Adalah sifat natural manusia untuk merasa senang jika melihat orang – biasanya yang berseberangan dengan dirinya – mengalami kesusahan. Tidak ada yang lebih cocok menggambarkan hal ini selain schadenfreude, kosa kata dalam bahasa Jerman dan inilah kata yang pas untuk menggambarkan Girlish Number.
Girlish Number berkisah tentang gadis kuliah bernama Chitose Karasuma yang berparas manis namun bersifat dengki, dia pun bergabung dengan salah satu agensi seiyuu milik kakaknya Gojou yaitu “Number One Produce”. Mengharapkan pekerjaan besar (karena peran kakaknya sebagai manajer) namun Chitose malah mendapatkan peran-peran kecil. Bertemu dengan berbagai lain di agensinya, seperti seiyuu yang sombong karena ketenarannya dan juga seiyuu berlogat kansai yang menarik. Chitose pun belajar bahwa butuh banyak kerja keras untuk bisa sukses di industri seiyuu ini.
Novel ringan aslinya memang digarap oleh orang yang menulis Oregairu (Yahari ore no seishun love come wa machigatteiru), tapi membandingkan seri ini dengan Oregairu akan mudah menjebak penontonnya. Chitose (bukan protagonis Galaxy Angel) adalah kebalikan seorang Hachiman: kelakuannya sangat menyebalkan, penuh kesombongan, terlalu percaya diri dengan diri sendiri, dan tentu saja sebenarnya tidak bisa apa-apa.
Dalam tiga episode awal, penonton akan sangat membenci Chitose, namun tidak bisa lepas dari rasa tanda tanya. Kapan reality slap mendatanginya? Apakah ia akan berani berubah sebelum cobaan Tuhan mendatanginya? Lantas bagaimana dengan sosok kakaknya, yang begitu sebal sekaligus sabar sampai-sampai kata “brengsek” begitu mudah keluar dari mulutnya? Menikmati orang brengsek adalah salah satu sisi jual yang bisa dinikmati dari sini.
Industri seiyuu (dan sedikit dunia anime) yang digambarkan pun tidak lantas menjadikan seri ini bisa dibandingkan dengan Shirobako. The devil is in details. Tetapi dalam penggambaran karakter Chitose yang semenjana (medioker), seri ini sukses melakukannya. Begitu pula dengan penggambaran pengerjaan anime yang terkesan serampangan, mungkin seri ini juga sukses, khususnya saat menampilkan produksi adaptasi anime dari novel ringan yang entah mengapa, menimbulkan kesan menyentil secara general (gambar yang jelek, pengisi suara baru dan semenjana, para korban hype, dan lain-lain). Walau minor, momen-momen saat sang penulis novel visual mengelak karyanya pernah diangkat menjadi anime entah mengapa bisa menghibur siapa yang menontonnya.
Penonton akan menikmati drama yang dalam antar karakternya, yang entah mengapa masih belum terlalu jelas terlihat selain pertunjukan Chitose yang semenjana namun sok pro versus Kazuha yang memang pro. Nilai akhirnya baru bisa ditentukan di akhir seri ini.
Bila Anda belum menonton seri anime pada musim ini, Girlish Number bisa direkomendasikan untuk diikuti. Lepas dari bling-bling yang ditampilkan New Game, seri ini membawa penontonnya untuk tertawa di atas humor gelap, menikmati fatalisnya karakter-karakter yang tenggelam dalam produksi anime bertema dunia lain di dalam anime ini, dan tentu saja merasa bahagia melihat Chitose yang terjerumus sembari bergumam dalam diri, “mampus lu!”.
Baca Juga: Bukan Ulasan Anime: Yahari Ore no Seishun Love Come wa Machigatteiru Zoku
KAORI Newsline | oleh Kevin W
Judul Lain | Gi(a)rlish Number |
Pengisi Suara | Eri Suzuki sebagai Momoka Sonō Kaede Hondo sebagai Yae Kugayama Kazuya Nakai sebagai Kuzu-P Kenyuu Horiuchi sebagai President Namba Saori Ōnishi sebagai Kazuha Shibasaki Sayaka Senbongi sebagai Chitose Karasuma Takuya Eguchi sebagai Assistant Producer Towada Yuichiro Umehara sebagai Gojō Karasuma Yui Ishikawa sebagai Koto Katakura |
Sutradara | Shouta Ibata |
Penulis Skenario | Wataru Watari |
Desain Karakter | QP:flapper (Oreimo 2, Girlfriend BETA, Regalia: The Three Sacred Stars) |
Lagu Pembuka | “Bloom” by Girlish Number |
Lagu Penutup | “Ima wa Mijikashi Yume Miyo Otome” by Girlish Number |
Studio | Diomedea |
Situs resmi | http://www.tbs.co.jp/anime/gn/ |
@gn_staff | |
Mulai tayang pada | 7 Oktober 2016 (1627 GMT, 2227 WIB), 8 Oktober (0027 JST) |