Tokyo Alice merupakan sebuah novel visual doujin yang dirilis oleh circle Kyoushuu Hanaya pada 31 Juli 2008 yang dibagikan secara gratis melalui media sharing Yahoo! Box dan Vector. Tokyo Alice juga diterjemahkan oleh fans ke dalam bahasa Inggris oleh Tengu Translation dan Seven Nights Translation yang dirilis pada tahun 2010. Tokyo Alice mengalami beberapa kali update, dengan update-an terakhir dirilis sekitar tahun 2013 dalam bagian ilustrasi karakternya.
Ngomong-ngomong soal circle ini, Kyoushuu Hanaya adalah salah satu circle yang merilis novel visual doujin dengan karya pertama mereka berjudul “Norukasoruka” yang dirilis pada tahun yang sama dengan Tokyo Alice. Adapun karya mereka yang lain adalah “Horobi Kuchiru Sekai ni Tsuioku no Hanataba wo” yang bertema sci-fi dan dirilis pada Comiket tahun 2010. Kyoushuu Hanaya sempat merilis proyek baru dari novel visual mereka yang berjudul “Kono Sora no Hate Made“, namun sayangnya info akan karya terbaru mereka tidak diupdate lagi sejak 2017. Status terakhir dari mereka sejauh ini mengenai proyek ini adalah dalam masa hiatus yang tidak tahu kapan mereka akan memulai pembuatan proyek ini lagi. Website mereka bisa #Kaoreaders akses melalui link berikut.
Tokyo Alice menceritakan kisah seorang pemuda kelas 2 SMP yang bernama Outa bersama teman masa kecilnya (osananajimi) yang bernama Arisu. Pada suatu hari, entah mengapa Arisu meliburkan diri dari sekolah selama 3 hari ketika sekolah sedang mengadakan ujian. Khawatir dengan keadaan Arisu, Outa pun mencari Arisu ke tempat mereka berdua tinggal, sebuah apartemen yang dekat dengan renovasi bangunan. Namun, sebuah keanehan terjadi ketika Outa memasuki dunia yang penuh dengan orang ‘aneh’ yang mana tempat itu mempunyai nama yang sama dengan kisah Alice in Wonderland. Di tempat itu, Outa bertemu dengan gadis yang persis seperti Arisu bernama Alice. Dari sinilah kisah tentang mimpi dan kenyataan diungkap secara perlahan….
Ulasan
Tokyo Alice sendiri merupakan novel visual yang memiliki waktu bermain cukup singkat, sekitar 2 jam yang terbagi dalam 5 chapter atau yang disebut verse dalam novel visualnya, yaitu Where’s my rabbit?, The Wonderland, The Queen of hearts, Tell the truth, dan terakhir Alice’s evidence. Chapter pertama adalah bagian yang paling singkat dari ke lima chapter yang ada, sedangkan chapter dua dan tiga menurut saya terasa panjang. Setelah kalian menyelesaikan Tokyo Alice, mini-game akan terbuka dan bisa kalian mainkan melalui main menu yang ada di novel visual ini.

Karakter Outa di sini akan menghibur para pemain karena dia tukang tsukkomi (kalian bisa bayangkan sifatnya Shinpachi dari anime Gintama dalam hal bercanda). di dalam novel visual Tokyo Alice ini, interaksi tsukkomi dan boke karakter Outa dengan Mad Hatter ini bahkan membuat saya tertawa ngakak. Tetapi begitu sampai pertengahan Chapter 3 hingga novel visual Tokyo Alice ini tamat, barulah kisahnya berubah menjadi kisah depresi yang mana trauma, kesendirian seseorang, sampai pengorbanan di bahas di dalam Tokyo Alice ini.
Di samping itu ada hal yang lebih menarik, yaitu perkembangan karakter Outa dan Alice/Arisu sendiri yang mereka itu pada awalnya diselimuti kabut misteri. Jujur saja interaksi mereka ini menjadi plot twist yang saya sekali tidak bisa tebak sama sekali, di mana saya sampai terbawa emosi karena interaksi mereka berdua ini. Outa, seorang pemuda yang tukang tsukkomi tetapi dia tetap berpegang pada katanya dan ingin menyelamatkan Arisu. Sedangkan Arisu/Alice adalah seorang gadis yang tampangnya periang, namun ternyata dia memiliki masalah yang cukup menyakitkan hati para pemain.
Penulisan cerita dalam novel visual Tokyo Alice memang sangat simpel dan mudah di mengerti, namun entah mengapa memberikan dampak yang hebat. Hal itu juga dibantu dengan pilihan musik yang indah atau saya sebut pas dengan kondisi yang ada. Bahkan musiknya pun benar-benar membuat Anda serasa sedang ada di Wonderland. Ilustrasinya pun juga cukup menarik, bahkan desainan hingga sifat para karakternya menurut saya hampir sama ‘aneh’-nya dengan karakter yang ada di cerita Alice in Wonderland.



Meskipun secara cerita hingga karakternya itu menarik, namun ada kelemahan dalam sistem permainan di Tokyo Alice ini. Jujur saja, ketika memainkan novel visual ini saya tidak bisa melihat backlog dialog yang ada di novel visual ini yang membuat saya mesti membaca ulang keseluruhan scene kembali. Bahkan, satu scene pun tidak bisa di-skip dengan menggunakan tombol Ctrl (tombol legendaris nan wajib dalam novel visual pada umumnya). Sementara itu, ceritanya kurang panjang bagi saya mungkin membuat saya kurang puas memainkannya. Tidak hanya itu saja kekurangannya, setelah menamatkan Tokyo Alice ini kita tidak bisa membuka ilustrasi CG serta kompilasi musik BGM yang ada di novel visual ini yang tentunya sayang sekali untuk dilewatkan.
Preview




Desain interface dalam Tokyo Alice cukup menarik bagi saya. Saya sendiri berpikir bahwa interface ini ada untuk mendalami suasana fantasi yang disuguhkan dalam novel visual ini. Interface ini adalah alasan lain yang membuat saya tidak bosan memainkan novel visualnya. Bahkan, ilustrasi background yang ada menggunakan photographic background, sesuatu yang sangat jarang sekali ada di novel visual pada umumnya.
Kesimpulan
Pada akhirnya, novel visual Tokyo Alice merupakan kisah seorang gadis yang harus bangun dari mimpi manisnya agar dia bisa menghadap kenyataan yang ada. Memang novel visual ini cukup sederhana, namun cerita yang disajikan memberikan kita makna bahwa kita harus menghadapi kenyataan yang ada.
Mencoba novel visual doujin itu ternyata menarik juga karena novel-novel ini memiliki kekhasan yang saya sendiri tidak bisa ungkap dengan kata-kata. Sesekali sangat lumayan kalau kita juga ikut menjajal dunia novel visual doujin. Tokyo Alice ini sangat direkomendasikan, lho!