Opini: Naoka Ueno dan Realita Pergaulan Sosial

0
©Yoshitoki Oima, Kodansha/A Silent Voice Movie Production Committee

Belum lama film A Silent Voice ditayangkan di bioskop tanah air, film ini sudah menjadi sesuatu yang fenomenal. Banyak tanggapan dilontarkan oleh netizen, dari simpati karena melihat usaha penebusan dosa yang dilakukan Shouya Ishida sampai kejengkelan karena melihat sifat munafik dari Miki Kawai. Tapi diantara banyaknya respon tersebut, sempat terjadi debat yang mempertanyakan posisi Naoka Ueno sebagai gadis terbaik atau gadis terburuk. Dalam perdebatan yang agak tidak penting tersebut, banyak hal yang berhasil mengusik pemikiran saya untuk melihat sosok Ueno dari sudut pandang pergaulan sehari-hari masyarakat.

©Yoshitoki Oima, Kodansha/A Silent Voice Movie Production Committe

Naoka Ueno adalah teman dekat Ishida di sekolah dasar yang telah banyak membantu mem-bully Nishimiya waktu di sekolah dasar. Dia adalah pribadi yang sangat agresif, bisa sewaktu-waktu menjadi sangat terus terang dan kasar. Namun jika kita menyampingkan tindakan kasar Ueno dan melihat dari sudut pandang bahwa Ueno adalah pribadi yang terus terang maka ada beberapa hal berbeda yang akan kita dapat.

©Yoshitoki Oima, Kodansha/A Silent Voice Movie Production Committee

Dalam teori Rathus (1986) perilaku asertif atau tindakan terus terang adalah ketika orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Sementara menurut Taubman (1976) perilaku asertif adalah suatu pernyataan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi yang kemudian ditunjukkan kepada orang lain dengan percaya diri. Menarik pandangan singkat dari dua teori di atas, dapat kembali kita pikirkan dan refleksikan kembali, Ueno bukan karakter yang sekedar punya paha bagus dan wajah cantik. Kondisi ini dapat kita rasakan ketika Yuzuru memperlihatkan pada Ishida sebuah video yang memuat pembicaraan antara Ueno dengan Nishimiya. Dalam video tersebut Ueno dengan terus terang mengeluarkan semua isi hatinya tanpa ragu, berharap untuk bisa saling mengerti kondisi dengan Nishimiya.

Sementara itu dalam keseharian, kita pastinya telah banyak dipertemukan dengan individu yang sangat berbeda dengan kita. Sehingga seringkali menimbulkan rasa tidak suka atau bahkan benci. Sempat berkali-kali kita ingin jujur dengan perasaan, tapi kembali kita terikat aturan tidak tertulis masyarakat agar saling tidak menyakiti atau bahkan karena kita memang seorang individu pengecut. Jujur terhadap perasaan adalah kemerdekaan bagi setiap individu, sementara untuk terus terang adalah sebuah cobaan untuk setiap individu. Ueno juga terikat oleh hal yang sama dan dapat melampauinya. Janganlah berpikir Ueno tidak berkorban apapun. Dianggap sebagai manusia jahat dan dibenci oleh orang yang dicinta bukanlah suatu pengorbanan yang mudah dilakukan oleh gadis berumur 18 tahun.

©Yoshitoki Oima, Kodansha/A Silent Voice Movie Production Committee

Keluar dari pemikiran Ueno adalah individu yang terus terang, sikap kasar yang diperlihatkan Ueno adalah hal yang sangat tidak baik dan cukup membuat Ueno sebagai karakter jahat di film A Silent Voice. Dalam hal ini mari kita lihat landasan teori yang selalu dipegang oleh aparat penyidik, “tidak ada kejahatan yang sempurna”. Sikap kasar Ueno adalah sebuah ekspresi kemarahan karena tidak mendapat respon yang diinginkan dari Nishimiya, dan juga sebuah bukti bahwa kalau Ueno adalah individu yang kekanak-kanakan.

©Yoshitoki Oima, Kodansha/A Silent Voice Movie Production Committee

Disebut bukti kekanak-kanakan adalah karena Ueno tidak mencoba mengerti Nishimiya dan terus menyalahkan segala perbedaan yang ada pada diri Nishimiya. Sementara disebut sebuah ekpresi kemarahan karena di saat Ueno ingin damai dengan Nishimiya, yang didapat malah komunikasi satu arah.

Kehidupan kita juga begitu adanya, tidak mungkin kita langsung menerima perbedaan orang lain terkecuali jika terpaksa karena kondisi darurat. Pasti banyak perselisihan dan kesalahpahaman hanya karena sebuah perbedaan. Ketika kita sadar dan ingin memperbaiki keadaan, selalu saja ada cobaan yang membuat kita mengulang kesalahan yang sama.

Dengan sebuah opini singkat ini saya berharap teman-teman bisa memperluas pandangan tentang seorang Naoka Ueno dan motif dibalik segala yang dilakukannya. Janganlah langsung menghakimi karena tindak lakunya. Pada karakter yang tidak kita sukai pun, kita bisa saja menemukan kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita sendiri. Pada akhirnya Naoka Ueno adalah sebuah cermin untuk diri kita sendiri.

KAORI Newsline | Oleh Riezal Guntara | Tulisan ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan editorial KAORI

KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime & industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dlm bhs Indonesia/Inggris & kirim ke [email protected]. Untuk informasi lebih lengkap baca cara dan tipsnya di sini.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses