Tidak terasa tahun 2019 sudah berakhir. Setelah bagian sebelumnya membahas lima tren menarik yang terjadi di dunia pop culture Jepang lokal dalam satu dekade ini, artikel ini akan lanjut 5 tren lain yang secara khusus terjadi di dunia fandom lokal.

Seperti yang telah disampaikan pada artikel sebelumnya, daftar kilas balik pop culture Jepang satu dekade ini merupakan hasil kurasi internal tim Litbang KAORI Nusantara yang dilakukan selama 2 bulan terakhir. Hasil kurasi kilas balik pop culture Jepang satu dekade ini tidak merepresentasikan pandangan KAORI Nusantara sebagai media secara keseluruhan dan sebaiknya tidak diperlakukan sebagai daftar kilas balik pop culture Jepang satu dekade yang saklek, melainkan sebagai sebuah pijakan untuk melakukan diskursus fandom Jejepangan secara keseluruhan. Meski begitu, daftar-daftar yang ada di sini telah diambil melalui proses diskusi yang panjang dan mencakup berbagai pertimbangan. Apabila merasa ada hal yang terlewatkan oleh tim Litbang KAORI Nusantara, jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar.

Apa saja kejadian-kejadian menarik yang terjadi di dunia pop culture Jepang lokal selama tahun 2010- 2019 ini? Simak di daftar berikut!

Artikel Kilas Balik Pop Culture Jepang Dekade 2010-an dari KAORI bagian sebelumnya dapat dibaca di tautan berikut:

AFAID Datang dan Pergi (Oleh Caesar E.S)

Rasanya sulit untuk dibayangkan sekarang, tapi pernah ada waktu di mana belum ada yang namanya event anime lokal berskala besar. Pernah ada waktu di mana belum ada yang namanya guest star dari Jepang, apalagi konser anisong di Indonesia.

Tapi kemudian AFAID datang dan mengubah segalanya.

Mungkin terkesan berlebihan, tapi sulit untuk memungkiri pengaruh AFAID ke dunia event anime lokal melihat keadaan antara sebelum dan sesudah kehadirannya sebegitu berbedanya.

Bukan berarti sebelum AFAID belum ada yang namanya event anime, ya. Malah, di tahun 2000-an komunitas-komunitas anime lokal mulai berkembang, dinaungi oleh hadirnya “ruang” untuk para fans seperi forum-forum internet dan majalah Animonster. Bahkan, salah satu event paling awal yang pernah saya datangi adalah Animonster Sound 2004. Bagi saya muda, rasanya culture shock bukan main ketika pertama kali datang ke event. Melihat cosplay, merchandise anime sekalipun bukan official, penampilan j-band, bahkan adanya orang-orang yang menyukai hal yang sama dengan saya rasanya bahagia bukan main. Semua yang tadinya hanya saya dengar, sekedar tahu, atau baca di majalah hadir di depan saya.

Mungkin dapat dibilang bahwa event anime lahir dari kebutuhan para fans untuk lebih terlibat dengan anime & subculture. Event hadir memberikan ruang fisik bagi fans untuk berinteraksi langsung dengan fans lain dan fandom anime di cara-cara baru yang sebelumnya tidak bisa mereka lakukan. Tiba-tiba, yang namanya anime dan subculture bukan hanya sesuatu yang mereka hanya bisa lihat atau baca, melainkan sesuatu yang hidup dan nyata.

Namun, kebanyakan konten di event-event tersebut masih dibuat oleh para fans itu sendiri. Event seperti Gelar Jepang dimeriahkan oleh anisong, betul, tetapi dalam bentuk cover band ataupun kompetisi karaoke. Fans dapat datang dan membeli kaos atau merchandise dari anime yang mereka suka, tetapi sebagian besar tersedia dalam bentuk merchandise yang tidak official. Adapun guest star “official” yang “hadir” langsung dari Jepang di masa itu yang dapat saya ingat hanya Doraemon, yang menjadi Duta Besar Animasi di Indonesia-Japan Expo 2008.

Pada tahun 2010, saya ingat bagaimana saya dan teman-teman saya dikagetkan oleh Anime Festival Asia di Singapura. Melihat guest star yang hadir seperti JAM Project dan Scandal, rasanya sulit dipercaya bahwa konten official dari Jepang nun jauh di sana dapat hadir sebegitu dekatnya dari tanah air. Lebih sulit untuk dipercaya lagi ketika 2012 datang, dan diumumkan bahwa AFA akan hadir di Indonesia sebagai AFAID. Tidak tanggung-tanggung, AFAID 2012 langsung menghadirkan guest star seperti LiSA dan raja anisong Ichiro Mizuki. Kita yang sebelumnya hanya bisa melihat mereka di layar, kini dapat berada di ruangan yang sama dengan mereka.

Mungkin kebetulan AFAID hanya jadi salah satu event skala besar pertama di Indonesia yang membawakan konten official. Tetapi seakan-akan setelah AFAID, “keran” konten anime di Indonesia mulai terbuka dan kita dibanjiri oleh konten official langsung dari sumbernya. May’n mengadakan konser solo di Jakarta, Aoi Eir tampil di acara TV lokal, hingga Miku Expo diadakan di Indonesia. Kompetisi cosplay lokal semakin maju menuju panggung global. Bahkan event-event lokal lainnya seperti Gelar Jepang dapat mengundang guest star seperti BACK-ON.

Setiap tahun kehadirannya, AFAID semakin mantap menunjukkan sisi “Festival” di namanya dan menjadi puncak selebrasi segala hal anime bagi banyak orang. AFAID menjadi sesuatu yang ditunggu, event di mana para fans dapat berkumpul dengan sesamanya untuk menemukan konten yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. AFAID menjadi ruang bagi para fans lokal untuk dapat berinteraksi langsung dengan dunia anime dan konten Jepang. Saya teringat dengan beberapa kejadian unik yang terjadi di AFAID dari tahun ke tahun, seperti ketika fans lokal membantu seorang fans Jepang yang hadir untuk menemukan kembali figure Mami-nya yang hilang, respons di luar dugaan terhadap set DJ Kazu di luar venue yang dikerubungi pengunjung, atau ketika Danny Choo dari Culture Japan ditawarkan tiket oleh calo. Semuanya interaksi yang rasanya tidak mungkin terjadi sebelum kedatangan event seperti AFAID. Dunia sudah berubah, dan kini dunia anime lokal menjadi bagian dari dunia anime global yang lebih luas.

Tetapi kenangan terbaik akan AFAID bagi saya adalah di tahun 2013. Mungkin kebanyakan dari kita dikagetkan oleh AFAID ketika pertama diadakan pada 2012 dan kurang siap menyambutnya, tetapi setahun setelahnya dan beritanya tersebar, AFAID menjadi “event wajib” untuk setiap orang yang menyukai anime. Dari lantai dua Jakarta Convention Center, saya dan teman saya mencoba untuk bernafas setelah berhasil melewati lautan manusia di hall utama. Di sebelah teman saya berdiri Danny Choo, mungkin sedang beristirahat dari booth-nya yang dikerubungi oleh pengunjung dibawah. Saya belum pernah melihat kumpulnya orang sebanyak itu dalam satu ruangan sebelumnya di hidup saya. Dan baik dari Jakarta, luar kota, atau luar negeri sekalipun, mereka semua, kita semua disana datang karena satu hal yang sama, anime.

Sebuah momen yang aneh bin ajaib. Melihat konten official, menonton penyanyi anisong, bertemu langsung dengan seiyuu favorit kita, kini semua tak lagi hanya menjadi mimpi, melainkan kenyataan.

Di awal, saya sempat menyinggung betapa bedanya dunia event anime di Indonesia sebelum dan sesudah kehadiran AFAID. Kini di 2019, kita kembali ke masa di mana tidak ada AFAID, setelah diumumkan bahwa AFAID 2018 akan menjadi AFAID yang terakhir. Namun dunia di tahun 2019 sudah tidak sama dengan dunia di tahun 2012. Tanpa kehadiran AFAID pun, kita masih mendapatkan kehadiran event-event seperti Creator’s Super Fest yang mengundang konten official dan guest star dari Jepang, di samping unjuk gigi konten pop culture lokal kita. Absennya I Love Anisong juga bukan berarti konser musik serupa berhenti datang, seperti Babymetal yang pertama hadir di AFAID 2013 dan akan kembali mengadakan konser di Jakarta 2020 mendatang.

Mungkin memang waktunya AFAID sudah lewat, dan sudah saatnya digantikan oleh event-event lain yang lebih dapat memenuhi kebutuhan para fans lokal untuk lebih terlibat dengan anime & subculture di 2019 ini. Mungkin event anime skala besar di Indonesia untuk dekade berikutnya perlu mengambil bentuk lain diluar template yang sudah dibuat oleh AFAID. Melihat betapa kuatnya konten pop culture lokal dari event seperti Comic Fontier, mungkin saja bentuk perubahan tersebut akan datang dari para kreator lokal itu sendiri. Mungkin di dekade berikutnya, tidak ada tempat untuk event seperti AFAID di Indonesia.

Tapi setiap saya melihat announcement line-up guest star, konten, dan konser I Love Anisong untuk AFA di Singapura, rasanya sedikit iri. 

Artikel kilas balik pop culture Jepang satu dekade KAORI Nusantara bagian keempat berlanjut di halaman kedua.

1 KOMENTAR

  1. Kalau boleh ane tambahin gan:

    1. Perkembangan anime multimedia: Love Live, Bandori, dkk. Pasca K-On sih ni. Termasuk Linked Horizon yg khusus dibuat utk Attack on Titan, atau band mainstream kayak RADWIMPS juga berperan sangat di Your Name.

    2. Dulu Anisong di Jepang dipandang sebelah mata, sekarang malah selalu ada di Oricon dan jadi industri yang gede, bahkan punya acara-acara sendiri di NHK. Konser2 anisong juga semakin wow tiap tahunnya. Sekarang hampir tiap tahun pasti ada aja yg tampil di Kouhaku Uta Gassen.

    3. Kalau di Indonesia ada ini nih: Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) dari KPI yang terbit tahun 2012 yang literali bikin sulit banget anime tayang di Indonesia.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses