Menutup lembaran tahun 2015 dan bersiap kembali membuka lembaran baru di tahun baru 2016, KAORI Newsline mempersembahkan seri artikel Kaleidoskop KAORI 2015 yang akan membahas apa saja yang terjadi sepanjang tahun 2015 ini. Mengawali seri artikel ini, akan dibahas pertama kali mengenai banyaknya film-film Jepang yang ditayangkan di bioskop Indonesia pada tahun ini.
Sepanjang tahun 2015 ini memang bisa dikatakan sebagai tahun ramainya film Jepang tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Mulai dari film live-action, hingga anime, dan bahkan di penghujung tahun ini juga telah diselenggarakan perhelatan Japanese Film Festival. Apa sajakah film-film Jepang yang sudah tayang resmi di bioskop Indonesia pada tahun ini?
Parasyte Live-Action Part 1 – Dirilis: 14 Januari 2015
Mengawali tahun 2015 ini, film Jepang yang dirilis pertama kali di tahun ini adalah adaptasi live-action dari seri komik dan anime Parasyte karangan Hitoshi Iwaaki. Dipersembahkan oleh Moxienotion dan Encore Films, film live-action Parasyte ini dirilis di bioskop pada tanggal 14 Januari 2015. Film live-action Parasyte merupakan film yang terdiri dari 2 bagian.
Film pertama Parasyte ini mengisahkan mengenai bumi yang diserang oleh makhluk parasit yang hinggap di otak manusia dan mengubah manusia tersebut menjadi seorang monster pembunuh dan pemakan manusia. Namun suatu hari ada salah satu parasit yang gagal menguasai otak seorang remaja bernama Shinichi Izumi. Alih-alih masuk ke otak Shinichi, parasit tersebut justru hinggap di tangan kanan Shinichi dan diberi nama Migi (kanan). Film ini dibintangi oleh Shota Sometani, Eri Fukatsu, Ai Hashimoto, Eri Fukatsu, Sadao Abe, Nao Omori, Tadanobu Asano, dengan disutradarai oleh Takashi Yamazaki. Bagian pertama film Parasyte ini dirilis di Indonesia saat adaptasi seri animenya yang diproduksi oleh studio Madhouse masih tayang. Simak ulasan film Parasyte dari KAORI berikut ini.
Over the L’Arc En Ciel – Dirilis: 13-15 Februari 2015
Film Jepang yang tayang di Indonesia pada tahun ini cukup beragam, dari jenisnya saja, tidak hanya sekedar film live-action maupun anime yang tayang tapi juga film dokumenter. Adalah Over the L’Arc En Ciel, film dokumenter dari grup band yang akrab disapa Laruku ini sempat tayang di Indonesia pada tanggal 13 hingga 15 Februari 2015.
Dokumenter ‘Over The L’Arc-en-Ciel‘ berisi mengenai dokumentasi dari acara tur grup band tersebut di 10 negara pada tahun 2012 lalu dengan tajuk ‘L’Arc-en-Ciel WORLD TOUR 2012‘. Dokumenter ini disutradarai oleh sutradara Ray Yoshimoto di mana Yoshimoto juga memfilmkanbackstage scene dari pementasan grup ini di Madison Square Garden di mana L’Arc-en-Ciel tercatat menjadi musisi asal Jepang pertama yang menggelar pementasan di Madison Square Garden. Selain itu, dokumenter ini juga akan memasukkan beberapa aspek-aspek yang selama ini belum pernah diketahui sebelumnya dari grup band ini lengkap dengan penampilan live mereka. Simak ulasan film dokumenter ini berikut ini.
Gundam the Origin Episode 1: Blue-Eyed Casval – Dirilis: 28 Februari – 1 Maret 2015
Film animasi layar lebar asal Jepang pertama yang tayang pada tahun 2015 ini adalah film terbaru dari seri fiksi ilmiah yang cukup ternama besutan Sunrise, yakni Gundam. Gundam the Origin merupakan film anime layar lebar yang kembali mengisahkan seri anime Gundam pertama, yakni Mobile Suit Gundam yang tayang pertama kali tahun 1979 lalu. Film Gundam the Origin ini diadaptasi dari seri komik yang juga mengisahkan mengenai kisah Amuro Ray dari Earth Federation dan Char Aznable dari Principality of Zeon. Episode pertama film Gundam the Origin ini mengisahkan mengenai masa kecil Char Aznable yang memiliki nama kecil Casval Zum Deikun.
Pemutaran film ini juga cukup spesial, karena inilah pertama kalinya film anime layar lebar di Indonesia yang diputar di hari yang sama dengan pemutaran di Jepang. Episode pertama Gundam the Origin memang ditayangkan di Jepang dan beberapa negara lain secara serentak di bioskop, selain itu, film ini juga ditayangkan secara online melalui beberapa layanan streaming anime resmi. Di Indonesia, film ini diputar hanya selama 2 hari yakni tanggal 28 Februari & 1 Maret 2015 lalu. Simak ulasan film Gundam the Origin Episode 1 berikut ini.
The Last: Naruto the Movie – Dirilis: 8 April 2015
Menjelang akhir tahun 2014, dikabarkan bahwa seri komik karangan Masashii Kishimoto, Naruto akan segera tamat. Namun meski demikian, tamatnya seri komik tidak hanya berakhir dengan perilisan bab terakhir komiknya saja, akan ada pula beberapa proyek baru yang merayakan berakhirnya serialisasi komik Naruto. Salah satu dari proyek tersebut adalah produksi film layar lebar The Last: Naruto the Movie.
Seperti judulnya, The Last: Naruto the Movie ini merupakan movie Naruto yang dirilis terakir kalinya (karena setelah film ini, yang tayang adalah Boruto the Movie). Film anime layar lebar ini juga sempat ditayangkan di beberapa bioskop di Indonesia yang dipersembahkan oleh Jive dengan pihak Odex. Film ini mengisahkan setelah selesainya perang besar dunia ninja antara aliansi 5 negara besar melawan ancaman Akatsuki. Cerita pada film ini berfokus pada Naruto yang berusaha untuk menyelamatkan Hinata yang suatu hari diculik oleh salah seorang ninja dari bulan. Film The Last: Naruto the Movie ini lebih mengisahkan bagaimana pada akhirnya Naruto bisa menikah dengan Hinata. Baca ulasannya berikut ini.
Parasyte Live-Action Part 2 – Dirilis: 10 Juni 2015
Bagian pertama film live-action Parasyte sudah diputar di Indonesia pada awal tahun, dan di pertengahan tahun, pihak Moxienotion bekerjasama dengan Encore Films kembali mempersembahkan film ke-2 dari live action Parasyte. Film keduanya ini mengisahkan mengenai perjuangan Shinichi dan Migi untuk menghentikan para parasit yang hendak menguasai bumi dan mulai merangsek masuk ke dalam tubuh pemerintahan Jepang.
Sama seperti film pertamanya, film kedua Parasyte ini juga hadir di berbagai bioskop di Indonesia. Film berdurasi 117 menit ini kembali disutradarai oleh filmmaker terbaik asal Jepang, Takashi Yamazaki. Diperankan oleh nama-nama besar, seperti Shota Sometani (Sadako, Bakuman, Tokyo Tribe), Eri Fukatsu, Sadao Abe, Ai Hashimoto, Nao Omori, Tadanobu Asano dan lain-lain. Selain itu terdapat nama Kazuki Kitamura yang pernah terlibat dalam film produksi Indonesia, Killers dan The Raid 2: Berandal. Konsep yang berbeda, karakteristik yang menarik dari pengemasan gambar hingga cerita filosofis tentang kehidupan manusia menjadi elemen utama dari film bergenre science fiction – thriller ini. Simak ulasan film kedua Parasyte berikut ini.
Doraemon: Nobita and The Space Heroes – Dirilis: 22 Juli 2015

Siapa tak kenal dia? Robot kucing dari abad ke-22 berwarna biru bulat yang suka (dan terkadang dipaksa) menolong seorang anak SD yang hobi malas-malasan. Ya, Doraemon, sosoknya yang masih terus hadir tiap akhir pekan di RCTI menyapa para penggemarnya di Indonesia. Pada tahun ini, film anime layar lebar terbaru dari Doraemon yang bertajuk Doraemon: Nobita and The Space Heroes ditayangkan di bioskop Indonesia.
Film ini bercerita mengenai Doraemon, Nobita, Shizuka, Gian, Suneo sedang membuat film pahlawan luar angkasa ketika seorang anak lelaki bernama Aron muncul memberitahu mereka planetnya diserang makhluk asing. Doraemon dan teman-teman menjadi pahlawan super membantu Aron.
Ju-On 4: The Final Curse – Dirilis: 29 Juli 2015
Pada pertengahan tahun ini, film horror ternama asal Jepang, Ju-On kembali hadir menghias layar lebar Indonesia. Film ini dipersembahkan oleh pihak Moxienotion yang bekerjasama dengan Encore Films. Film Ju-On terbaru ini masih mengisahkan mengenai kutukan misterius dari film-film Ju-On sebelumnya. Hanya saja film ini menampilkan karakter utama sang saudari dari karakter utama di film Ju-On sebelumnya.
Sang sutradara Masayuki Ochiai membawa film Ju-On 4: The Final Curse denganpendekatan berbeda dari film horror lainnya. Meskipun berangkat dari judul yang sama sebagai sebuah sequel, namun di film ini Masayuki mencoba untuk menyeimbangkan faktor cerita dan hubungan antar karakter agar film Ju-On 4: The Final Curse tidak terkesan monoton dan mudah ditebak. Masayuki sendiri terkenal sebagai sutradara dan penulis naskah handal terutama di genre horror dan thriller dengan beberapa karyanya, seperti Infection (2004), Parasite Eve (1997) dan remake dari film horror Thailand, Shutter (2008). Ia juga memenangkan the International Critics Award di Festival Film Gerardmer dan berada di peringkat ke 3 Best Asian Film di ajang Festival Film Fantasia. Simak ulasan film Ju-On 4: The Final berikut ini.
Attack on Titan Part 1 – Dirilis: 26 Agustus 2015
Salah satu film live-action yang cukup dinanti kehadirannya di tahun ini adalah film live-action yang diadaptasi dari seri komik karangan Hajime Isayama, Attack on Titan. Setelah seri animenya yang diproduksi oleh studio animasi Production I.G. sempat menjadi fenomena pada tahun 2013 lalu, kini di tahun 2015 film live-action dari Attack on Titan ini hadir di bioskop Indonesia. Dipersembahkan oleh pihak Moxienotion dan Encore Films, film Attack on Titan ini mengisahkan perjuangan Eren, Mikasa, dan pasukan pengintai lainnya untuk berjuang melawan para raksasa yang menembus masuk menghancurkan tembok raksasa yang seharusnya melindungi manusia dari ancaman para raksasa. Film ini sempat mendapat berbagai reaksi karena adaptasinya yang mengambil setting dunia yang sangat berbeda karena di film ini serangan para titan terjadi saat umat manusia sudah memiliki persenjataan modern, bukan sebatas panah dan kuda seperti di komik dan seri anime nya.
Disutradarai oleh Shinji Higuchi, peraih penghargaan ‘Special Technology’ di Japan Academy Prize pada tahun 2006, film Attack on Titan berhasil mengangkat sejumlah nama bintang muda Jepang, seperti Harumi Miura, Kiko Mizuhara, Hiroki Hasegawa, Kanata Hongo dan beberapa nama lainnya. Higuchi juga menggandeng Special Effect Director asal Jepang, Onoue Katsuro, yang sebelumnya dinominasikan untuk ‘Best Visual Effects’ di Asian Film Award tahun 2007. Baca ulasan filmnya berikut ini.
Detective Conan the Movie: Sunflowers of Inferno – Dirilis: 5 Agustus 2015
Siapa tidak kenal dengan sang detektif cilik ini? Seorang anak SD yang sebenarnya adalah murid SMA yang tubuhnya menyusut menjadi kecil dan tampil dengan kacamata khas dan peralatan canggihnya untuk mengungkap kasus kejahatan, ya, pada tahun ini film terbaru Detective Conan yang berjudul Detective Conan the Movie: Sunflowers of Inferno hadir di bioskop Indonesia. Film anime layar lebar ini dipersembahkan oleh pihak Jive yang bekerjasama dengan Odex.
Film ini mengisahkan kakek dari Suzuki yang pada suatu malam berhasil memenangkan sebuah lelang dari seri lukisan Sunflowers karya Vincent Van Gogh. Namun di malam itu pula, sang pencuri handal yang merupakan musuh bebuyutan Conan Edogawa/Shinichi Kudo, Kaito Kid hadir menebar ancaman bahwa ia akan mencuri lukisan Sunflowers tersebut. Film terbaru Conan ini tampil dengan kisah yang memiliki cukup banyak referensi mengenai dunia seni terutama sejarah seni lukis dan seniman di era Renaissance. Film ini juga cukup menarik karena kembali mengangkat kisah pertarungan Conan Edogawa melawan Kaito Kid. Simak ulasan filmnya berikut ini.
(Kaleidoskop KAORI 2015: Gempita Film Jepang di Indonesia berlanjut pada halaman berikutnya.)