Lanjutan dari halaman 2.
Adaptasi Komik Shoujo
Dengan modal kesadaran bahwa ada bermacam-macam model media mix anime mahou shoujo, periode 90-an dan 2000-an sebenarnya nampak unik, dengan adanya booming anime mahou shoujo yang diadaptasi dari komik shoujo setelah kesuksesan Sailor Moon. Kesannya seolah-olah ada kemunculan kembali pola awal komik → adaptasi anime → produk derivatif. Namun, dari Wedding Peach hingga Cardcaptor Sakura, Tokyo Mew Mew hingga Shugo Chara, narasi komik-komik ini masih menunjang produksi mainan narikiri dalam pengembangan media mix-nya mereka. Cardcaptor Sakura bahkan menunjukkan semacam kesadaran diri mengenai potensi produksi mainannya, melalui karakterisasi sahabat Sakura, Tomoyo, sebagai anak dari seorang kepala perusahaan mainan. Dengan statusnya ini, Tomoyo bisa menyediakan alat-alat pendukung seperti telepon genggam yang dijelaskan dalam cerita sebagai prototip produk dari perusahaan mainan ibunya.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, model sponsor perusahaan mainan pada era 80-an sebenarnya telah memberikan jalan untuk memproduksi anime mahou shoujo tanpa perlu bergantung pada karya-karya industri komik. Jadi, ramainya anime mahou shoujo yang mengadaptasi komik shoujo pada periode ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Tentu saja, kita bisa menekankan bahwa Sailor Moon memang menawarkan sesuatu yang berbeda dari seri mahou shoujo yang sudah pakem ditawarkan oleh model sponsor perusahaan mainan hingga awal tahun 90-an.
Seperti dijelaskan oleh Akiko Sugawa (2015), Sailor Moon menggabungkan pengaruh dari berbagai media yang sudah ada sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut termasuk format henshin hero dari seri tokusatsu seperti Super Sentai atau bahkan dari seri mahou shoujo tokusatsu seperti Poitrine. Lalu, Sailor Moon memiliki kemiripan dengan mahou shoujo tipe Akko dalam hal tokoh utamanya hidup sebagai gadis biasa sebelum memperoleh kekuatannya, tetapi juga memiliki kemiripan dengan mahou shoujo tipe Sally ketika terungkap bahwa sang tokoh utama adalah reinkarnasi putri Kerajaan Bulan. Mungkin dapat dihipotesakan bahwa ketika model sponsor perusahaan mainan pada periode ini telah nyaman dengan formula yang dipakemkan oleh Minky Momo dan Creamy Mami, media komik lebih memberikan kebebasan untuk bereksperimen dengan formula narasi yang berbeda dengan menyatukan pengaruh-pengaruh dari media-media lain yang telah ada sebelumnya. Faktor itu memungkinkan terciptanya Sailor Moon, yang hasilnya ternyata lebih mengena bagi khalayak media pada masa itu (Shimada, 2011: 182-186; Saito, 2014: 157).
Penting juga untuk diingat bahwa adaptasi-adaptasi komik ini diproduksi pada saat anime mulai populer di pasar internasional. Masuknya anime-anime mahou shoujo yang mengadaptasi komik shoujo seperti Sailor Moon ke negara-negara lain perlu diakui memainkan peran dalam bukan hanya memperkenalkan imajinasi mahou shoujo kepada penonton global, tetapi juga dalam mempengaruhi bagaimana penggemar di luar negeri memahami dan mendefinisikan apa itu mahou shoujo (Shimada, 2011: 125).
Penutup: Anime Mahou Shoujo di Masa Kini
Sejauh ini kita telah mengidentifikasi beberapa silsilah utama model media mix anime mahou shoujo, termasuk model adaptasi komik shoujo, model sponsor perusahaan mainan, dan “mahou shoujo” sebagai elemen database. Tentu saja, pasti ada karya-karya mahou shoujo yang tidak pas masuk ke dalam salah satu dari silsilah model media mix tersebut, atau mungkin ada model media mix lain yang belum tercakup dalam artikel ini. Sebagai contoh, artikel ini tidak membahas secara rinci tentang Majokko Series dari Toei Animation, karena selain dari diproduksi oleh studio animasi yang sama, saya merasa anime-anime ini sebenarnya kurang koheren untuk dikelompokkan bersama. Misalnya saja, beberapa judul merupakan adaptasi manga, sementara sebagian lainnya bukan. Dan seperti ditunjukkan oleh tabel dalam artikel mengenai Majokko Series di Wikipedia bahasa Jepang yang membandingkan berbagai media yang menampilkan seri-seri tersebut secara bersamaan, sebenarnya daftar anime apa saja yang termasuk dalam seri ini tidak konsisten. Beberapa judul tertentu mungkin disertakan dalam album koleksi lagu anime Majokko, tetapi tidak disertakan dalam video game crossover. Hal ini mengindikasikan bahwa Majokko Series sebenarnya merupakan label yang baru diterapkan di kemudian hari untuk melabeli berbagai acara TV lama produksi Toei Animation untuk anak perempuan, dan bukan sesuatu yang direncanakan sejak awal.

Meski demikian, saya merasa pemetaan yang telah dieksplorasi dalam artikel ini sudah cukup berguna untuk mencakup banyak hal yang relevan dengan diskusi tentang anime mahou shoujo di masa kini. Dalam silsilah media mix sponsor perusahaan mainan, seri Pretty Cure masih menjadi judul dominan yang terus berlanjut, bahkan di tahun 2023 ini telah mencapai seri ke-20, Hirogaru Sky! Precure. Media-media otaku masih memainkan elemen database “mahou shoujo” dengan berbagai cara, dan kemunculan cerita-cerita yang menampilkan anak laki-laki yang bertransformasi menjadi mahou shoujo (Saito, 2014: 159-160; Sugawa, 2015) mungkin juga dapat dibaca dalam silsilah ini. Namun, kondisi genre mahou shoujo komik shoujo kurang begitu jelas, karena nampaknya tidak ada seri komik shoujo bergenre mahou shoujo baru yang menjadi hit sejak Shugo Chara berakhir pada tahun 2010. Dalam dekade-dekade setelahnya, proyek anime mahou shoujo yang mengadaptasi komik shoujo sebagian besar hanya mengangkat kembali judul-judul lama yang populer dari majalah Nakayoshi, termasuk adaptasi baru Sailor Moon, sekuel Cardcaptor Sakura, dan anime Tokyo Mew Mew yang baru.
Situasi ini memicu perbincangan bahwa anime mahou shoujo untuk anak-anak sedang “sekarat”, kontras dengan menjamurnya media-media otaku yang memainkan “mahou shoujo” sebagai elemen database. Terlebih lagi bagi penggemar asing yang sebagian besar mengenal anime mahou shoujo dari karya-karya yang diproduksi pada era 90-an dan 2000-an, memang karya-karya yang seperti itu nampak seperti sudah tidak dibuat lagi. Beberapa komentator seperti YouTuber anime SecretIdentityStudio (2019) dan Obvious Puppet (2022), dan bahkan YouTuber anime Indonesia Megane Sensei (2020), mengaitkan situasi ini dengan dampak popularitas Madoka Magica yang memicu kreator lain untuk memproduksi anime dengan tema-tema yang sama-sama “gelap” dan “suram”. Namun, dengan mempertimbangkan faktor-faktor di luar konten dan tema cerita saja, saya memiliki perspektif yang berbeda tentang situasi ini. Mari kita tengok komentar produser Creamy Mami, almarhum Yūji Nunokawa, tentang berkurangnya anime mahou shoujo dalam sebuah wawancara yang diterbitkan dalam buku The Moe Manifesto (Galbraith, 2014b: 62):
Patrick Galbraith: Why did Pierrot stop making magical girl series?
Yūji Nunokawa: It was simply due to the declining number of children in Japan. The number of children is shrinking, which means the number of toy companies is shrinking and finally that there are fewer robot and magical girl series for children. There is only one major series for little girls at any one time now, and that’s enough.
Berdasarkan pengamatan Nunokawa ini, kita mesti memikirkan bahwa berkurangnya jumlah anak-anak karena menurunnya angka kelahiran di Jepang saat ini menjadikan pembuatan anime mahou shoujo baru untuk anak-anak, baik karya asli maupun adaptasi komik, memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Anime seperti itu harus bersaing di pasar yang terbatas di mana sudah ada seri lain yang sudah mapan, yang memiliki keunggulan brand yang sudah dikenal lebih lama sehingga tinggal membuat seri-seri baru saja dalam brand tersebut. Misalnya saja, persekutuan perusahaan yang memproduksi Pretty Cure telah memiliki formula handal yang dapat terus dipakai ulang untuk menghasilkan seri baru secara konsisten dengan tinggal mengganti karakter, setting, dan konflik utama di setiap seri barunya. Hal ini mungkin juga dapat menjelaskan mengapa seri TV jagoan tokusatsu Jepang di masa sekarang didominasi oleh seri-seri populer yang telah memiliki sejarah beberapa dekade; Super Sentai, Kamen Rider, dan Ultraman.

Segitu saja yang bisa saya bahas dalam cakupan artikel ini. Apakah ada seri lain yang Anda ketahui yang bisa dibahas dalam kerangka model-model media mix ini? Ataukah ada model media mix lain yang Anda ketahui? Silakan sampaikan jika Anda memiliki komentar, saran, atau kritik.
Penulis berterima kasih kepada staf IAT Caesar E.S. yang telah melakukan proofreading dan memberi saran kepada naskah artikel ini.
Daftar Referensi
- ー. HISTORY. Diakses dari https://www.nanoha.com/history/ pada 2 Januari 2022.
- ー. 東映魔女っ子シリーズ. ウィキペディア. Diakses dari https://ja.wikipedia.org/wiki/%E6%9D%B1%E6%98%A0%E9%AD%94%E5%A5%B3%E3%81%A3%E5%AD%90%E3%82%B7%E3%83%AA%E3%83%BC%E3%82%BA#%E3%82%B7%E3%83%AA%E3%83%BC%E3%82%BA%E4%B8%80%E8%A6%A7 pada 1 Januari 2023.
- ー.とらいあんぐるハート3 リリカルおもちゃ箱. ウィキペディア. Diakses dari https://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%81%A8%E3%82%89%E3%81%84%E3%81%82%E3%82%93%E3%81%90%E3%82%8B%E3%83%8F%E3%83%BC%E3%83%883_%E3%83%AA%E3%83%AA%E3%82%AB%E3%83%AB%E3%81%8A%E3%82%82%E3%81%A1%E3%82%83%E7%AE%B1 pada 2 Januari 2023.
- ー. (2010). 新房昭之✕虚淵玄✕蒼樹うめ✕シャフト 1大プロジェクト始動. Megami Magazine, Vol. 127, 115.
- ー. (2022). NARIKIRI TOYS HISTORY. NARIKIRI WORLD. Diakses dari https://toy.bandai.co.jp/series/narikiri-world/history/ pada 1 Januari 2023.
- Azuma, H. (2009 [2001]). Otaku: Japan’s Database Animals. Diterjemahkan oleh Jonathan E. Abel dan Shion Kono. Minneapolis: University of Minnesota Press.
- Crunchyroll. (2020). History of Magical Girls (Sailor Moon, Puella Magi Madoka Magica, Cardcaptor Sakura + MORE). Diakses dari https://youtu.be/VtFR8o9n4LA pada 1 Januari 2023.
- Donaldson, S., & Jing, J. (2021). The Enduring History of Magical Girls. Anime News Network. Diakses dari https://www.animenewsnetwork.com/watch/2021-06-04/the-enduring-history-of-magical-girls/.173513 dari 1 January 2023.
- Galbraith, P. W. (2014a). Interview with Toshihiko Sato: On Magical Girls and Male Fans (Part One): A Different Sort of Heroine. Dalam Galbraith, P. W. The Moe Manifesto: An Insider’s Look at the Worlds of Manga, Anime, and Gaming, 46-53. Tuttle.
- Galbraith, P. W. (2014b). Interview with Yūji Nunokawa: On Magical Girls and Male Fans (Part Two): Kindness Rather than Strength. Dalam Galbraith, P. W. The Moe Manifesto: An Insider’s Look at the Worlds of Manga, Anime, and Gaming, 54-63. Tuttle.
- Hartzheim, B. H. (2016). Pretty Cure and the Magical Girl Media Mix. The Journal of Popular Culture, 49(5), 1059–1085. doi:10.1111/jpcu.12465
- Hikawa, R. (2013). Japanese Animation Guide: The History of Robot Anime. Mori Building Co., Ltd.
- Ito, G. (2009). 萌え4コマいいカンジ?芳文社『まんがタイムきらら』編集部インタビュー. ぷらちな. Diakses dari https://web.archive.org/web/20100704073456/http://www.p-tina.net/interview/78 (archived) pada 2 January 2022.
- Kishikawa, M. (2022). A History of Magical Girls. – and How the Beloved Genre Became So Popular. CBR.com. Diakses dari https://www.cbr.com/history-of-magical-girls-genre-popular/ pada 1 Januari 2023.
- Maas, M.K. (2020 [2019]). Ada identitas gender dalam mainan anak; untuk menghilangkannya butuh upaya lebih serius. Diterjemahkan oleh Aisha Amelia Yasmin. The Conversation. Diakses dari https://theconversation.com/ada-identitas-gender-dalam-mainan-anak-untuk-menghilangkannya-butuh-upaya-lebih-serius-131663 pada 23 Januari 2023.
- Manry, G. (2011). Interview: Atsuhiro Iwakami. Anime News Network. Diakses dari https://www.animenewsnetwork.com/interview/2011-09-07/interview-atsuhiro-iwakami on 2 Januari 2022.
- Megane Sensei. (2020). Mahou Shoujo kok Sadis? Salahin Madoka Magica #MeganeTalk. Diakses dari https://youtu.be/tWzZIMiIONs pada 1 Januari 2023.
- Nitroplus. (2007). 虚淵玄 列伝. Diakses dari https://web.archive.org/web/20071229163719/http://www.nitroplus.co.jp:80/pc/staff/urobuchi/ (archived) pada 2 Januari 2022.
- Obvious Puppet. (2022). How Madoka Magica Destroyed an Entire Genre. Diakses dari https://youtu.be/ojULfIuyK20 pada 1 Januari 2023.
- Saito, K. (2014). Magic, Shōjo, and Metamorphosis: Magical Girl Anime and the Challenges of Changing Gender Identities in Japanese Society. The Journal of Asian Studies, 73(1), 143-164. doi:10.1017/S0021911813001708
- SecretIdentityStudio. (2019). Where Are The Happy Magical Girl Shows? Diakses dari https://youtu.be/6hC7QOtWcdE pada 1 Januari 2023.
- Seven Arcs. (2019). Corporate Profile. Diakses dari https://web.archive.org/web/20210912032312if_/https://www.7arcs.co.jp/img/company/Sevenarcs_Corporate_Profile2019.pdf (archived) pada 31 Desember 2023.
- Shimada, A.S. (2011). Representations of Girls in Japanese Magical Girl TV Animation Programmes from 1966 to 2003 and Japanese Female Audiences’ Understanding of Them. PhD Thesis, University of Warwick.
- Steinberg, M. (2012). Anime’s Media Mix: Franchising Toys and Characters in Japan. University of Minnesota Press.
- Sugawa, A. (2015). Children of Sailor Moon: The Evolution of Magical Girls in Japanese Anime. Nippon.com. Diakses dari https://www.nippon.com/en/in-depth/a03904/#
Baca juga:
Oleh Halimun Muhammad | Penulis adalah staf senior di The Indonesian Anime Times | Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris yang telah dimuat dalam The Indonesian Anime Times
Artikel ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan KAORI Nusantara.
KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca untuk menulis opini tentang dunia anime dan industri kreatif Indonesia. Opini ditulis minimal 500-1000 kata dalam bahasa Indonesia/Inggris dan kirim ke [email protected]