
Selain itu, adegan demi adegan yang jelas-jelas diambil langsung dari komiknya panel per panel juga patut diacungi jempol. Dengan seringnya extreme close up wajah dan aksi para karakter, sifat dari para karakter semakin ditonjolkan. Tak hanya itu, tindakan dan dialog yang mereka ucapkan akan semakin terasa hidup dan memiliki impact yang lebih besar. Cara ini sendiri digunakan oleh Sergio Leone dalam film The Good, The Bad, and The Ugly, film Hollywood yang kemungkinan mempengaruhi Kouta Hirano dalam pembuatan komiknya.

Drifters dan Ends adalah dua kelompok yang saling bertarung di dalam anime ini. Meskipun keduanya terdiri dari tokoh-tokoh bersejarah, terdapat beberapa hal yang membuat menarik untuk diikuti. Berbeda dengan karya-karya lain yang juga menggunakan tema sejarah, Drifters berusaha menyajikan aksi murni tanpa perlu bumbu-bumbu romantisme sejarah kedalam cerita, berbeda dengan anime sejenis seperti seri Fate atau Oda Nobuna no Yabou.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah bagaimana Kouta Hirano memutuskan untuk menggunakan beberapa tokoh sejarah yang dianggap sebagai seorang pahlawan (Jean de Arc, Hijikata Toshizo, Minamoto no Yoshitsune) dan mengolahnya menjadi angota kelompok Ends yang berperan menjadi antagonist atau “Bad Guy” di dalam cerita. Sementara itu, kelompok Drifters justru diisi oleh orang-orang yang dikenal kejam (Nobunaga Oda), kriminal (Butch Cassidy dan Sundance Kids), dan orang-orang dengan sifat kasar seperti Toyohisa dan Yoichi.

Drifters ingin bermain dengan sebuah tema yang sering dipakai di dalam cerita seperti ini, pertarungan “Good vs Evil”, dengan menunjukkan kedua belah pihak yang sama-sama “evil”. Kouta Hirano melakukannya dengan menaruh tokoh-tokoh sejarah itu ke dalam suatu dunia fantasi, di mana dia bisa mengatur cerita mereka hingga bahkan Nobunaga Oda pun bermain-main dengan tinja. Para staf dalam pengerjaan anime pun terlihat menekankan poin tersebut, terlihat dengan tingginya adegan dengan tema kekerasan dalam anime ini.

Meskipun Drifters memiliki aksi dan cerita yang keren, beberapa lelucon yang ditunjukkan justru terasa garing, mungkin karena diperlukannya tingkat pengetahuan dan pemahaman sejarah dari karakter-karakter yang muncul. Tetapi penonton yang hanya memahami linimasa sejarah Jepang secara sekilas pun rasa-rasanya tidak akan terlalu terbebani dengan referensi sejarah dalam seri ini.

Drifters memang belum usai masa tayangnya. Setelah awalnya hanyalah sebuah iklan tiga menit, anime ini akan selesai masa tayangnya pada episode ke-12 nanti. Akan tetapi, melihat bagaimana animenya berjalan sekarang, besar kemungkinan bahwa Drifters akan menjadi salah satu anime terbaik musim ini.
Komik Drifters sendiri sudah dirilis di Indonesia oleh Level Comics.
Judul Lain | Drifters: Battle in a Brand-New World War |
Karya Asli | Manga “Drifters” karangan Kohta Hirano |
Pengisi Suara | Kanae Itō sebagai EASY Takahiro Sakurai sebagai Abe no Haruakira (Seimei) Taiten Kusunoki sebagai Black King Tomokazu Sugita sebagai Count of St. Germain Naoya Uchida sebagai Oda Nobunaga Shiho Kokido sebagai Olmine Mitsuru Miyamoto sebagai Murasaki Yūichi Nakamura sebagai Shimazu Toyohisa Junji Majima sebagai Shara Mitsuki Saiga sebagai Nasu no Yoichi |
Sutradara | Kenichi Suzuki (JoJo’s Bizarre Adventure, JJBA: Stardust Crusaders) |
Penulis Skenario | Hideyuki Kurata (Galilei Donna, OreImo, The World God Only Knows) |
Desain Karakter | Ryoji Nakamori |
Lagu Pembuka | “Gospel of the Throttle” oleh Minutes till Midnight |
Lagu Penutup | “Vermillion” oleh Maon Kurosaki |
Studio | Hoods Entertainment |
Situs resmi | http://www.nbcuni.co.jp/rondorobe/anime/drifters/ |
@DriftersAnime | |
Mulai tayang pada | 7 Oktober 2016 (2100WIB, 2300 JST, 1400 GMT) |
KAORI Newsline | oleh Marwa Pranata
anime paling mantab jiwa banget dah di musim gugur ini