Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe minggu ini mengunjungi Amerika Serikat dan telah berbicara di depan Kongres Amerika Serikat untuk membahas masalah perdagangan bebas lintas Pasifik (Trans-Pacific Partnership.) Perdagangan bebas memiliki dampak yang baik bagi perekonomian, tapi TPP juga menghadirkan dampak negatif bagi kebudayaan anime.
Stasiun televisi TBS menurunkan laporan mengenai masalah TPP dan budaya otaku di Jepang. Dalam paket berita yang dirilis oleh TBS, diungkapkan bagaimana dinamika pasar komik amatir Jepang (Comiket, Comic Market) memiliki nilai ekonomi dan budaya yang sangat besar bagi Jepang.
Pasar produk kreatif di Jepang berbeda dengan di negara lain. Dalam acara pasar produk kreatif seperti Comiket, penggemar membuat produk derivatif (niji sousaku, 二次創作) dengan memakai karakter yang sudah ada. Misalnya, membuat komik dengan karakter Kantai Collection. Mereka menjualnya dalam acara pasar komik dan dapat menyalurkan kecintaan mereka terhadap Kantai Collection. Tidak hanya dalam bentuk komik, penggemar juga membuat produk derivatif lain dalam bentuk poster, gantungan kunci, guling peluk (dakimakura), dan memakai kostum karakter seri tersebut (cosplay).
Tindakan tersebut sebenarnya adalah pelanggaran hak cipta, namun di Jepang hal ini masuk dalam ranah abu-abu. Pemegang hak cipta pada umumnya membiarkan penggemar berkreasi, kecuali dalam kondisi tertentu pemegang hak cipta menuntut agar penggemar berhenti menjual produknya karena menggerogoti penjualan produk aslinya.
Masalah dengan TPP adalah bila Jepang jadi bergabung dengan TPP, polisi wajib menangkap penjual produk derivatif tersebut.
“Bahkan bila pemilik hak cipta tidak berniat untuk menuntut, tetap harus dipidana,” tutur pengacara hukum hak cipta Fukui Kensaku.
Yoichi Miyazawa, menteri ekonomi, perdagangan, dan perindustrian Jepang (METI) menyatakan bila klausa ini diterapkan, “tidak mungkin tidak ada dampak bagi para peserta.”
Sejumlah peserta Comiket yang diwawancarai menyatakan kekhawatirannya. “Tidak mau ikut,” “rasanya takut,” demikian jawaban dari mereka.
Ken Akamatsu, pengarang komik Love Hina juga memulai karirnya dari membuat komik amatiran. Baginya, harus ada toleransi bagi penggemar yang membuat doujinshi.
Dengan skala ekonomi sebesar 70 miliar yen, bisa dibayangkan seberapa besar dampak yang akan terjadi bila klausa ini jadi diterapkan.
Simak video lebih lengkap di sini.
KAORI Newsline