya. Di sinilah terdapat sisi lain dari karakter Fuuma yang sebenarnya kurang berpengalaman dalam hal pergaulan normal dan membutuhkan kasih sayang dan perhatian seperti anak kecil semestinya (gap moe!). Satoko yang tadinya memandang Fuuma hanya sebagai anak kecil yang angkuh dan memaksakan kehendak soal perjodohan mereka, kemudian mulai lebih mengenal sisi lain yang vulnerable dari sosok Fuuma yang tidak banyak diketahui oleh orang lain ini, dan mulai lebih memberikan rasa percaya dan perhatian kepada anak tersebut.
Colette Decides to Die (Colette wa Shinu Koto ni Shita)

Colette adalah seorang tabib yang bekerja sendirian di suatu desa. Suatu hari, dia melompat ke dalam sumur karena kelelahan menangani pasien yang begitu banyak seorang diri. Sumur itu ternyata terhubung ke negeri Hades, penguasa orang-orang mati. Karena dia seorang tabib, Colette didesak untuk mengobati penyakit yang dialami oleh Hades.
Halimun menggambarkan cerita ini membawakan proses pendewasaan Colette melalui pengalaman-pengalamannya mengunjungi negeri orang mati yang membuatnya teringat kembali hal apa yang berharga dari pekerjaannya dan memberinya pelajaran bagaimana dia mesti menghargai dirinya sendiri dan orang lain dalam pekerjaannya. Sebagaimana bisa diketahui dari karakter pasangannya, setting cerita ini memasukkan unsur-unsur dari mitologi Yunani, dan seiring dengan berjalannya cerita Colette juga bertemu dengan tokoh-tokoh mitologi Yunani lainnya seperti Herakles. Bagaimana Yukimura mengadaptasi kisah-kisah mitologi yang telah ada ke dalam cerita karangannya sendiri menjadi salah satu hal yang menarik dari komik ini.
Dragon Pigmario (Pygmalio)

Kurt, seorang pangeran di sebuah kerajaan fantasi hidup bahagia bersama ayah dan segenap rakyatnya. Hingga saat ia berulang tahun kedelapan, sebuah rahasia besar akan latar belakangnya terungkap. Ibunya yang selama ini menghilang ternyata adalah seorang dewi yang dikutuk menjadi batu oleh Dewi Medusa yang jahat, bersama segenap warga desa Watangka. Demi menyelamatkan ibunya dan segenap penduduk desa, Kurt pun memulai perjalanan menuju ke barat untuk mencari dan mengalahkan Medusa. Dalam perjalanannya, Kurt bertemu dengan banyak orang dan berbagai konflik di mana ia terlibat di dalamnya, dari perselisihan antar dua suku, konflik suku yang diancam sesosok monster, hingga kegelapan hati manusia, ditambah dengan Medusa sang dewi jahat yang menghalangi perjalanan Kurt yang kerap kali memprovokasi konflik-konflik yang menghalangi perjalanan Kurt.
Editor KAORI Newsline, Dody, merasa cukup terkejut mengetahui kalau Hana To Yume yang selama ini identik dengan komik shojo ternyata punya juga komik petualangan fantasi dengan bumbu shonen seperti Dragon Pigmario ini. Artwork-nya memang mirip-mirip dengan komik-komik Hana To Yume pada masanya. Walau sekilas terlihat seperti komik anak-anak karena karakter utamanya anak-anak, namun ada beberapa adegan-adegan gore yang cukup lumayan pula. Selain itu juga terdapat sejumlah scene-scene gag yang konyol meski di tengah-tengah sesi pertarungan yang serius sekalipun.
Topik Bulan Mei 2022: Weekly Shonen Jump
Untuk bulan Mei 2022, majalah yang akan menjadi sumber bacaan bagi Klub Baca Manga KAORI adalah majalah komik shonen terbesar saat ini, Weekly Shonen Jump, yang terbit pertama kali di tahun 1968. Dengan beragam judul hit dari beberapa dekade seperti Captain Tsubasa, Dragon Ball, Saint Seiya, JoJo’s Bizarre Adventure, Slam Dunk, Yu Yu Hakusho, Rurouni Kenshin, One Piece, Hunter x Hunter, Prince of Tennis, Naruto, Bleach, Death Note, Gintama, Haikyuu, My Hero Academia, Demons Slayer, Jujutsu Kaisen, dan lain-lainnya, komik-komik Jump seringkali merupakan apa yang terpikir oleh orang-orang ketika bicara soal “komik shonen“.
Seperti biasa, diskusi akan diadakan pada hari Minggu terakhir, yaitu tanggal 29 Mei 2022 pada pukul 14.00, di Discord KAORI Nusantara. Discord-nya sendiri dapat dikunjungi melalui tautan berikut: https://discord.gg/9WGNKht
KAORI Newsline